Judul Cerpen yang ditransformasikan: Kala Semua Tak Berarti
Jalan Terjal Udin
Di bawah langit yang membara, Truk-truk berderak membelah sunyi, Mang Udin tertunduk, hatinya lara, Di genggamannya, harap kian menyepi.
Malam membisikkan janji yang kelam, Di hutan gelap, rencana pun terurai, Namun suara Tuhan menghentikan langkah diam, Udin memilih cahaya, meski dunia merintih sepi dan lirih.
Dalam luka, napasnya memudar perlahan, Intan, Kinan, namamu ia panggil dalam doa, Meski tak sempurna, hidupnya berakhir dalam keikhlasan, Karena di jalan yang halal, cinta tak pernah sia-sia.
Di ujung waktu, Udin pulang dalam sunyi, Meniti jalan yang tak lagi penuh kelam, Meski tubuhnya terhenti di batas bumi, Ruhnya tenang, menuju surga tanpa dendam.
Judul Puisi: "Kado yang Tak Terucap" Nama: Rossy Tiara Sahana Nim: A310220018 Kelas: 5B_Menulis Kreatif
"Kado yang Tak Terucap"
Di bawah langit kota, kereta melaju, Bu Kus berangkat dengan tekad penuh, Tas berisi harap, hati penuh kenangan, Menuju pernikahan putra seorang pejuang.
Tiga puluh tahun telah berlalu, Tapi hatinya masih merasa dekat, Pada sosok yang dulu berdiri tegap, Berjuang melawan kemiskinan, kebodohan berat.
Ah, di dapur umum, nasi setengah matang, Ceritanya lucu, tak terlupakan, Namun kini waktu berjalan, Pak Hargi makin jauh dalam jabatan.
Resepsi itu bukan soal undangan, Bukan soal VIP atau status tinggi, Baginya, ini soal hormat dan janji, Kado istimewa yang tak bisa ditunda lagi.
Nama: Hanifah Nur Aini Nim: A310220067 Kelas: 5B_Menulis Kreatif
Judul cerpen yang ditransformasikan: Kekuatan air untuk energi karya: Darwin
Kekuatan air
Namaku air Aku sangat penting bagi kehidupan di bumi ini Aku sebagai pendukung kehidupan Pengatur suhu iklim dan penjaga ekosistem
Aku bisa menghasilkan listrik Saat aku mengalir deras disungai Aku punya tenaga besar yang bisa memutar tubin Tubin adalah mesin besar yang mengubah gerakanku jadi listrik
Setiap hari Aku terkena panas matahari Energi dari matahari Bisa kugunakan untuk memanaskan air di dalam tangki penampungan
Setiap hari Manusia perlu air hangat untuk mandi atau mencuci Aku siap memberi panas yang kesimpan Hidup jadi lebih nyaman
Nama : Barkah Retno Intan Widyatmo NIM : A310220049
Judul "Cahaya di Ujung Senja"
Cahaya di Ujung Senja
Di tepi sungai, senja merekah, Bima duduk dalam sunyi yang indah. Langit merah, hati penuh makna, Ingatan pada ibu, terasa begitu dekatnya.
Senja membawa damai di jiwa, Namun ada sepi yang tak hilang jua. Kakek tua di sisinya bertanya, “Mengapa di sini, nak, menatap langit tua?”
“Senja ini milik Ibu dan aku,” kata Bima, "Kenangan tentangnya, selalu ada di sana." Kakek tersenyum, berkata pelan, “Matahari esok terbit, meski malam datang.”
Gelap menyelimuti, tapi jangan takut, Harapan selalu menunggu, berdesir lembut. Seperti fajar yang pasti datang, Hidup memberi cahaya di ujung bimbang.
Judul Cerpen: “Kucing yang selalu lapar” Karya: Lean D
Judul Puisi “Si Putih Yang Lapar” Nama: Ahmad Afian Dwi Utomo Nim: A310220053 Kelas: 5B_Menulis Kreatif
"Si Putih yang Lapar"
Mengapa kucing selalu mencuri? Tanya Kiki sambil merenung, Si kecil Putih berlari, bersembunyi, Kelaparan yang tak pernah berujung.
Diintip, dikejar, si Putih berlari, Kaki kecilnya mencari makan, Namun hanya tamparan dan caci, Yang ia dapatkan, tak ada kasihan.
Anak-anak kejam, sapu berayun, Kucing itu menangis, Kiki bersedih, Dengan tulang dan kasih yang ditawarkan, Lapar si Putih pun mulai terkikis.
Kini tak lagi mencuri dan berlari, Si Putih yang dulu liar dan kumal, Menjadi sahabat setia yang damai, Karena hati yang lapar butuh disayang, bukan disakiti.
Nama : Mohammad Ikhsanuddin Nafi NIM : A310220038 Kelas : 5A - Menulis kreatif
Judul cerpen : "Ketika Ayra suka Sakura" Karya : Tyas K W
Judul puisi yabg di tranformasikan : "Dibawah langit Sakura"
Di pagi yang sejuk, angin pun berbisik, Seorang anak kecil berlari riang. Dengan senyum lembut, ia berteriak, “Ibu, kapan kita lihat bunga sakura?”
Ibunya tersenyum, lembut menatap, Mengusap kepala si buah hati. “Akan tiba saatnya, Nak, bersiaplah, Ketika sakura bermekaran nanti.”
Anak itu memandang langit biru, Membayangkan pohon yang dipenuhi bunga. Kelopaknya merah muda, terbang lembut, Menari-nari bersama angin yang melintas.
“Ibu, aku ingin lihat sakura bersamamu, Di bawah langit yang penuh harapan. Bunga-bunga indah, terbang bersatu, Seperti cintamu yang tak pernah padam.”
Dan ibu pun memeluknya erat, Sembari berbisik, “Tenanglah, Sayang. Saat sakura bersemi dengan hangat, Kita akan berdiri di bawahnya, menatap tenang.”
Di dalam hati si anak kecil berjanji, Akan menunggu sabar, penuh cinta. Untuk sakura yang akan mekar nanti, Dan momen indah bersama ibunda tercinta.
Nama : Faridah Umi Hanifah
NIM : A310220087
Kelas : C – Menulis Kreatif
Transformasi dari cerpen : “ Kemana, Pak No? “
Karya : Wahyu Widyaningrum
Pelajaran dari Pak No
Pak No tak hadir, sekolah jadi gersang
Murid bingung, halaman kotor terbentang
Tiga sekawan usil, namun hati tak senang
Mereka sadar, peran penjaga sungguh penting
Bersama-sama, mereka rawat sekolah tercinta
Menyapu, menyiram, tak lagi hanya bercanda
Keusilan berubah jadi sikap bertanggung jawab nyata
Ketika Pak No kembali, senyum bangga terpancar di wajahnya
Pelajaran berharga tentang menghargai yang biasa
Peran kecil namun besar dampaknya terasa
Kini murid-murid lebih peka dan dewasa
Sekolah bersih, indah, berkat kerja sama semua
Dari cerita ini, kita belajar peduli sesama
Menghargai peran setiap orang tanpa terkecuali
Kebersamaan dan gotong royong jadi makna utama
Untuk menciptakan lingkungan yang harmoni
Nama : Kherin Nisa Ayu Mawarni Nim : A310220040 Kelas : A - Menulis Kreatif Tranformasi dari cerpen yang berjudul : “Saat aini malas pulang” Judul Cerpen : Malas Pulang
Ibu memarahiku setiap hari, Tapi aku tahu hatinya peduli, Saat kubayang ibu tak lagi di sini, Aku ingin pulang, secepat kilat kembali.
Adik-adikku sering mengganggu, Namun tanpa mereka sepi terasa waktu, Meski jeritan tangis dan tawa bersatu, Rumah itulah tempatku berlindung selalu.
Langit sore kulihat jauh di sana, Namun kenyataan tak bisa ku elak begitu saja, Kuburan itu membuatku sadar seketika, Tak apa dimarahi, asal ibu tetap ada.
Kini langkahku bergegas menuju rumah, Tak peduli jika marah Ibu masih tersisa sudah, Yang penting aku pulang dengan hati cerah, Karena ibu, adik, dan rumah, itulah tempatku berserah.
Dibawah langit biru terukir cerita Layangan Bali melayang tanpa cela Nyoman tersenyum sambil memandang Benang digenggam, mengantar mimpi ke awan
"Hebat", bisik angin disela-sela daun Layangan terbang tinggi, tak tersentuh debu Pak Narong datang, dari negeri sebrang Memberi senyum dan pelajaran
Seni layangan pak Narong ajarkan Menyatukan hati diantara benang-bennag bersambut Ditiap simpul benang terselip doa Angin Thailand dan Bali menyatu tanpa suara
Nyoman belajar dengan penuh sabar setiap tarikan benang, keajaiban terjalin Minggu depan janji dilantunkan Pak Narong akan datang berbagi pelajaran
Ah, layangan indah melambai diangkasa Terbang tinggi membawa cerita asa Nyoman dan teman penuh senang Menunggu hadiah layangan gemilang
Nama : Shanty Noor Azizah NIM : A310220101 Kelas : 5C
Judul cerpen : Rahasia Kukuh Karya : Ruri Ummu Zayyan Sumber : Majalah Bobo
Rahasia di Balik Lari Kukuh
Fandi berlari, tak mau kalah, Kukuh di depan, tak terkejar sudah. Nafas tersengal, kaki terasa berat, “Ah, Kukuh pasti menang,” gumam Fandi, sesal menggumpal.
Berkali-kali berlatih, pagi dan petang, Namun Kukuh selalu lebih cemerlang. Seleksi lari tinggal menanti, Fandi hanya bisa berharap meski hati mulai mati.
Kukuh mendekat, senyum tersungging, “Mau tahu rahasia suksesku?” ia berbisik ringan. Langkah larinya cepat, tubuhnya ringan, Ada cara, ada rahasia yang ia simpan.
Fandi penasaran, ingin tahu lebih banyak, “Tunggu, apa rahasia yang kau bawa?” Namun Kukuh tetap tersenyum samar, Menanti waktu tepat, saat rahasia benar-benar dibeberkan.
Mereka berjalan pulang berdua, Fandi bingung, arah tak biasa. “Kukuh pindah,” Fandi baru tahu, Tiga bulan sudah, rumahnya tak lagi dekat sekolah.
Lelah, mereka duduk di bawah pohon, Minum bersama, di tengah jalan yang panjang. Rahasia lari Kukuh akhirnya terungkap, Bukan hanya kaki, tapi hati yang harus tegap.
Kukuh berbicara tentang jalan-jalan panjang, Tentang naik angkot, melintasi pasar. Langkahnya kuat karena terbiasa, Bukan sekedar lari, tapi hidup penuh asa.
Rahasia Kukuh kini Fandi pahami, Latihan dan kesabaran, bukan sekadar lari. Kini Fandi mengerti, Rahasia lari adalah tekad yang tak pernah mati.
Nama : Rifka Hikmahwati Nim : A310220007 Kelas : 5A
Judul Cerpen : Gendang bersuara Sumber : Majalah Bobo
Gendang bersuara dan labu ajaib Dalam sunyinya hutan berkelana Terdapat kesah dari masa lama Gendang ajaib berbunyi merdu Menggema merdu menembus kalbu
Tabuhlah satu, hutan terjaga Tabuhlah dua, datang bahagia Labu misterius ditangan sang raja Tersembunyi rahasia tak terduga
Namun siapa yang serakah didalam Akan terkurung dilabu kelam Gendang tak bunyi Haning tanpa gema Tinggalah kesunyian, bersama dilema
Puisi dari Cerpen: "Robohnya Surau Kami" Karya : A.A Navis
Surau yang Runtuh
Di surau tua, kakek terdiam, Menyeka debu dari sajadah kusam, Dengan doa, ia bicara pada Tuhan, Namun di hatinya, ada beban terpendam.
Setiap langkah kaki penuh sujud, Namun dinding-dinding surau mulai surut, Tak ada lagi yang datang mendengarkan, Kecuali dirinya dan kesunyian yang diam-diam menyerang.
“Apakah ibadahku berarti?” Begitu ia bertanya, sambil menatap langit sepi. Lelaki muda datang dan berkata, “Kehidupan lebih dari sekadar doa dan surga.”
Carpen: "Titipan Tante Arin" karya : :Hairi Yanti"
Titipan dari rumah
Dikota kembang, warna-warnı bermekaran Tapı hatiku rindu, pada yang tak terlupakan Ikan asin, mandai, sederhana tapi nikmat Titipan tante arin, kenanganku yang teramat
Awalnya heran, mengapa dibawa jauh Di bandung banyak makanan, yang manis dan gurih Namun saat kurasakan, di lidah yang rindu Ternyata, rumahku, selalu ada disini
Kota Bandung Indah, dengan segala pesona Tapı hatiku tetap merindu, pada rasa yang sederhang Ikan asın, mandi, bukan sekedar santapan Tapi peluk hangat keluarga, disetiap suapan
Nama: Hana Jihan Fadhila NIM: A310220072 Kelas: 5B
Judul Puisi: Membuang Mutiara Kaki yang tak kuat lagi tuk berdiri Senyum keriput berseri Penantian panjang akan temu buah hati Swastamita menatap sedih Pada hasta yang lunglai Dengan secarik kertas putih Berisi angan yang tak kembali
Sumber majalah NaaShiha dengan cerpen berjudul "Secarik Kertas Untuk Ibu"
Nama: Fatimah Nurul Ramadhani Nim: A310220062 Kelas: Menulis Kreatif/5B Judul Puisi: I Love Pesantren Sumber Cerpen: Majalah Naashiha MTS N Surakarta II, Edisi 18, Karya Alifah Kamila Nisri/ VIII A2
I love Pesantren
Aku sudah kelas 6 SD Kelulusanku hanyalah tinggal menghitung waktu Pesantren adalah putusan dari kedua orang tuaku Walau hati menolak, tapi apalah dayaku
Hari itu tiba, dimana kedua orangtuaku mengantar ketempat itu Di pesantren itu aku harus melewati tes Mengerjakan soal dengan asal-asalan adalah caraku Agar tidak lulus ditempat itu
Sungguh aku sangat tidak ingin ditempat itu Aku sudah berusaha untuk menolak dan merayu kedua orangtuaku Tapi kata "Kamu harus tetap sekolah disana agar kamu lebih mandiri" Alasan klise yang diberikan oleh kedua orangtuaku
Hari itu, hari dimana aku memulai kehidupan baruku ditempat itu Berpisah dengan orang tuaku adalah hal yang menyayat hati Hari-hari kulalui dengan menyendiri dan menangis dalam diam Untungnya aku bertemu denganmu, Tia
Teman sekamarku yang sangat menyayangiku Tia adalah sahabat sekaligus penyemangat aku menempuh pendidikan ditempat itu Pada akhirnya aku dapat berbaur dengan orang-orang di sana Aku sangat menyukai tempat itu
Nama : Rosalia Arofatul Ihsani NIM : A310220047 Kelas : 5B - Menulis Kreatif
Judul Cerpen : Hatarakibachi Karya : Awit Radiani Judul Puisi : Pertemuan Kembali
Secarik surat undangan itu Ia berikan khusus padaku Seniman dari negeri seberang Yang dipersilakan untuk bertandang
Namun, hatiku kian terasa gamang Segalanya terasa begitu timpang Pantaskah aku berdiri disini Sementara namaku masih kecil di negeri sendiri
Angin musim semi menerpa rambutku Mengantarkan jejak kaki ini Tuk menyambangi Tokyo Sky Tower yang menjulang tinggi Sembari melihat lalu lalang hatarakibachi
Di sini hari-hari sibuk selalu datang Sementara persaingan tak menyisakan ruang Menjelma kaum yang tak mengenal diam Ramai kutu pekerja yang tak mengenal redam
Nama : Visa Putri Aprilia
Nim : A310220080
Kelas : 5 B / Menulis Kreatif
Judul Cerpen : Timun Mas
Karya : Rahmah Asa
Judul Puisi : Keberanian Yang Tak Terpadamkan
Keberanian Yang Tak Terpadamkan
Di tengah hutan, sunyi dan sepi,
Mbok Randa berdoa, harapan tak henti.
Dari biji timun, lahirlah Timun Mas,
Seorang gadis cantik, bawa harapan yang luas.
Namun janji raksasa datang menagih,
Saat Timun Mas beranjak dewasa, hati bergetar.
Dengan kasih sayang, ibunya berdoa,
Mencari cara agar anaknya selamat dari bahaya.
Empat benda ajaib diberikan sang petapa:
Biji timun, jarum, garam, terasi yang berharga.
Timun Mas berlari, raksasa mengejar,
Dia taburkan biji, ladang timun tumbuh subur.
Jarum dilemparkan, bambu berduri menjulang tinggi,
Garam ditaburkan, jadi lautan tak terperi.
Namun raksasa tak gentar, mendekat lagi,
Hingga terasi terakhir mengubah tanah jadi lumpur sepi.
Raksasa tenggelam dalam lumpur pekat,
Timun Mas selamat, hatinya penuh syukur dan semangat.
Bersama ibunya kini hidup bahagia dan damai,
Menghadapi dunia dengan cinta yang takkan sirna dan pergi.
Petunjuk a. Bacalah dengan seksama! b. Pilihlah Bagian 1, 2, atau 3! c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut, lalu kirimkan dalam bentuk komentar (file) ke email dan di laman ini! MANAJEMEN MAJALAH SEKOLAH (bagian 1) Anda ingin memahami manajemen majalah sekolah? Bacalah pertamyaan-pertanyaan berikut secara seksama. Diskusikanlah dengan kelompok Anda dan tulislah jawaban Anda! Majalah sekolah termasuk media publikasi yang spesifik. Artinya, redaksi khusus dan audiens juga khusus. Pertanyaan seputar manajemen majalah sekolah. (a) Pertanyaan dasar (b) Pertanyaan strategis (c) Pertanyaan teknis (d) Pertanyaan pengembangan Cobalah bersama-sama kelompok Anda mendiskusikan dan menjawab pertanyaan tersebut. (a) Pertanyaan Dasar: “Apa itu manajemen majalah sekolah? Setujukah Anda apabila jawaban singka seperti init: Proses mengelola dan mengoptimalkan SDM dan civitas sekolah dalam publikasi sekolah. Jawaban, berikutnya yaitu “per
Nama : Olivia Septiana Setyo Wijayanti
BalasHapusNim : A310220042
Kelas : 5A (Menulis Kreatif)
Judul cerpen yang ditransformasikan : Menemui Rasya
Oleh : Leanita Winandari
Bimbang
Tangkisan kayu seraya menangis
Kalut diriku memaku bisu
Terpaku menatap darah Rasya yang menganga
Bergelut kesal temanku, tersulut emosi
Tak sempat terucap kata maaf dariku
Bimbang otakku tak mampu menerka
Entah mengapa semua menjauh
Ketakutan mendominasi diriku
Kucurahkan keluhku pada ibuku
Ini salahku, kesalahanku memenjarakanku
Kata Ibu, semua butuh waktu
Kata maaf, memudarkan rindu yang terpaut beku
Kayu berayun tawapun terungkap
Persahabatan kami bersemi kembali
Tawa dan luka kembali bersatu
Mencairkan kembali rindu yang terpaut beku
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Rayhania Habibah
BalasHapusNim: A310220014
Kelas: 5A-Menulis Kreatif
Judul Cerpen yang ditransformasikan: Kala Semua Tak Berarti
Jalan Terjal Udin
Di bawah langit yang membara,
Truk-truk berderak membelah sunyi,
Mang Udin tertunduk, hatinya lara,
Di genggamannya, harap kian menyepi.
Malam membisikkan janji yang kelam,
Di hutan gelap, rencana pun terurai,
Namun suara Tuhan menghentikan langkah diam,
Udin memilih cahaya, meski dunia merintih sepi dan lirih.
Dalam luka, napasnya memudar perlahan,
Intan, Kinan, namamu ia panggil dalam doa,
Meski tak sempurna, hidupnya berakhir dalam keikhlasan,
Karena di jalan yang halal, cinta tak pernah sia-sia.
Di ujung waktu, Udin pulang dalam sunyi,
Meniti jalan yang tak lagi penuh kelam,
Meski tubuhnya terhenti di batas bumi,
Ruhnya tenang, menuju surga tanpa dendam.
Judul Cerpen: Karpet Terang
BalasHapusKarya: Rae Sita Patappa
Judul Puisi: Karpet Terang
Nama: Sya'adatul Hayat
NIM: A310220035
Kelas: 5A Menulis Kreatif
Karpet Terang
Aku adalah karpet terang
Banyak yang mengira namaku salah
Terang ... atau terbang?
Kakek tua menjualku di toko antik
Tak ada yang melirik
Aku karpet berwarna biru terang
Ada hiasan lonceng emas di sudutku
Tidak ada yang menyangka
Suatu saat aku akan menjadi pahlawan
Menyelamatkan kerajaan
Penyihir Putih ....
Dialah yang membuat skenario ini
Menjadikanku karpet terang
Menolong pangeran kecil
Aku akan menyala terang ketika seseorang menaikiku
Dengan hanya menepuk tangan tiga kali
Aku akan membawanya keliling dunia
Nama: Salma Faqiha Dinayati
BalasHapusNim: A310220032
Kelas: 5A-Menulis Kreatif
Judul Cerpen: Domba Berbulu Emas
Karya: Widya Suwarna
Judul Puisi: Domba Emas yang Hilang
Domba Emas yang Hilang
Terhembus angin kabar tentang emas,
Domba berbulukan cahaya,
Wan Alif tergoda harapan,
Pak Adam menuntunnya pada impian.
Jauh berjalan di padang luas,
Mengharap sepasang domba mulia,
Kilauan emas yang dijanjikan,
Namun hanya bayang yang mereka temui.
Bulu tebal, kusam, dan biasa,
Tak ada kilau emas di sana,
Angan bercecer di rerumputan,
Kaya hanyalah mimpi yang sirna.
Pulang mereka dengan langkah lunglai,
Emas lenyap, harapan hilang,
Di balik janji yang begitu besar,
Tersimpan kebohongan yang menyasar.
Nama : Mutia Dewi Anggraini
BalasHapusNIM : A310220046
Kelas : 5B Menulis Kreatif
"Bunga di Ujung Jalan"
Di jalan kecil, bunga liar bermekaran,
Setiap hari, Rudi melangkah penuh harapan.
Di bawah pohon, gadis merajut mimpi,
Senyum cerahnya, abadi di hati.
Hari berganti, cerita terjalin,
Tawa dan harapan, manis tak terbilang.
Bunga saksi, cinta yang tumbuh,
Namun suatu hari, ia pergi tak terduga.
Rudi terdiam, kenangan membara,
Di ujung jalan, harapan tak sirna.
Dalam setiap langkah, dalam setiap detak,
Bunga-bunga itu, selalu jadi jejak.
Judul Cerpen: "Kado Istimewa"
BalasHapuskarya: Jujur Prananto:
Judul Puisi: "Kado yang Tak Terucap"
Nama: Rossy Tiara Sahana
Nim: A310220018
Kelas: 5B_Menulis Kreatif
"Kado yang Tak Terucap"
Di bawah langit kota, kereta melaju,
Bu Kus berangkat dengan tekad penuh,
Tas berisi harap, hati penuh kenangan,
Menuju pernikahan putra seorang pejuang.
Tiga puluh tahun telah berlalu,
Tapi hatinya masih merasa dekat,
Pada sosok yang dulu berdiri tegap,
Berjuang melawan kemiskinan, kebodohan berat.
Ah, di dapur umum, nasi setengah matang,
Ceritanya lucu, tak terlupakan,
Namun kini waktu berjalan,
Pak Hargi makin jauh dalam jabatan.
Resepsi itu bukan soal undangan,
Bukan soal VIP atau status tinggi,
Baginya, ini soal hormat dan janji,
Kado istimewa yang tak bisa ditunda lagi.
Nama: Hanifah Nur Aini
BalasHapusNim: A310220067
Kelas: 5B_Menulis Kreatif
Judul cerpen yang ditransformasikan: Kekuatan air untuk energi
karya: Darwin
Kekuatan air
Namaku air
Aku sangat penting bagi kehidupan di bumi ini
Aku sebagai pendukung kehidupan
Pengatur suhu iklim dan penjaga ekosistem
Aku bisa menghasilkan listrik
Saat aku mengalir deras disungai
Aku punya tenaga besar yang bisa memutar tubin
Tubin adalah mesin besar yang mengubah gerakanku jadi listrik
Setiap hari
Aku terkena panas matahari
Energi dari matahari
Bisa kugunakan untuk memanaskan air di dalam tangki penampungan
Setiap hari
Manusia perlu air hangat untuk mandi atau mencuci
Aku siap memberi panas yang kesimpan
Hidup jadi lebih nyaman
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Barkah Retno Intan Widyatmo
BalasHapusNIM : A310220049
Judul "Cahaya di Ujung Senja"
Cahaya di Ujung Senja
Di tepi sungai, senja merekah,
Bima duduk dalam sunyi yang indah.
Langit merah, hati penuh makna,
Ingatan pada ibu, terasa begitu dekatnya.
Senja membawa damai di jiwa,
Namun ada sepi yang tak hilang jua.
Kakek tua di sisinya bertanya,
“Mengapa di sini, nak, menatap langit tua?”
“Senja ini milik Ibu dan aku,” kata Bima,
"Kenangan tentangnya, selalu ada di sana."
Kakek tersenyum, berkata pelan,
“Matahari esok terbit, meski malam datang.”
Gelap menyelimuti, tapi jangan takut,
Harapan selalu menunggu, berdesir lembut.
Seperti fajar yang pasti datang,
Hidup memberi cahaya di ujung bimbang.
Cerpen
BalasHapusJudul: Senja di Pelabuhan Kecil
Pengarang : Chairil Anwar
Puisi:
Senja merah di pelabuhan kecil,
Angin laut berhembus lirih,
Nelayan tua duduk sendiri,
Menunggu waktu yang pergi.
Kapal-kapal kecil di kejauhan,
Mengikuti arus tanpa beban,
Pelabuhan sunyi dalam kenangan,
Seperti riak dalam lautan.
Dulu kuat melawan badai,
Kini lelah hanya terdiam,
Di ujung dermaga menanti senja,
Akhir dari segala perjalanan.
Judul Cerpen: “Kucing yang selalu lapar”
BalasHapusKarya: Lean D
Judul Puisi “Si Putih Yang Lapar”
Nama: Ahmad Afian Dwi Utomo
Nim: A310220053
Kelas: 5B_Menulis Kreatif
"Si Putih yang Lapar"
Mengapa kucing selalu mencuri?
Tanya Kiki sambil merenung,
Si kecil Putih berlari, bersembunyi,
Kelaparan yang tak pernah berujung.
Diintip, dikejar, si Putih berlari,
Kaki kecilnya mencari makan,
Namun hanya tamparan dan caci,
Yang ia dapatkan, tak ada kasihan.
Anak-anak kejam, sapu berayun,
Kucing itu menangis, Kiki bersedih,
Dengan tulang dan kasih yang ditawarkan,
Lapar si Putih pun mulai terkikis.
Kini tak lagi mencuri dan berlari,
Si Putih yang dulu liar dan kumal,
Menjadi sahabat setia yang damai,
Karena hati yang lapar butuh disayang, bukan disakiti.
Nama : Mohammad Ikhsanuddin Nafi
BalasHapusNIM : A310220038
Kelas : 5A - Menulis kreatif
Judul cerpen : "Ketika Ayra suka Sakura"
Karya : Tyas K W
Judul puisi yabg di tranformasikan : "Dibawah langit Sakura"
Di pagi yang sejuk, angin pun berbisik,
Seorang anak kecil berlari riang.
Dengan senyum lembut, ia berteriak,
“Ibu, kapan kita lihat bunga sakura?”
Ibunya tersenyum, lembut menatap,
Mengusap kepala si buah hati.
“Akan tiba saatnya, Nak, bersiaplah,
Ketika sakura bermekaran nanti.”
Anak itu memandang langit biru,
Membayangkan pohon yang dipenuhi bunga.
Kelopaknya merah muda, terbang lembut,
Menari-nari bersama angin yang melintas.
“Ibu, aku ingin lihat sakura bersamamu,
Di bawah langit yang penuh harapan.
Bunga-bunga indah, terbang bersatu,
Seperti cintamu yang tak pernah padam.”
Dan ibu pun memeluknya erat,
Sembari berbisik, “Tenanglah, Sayang.
Saat sakura bersemi dengan hangat,
Kita akan berdiri di bawahnya, menatap tenang.”
Di dalam hati si anak kecil berjanji,
Akan menunggu sabar, penuh cinta.
Untuk sakura yang akan mekar nanti,
Dan momen indah bersama ibunda tercinta.
Nama: Karizta Putri Salekha
BalasHapusNIM: A310220037
Kelas: A- Menulis Kreatif
Judul Cerpen: Senyum yang Hilang
Karya: Dwi Rahmawati
Judul Puisi: Senyum yang Kembali
Senyum yang Kembali
Di balik cermin yang dulu redup
Ada rindu tersimpan dalam diam
Peti kayu kecil penuh rahasia
Menjaga kenangan dalam malam
Elena mencari senyum yang hilang
Dalam bayangan yang dulu berkilau
Namun cermin tak lagi memantul
Hanya sunyi di hatinya yang sendu
Cermin berbisik tanpa suara
Elena menyentuhnya perlahan
Senyum yang hilang kembali menyusup
Menghangatkan hati yang hampa
Cahaya kembali menghiasi wajah
Tak lagi kusam, tak lagi gelap
Senyum yang hilang kini bersinar
Di hati, dalam cermin dan udara pun segar
Mama memeluk dalam hangat kasih
Papa tersenyum dalam tenang
Senyum Elena telah kembali
Kini tak akan lagi hilang
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Faridah Umi Hanifah
BalasHapusNIM : A310220087
Kelas : C – Menulis Kreatif
Transformasi dari cerpen : “ Kemana, Pak No? “
Karya : Wahyu Widyaningrum
Pelajaran dari Pak No
Pak No tak hadir, sekolah jadi gersang
Murid bingung, halaman kotor terbentang
Tiga sekawan usil, namun hati tak senang
Mereka sadar, peran penjaga sungguh penting
Bersama-sama, mereka rawat sekolah tercinta
Menyapu, menyiram, tak lagi hanya bercanda
Keusilan berubah jadi sikap bertanggung jawab nyata
Ketika Pak No kembali, senyum bangga terpancar di wajahnya
Pelajaran berharga tentang menghargai yang biasa
Peran kecil namun besar dampaknya terasa
Kini murid-murid lebih peka dan dewasa
Sekolah bersih, indah, berkat kerja sama semua
Dari cerita ini, kita belajar peduli sesama
Menghargai peran setiap orang tanpa terkecuali
Kebersamaan dan gotong royong jadi makna utama
Untuk menciptakan lingkungan yang harmoni
Nama : Kherin Nisa Ayu Mawarni
BalasHapusNim : A310220040
Kelas : A - Menulis Kreatif
Tranformasi dari cerpen yang berjudul : “Saat aini malas pulang”
Judul Cerpen : Malas Pulang
Ibu memarahiku setiap hari,
Tapi aku tahu hatinya peduli,
Saat kubayang ibu tak lagi di sini,
Aku ingin pulang, secepat kilat kembali.
Adik-adikku sering mengganggu,
Namun tanpa mereka sepi terasa waktu,
Meski jeritan tangis dan tawa bersatu,
Rumah itulah tempatku berlindung selalu.
Langit sore kulihat jauh di sana,
Namun kenyataan tak bisa ku elak begitu saja,
Kuburan itu membuatku sadar seketika,
Tak apa dimarahi, asal ibu tetap ada.
Kini langkahku bergegas menuju rumah,
Tak peduli jika marah Ibu masih tersisa sudah,
Yang penting aku pulang dengan hati cerah,
Karena ibu, adik, dan rumah, itulah tempatku berserah.
Judul Cerpen : Es krim Pak Kumis
BalasHapusKarya : Oktavia Yuningsih
Sumber : Majalah Bobo
Nama : Nisa Ashari Putri
Kelas : 5C
Es Krim dan Kebahagiaan
Es krim, manis dalam genggaman
Mencair lembut di bawah matahari terang
Seperti tawa yang tak pernah hilang
Mengisi hari-hari dengan kenangan
Setiap gigitan adalah kebahagiaan
Rasa vanila, cokelat, stroberi pun datang
Melumerkan lelah di hati yang diam
Membawa ceria yang tak terbayangkan
Di tangan anak-anak yang riang
Es krim adalah mimpi yang terbang
Warna-warni dalam tiap rasa
Seolah dunia penuh sukacita
Es krim tak hanya dingin di lidah
Tapi hangat di dalam jiwa yang lelah
Sejenak, dunia jadi sempurna
Dengan manisnya, hilanglah segala duka
Nama: Siti Layinatul Halimah
BalasHapusNIM: A310220017
Kelas: 5A
Judul Cerpen: Layangan Bali
Karya: Adit Galih
Layangan Di Langit Bali
Dibawah langit biru terukir cerita
Layangan Bali melayang tanpa cela
Nyoman tersenyum sambil memandang
Benang digenggam, mengantar mimpi ke awan
"Hebat", bisik angin disela-sela daun
Layangan terbang tinggi, tak tersentuh debu
Pak Narong datang, dari negeri sebrang
Memberi senyum dan pelajaran
Seni layangan pak Narong ajarkan
Menyatukan hati diantara benang-bennag bersambut
Ditiap simpul benang terselip doa
Angin Thailand dan Bali menyatu tanpa suara
Nyoman belajar dengan penuh sabar
setiap tarikan benang, keajaiban terjalin
Minggu depan janji dilantunkan
Pak Narong akan datang berbagi pelajaran
Ah, layangan indah melambai diangkasa
Terbang tinggi membawa cerita asa
Nyoman dan teman penuh senang
Menunggu hadiah layangan gemilang
Nama : Shanty Noor Azizah
BalasHapusNIM : A310220101
Kelas : 5C
Judul cerpen : Rahasia Kukuh
Karya : Ruri Ummu Zayyan
Sumber : Majalah Bobo
Rahasia di Balik Lari Kukuh
Fandi berlari, tak mau kalah,
Kukuh di depan, tak terkejar sudah.
Nafas tersengal, kaki terasa berat,
“Ah, Kukuh pasti menang,” gumam Fandi, sesal menggumpal.
Berkali-kali berlatih, pagi dan petang,
Namun Kukuh selalu lebih cemerlang.
Seleksi lari tinggal menanti,
Fandi hanya bisa berharap meski hati mulai mati.
Kukuh mendekat, senyum tersungging,
“Mau tahu rahasia suksesku?” ia berbisik ringan.
Langkah larinya cepat, tubuhnya ringan,
Ada cara, ada rahasia yang ia simpan.
Fandi penasaran, ingin tahu lebih banyak,
“Tunggu, apa rahasia yang kau bawa?”
Namun Kukuh tetap tersenyum samar,
Menanti waktu tepat, saat rahasia benar-benar dibeberkan.
Mereka berjalan pulang berdua,
Fandi bingung, arah tak biasa.
“Kukuh pindah,” Fandi baru tahu,
Tiga bulan sudah, rumahnya tak lagi dekat sekolah.
Lelah, mereka duduk di bawah pohon,
Minum bersama, di tengah jalan yang panjang.
Rahasia lari Kukuh akhirnya terungkap,
Bukan hanya kaki, tapi hati yang harus tegap.
Kukuh berbicara tentang jalan-jalan panjang,
Tentang naik angkot, melintasi pasar.
Langkahnya kuat karena terbiasa,
Bukan sekedar lari, tapi hidup penuh asa.
Rahasia Kukuh kini Fandi pahami,
Latihan dan kesabaran, bukan sekadar lari.
Kini Fandi mengerti,
Rahasia lari adalah tekad yang tak pernah mati.
Nama : Rifka Hikmahwati
BalasHapusNim : A310220007
Kelas : 5A
Judul Cerpen : Gendang bersuara
Sumber : Majalah Bobo
Gendang bersuara dan labu ajaib
Dalam sunyinya hutan berkelana
Terdapat kesah dari masa lama
Gendang ajaib berbunyi merdu
Menggema merdu menembus kalbu
Tabuhlah satu, hutan terjaga
Tabuhlah dua, datang bahagia
Labu misterius ditangan sang raja
Tersembunyi rahasia tak terduga
Namun siapa yang serakah didalam
Akan terkurung dilabu kelam
Gendang tak bunyi Haning tanpa gema
Tinggalah kesunyian, bersama dilema
Nama : Dicky Setyawan
BalasHapusNIM : A310220045
Kelas : B
Puisi dari Cerpen: "Robohnya Surau Kami"
Karya : A.A Navis
Surau yang Runtuh
Di surau tua, kakek terdiam,
Menyeka debu dari sajadah kusam,
Dengan doa, ia bicara pada Tuhan,
Namun di hatinya, ada beban terpendam.
Setiap langkah kaki penuh sujud,
Namun dinding-dinding surau mulai surut,
Tak ada lagi yang datang mendengarkan,
Kecuali dirinya dan kesunyian yang diam-diam menyerang.
“Apakah ibadahku berarti?”
Begitu ia bertanya, sambil menatap langit sepi.
Lelaki muda datang dan berkata,
“Kehidupan lebih dari sekadar doa dan surga.”
Nama : Meidila
BalasHapusNim : A310220086
Kelas : 5B
Carpen: "Titipan Tante Arin"
karya : :Hairi Yanti"
Titipan dari rumah
Dikota kembang, warna-warnı bermekaran
Tapı hatiku rindu, pada yang tak terlupakan
Ikan asin, mandai, sederhana tapi nikmat
Titipan tante arin, kenanganku yang teramat
Awalnya heran, mengapa dibawa jauh
Di bandung banyak makanan, yang manis dan gurih
Namun saat kurasakan, di lidah yang rindu
Ternyata, rumahku, selalu ada disini
Kota Bandung Indah, dengan segala pesona
Tapı hatiku tetap merindu, pada rasa yang sederhang
Ikan asın, mandi, bukan sekedar santapan
Tapi peluk hangat keluarga, disetiap suapan
Khayya Meilina Eka Hastuti
BalasHapusA31022006/5B
Puisi dari tercerah: Puasa Arafah pertama dan terakhir, dari majalah Naashiha
Judul: Harga bahagia
Banyak, rahasia tersimpan dalam jiwaku
Membisu
Terbisu
Bisu
Isak disunyi
Lirih mengisi sanubari
Arafah di bulan haji
untuk hijrah pertama dan terakhir
Pertama, obat laraku
terakhir, obat pintaku
Terkabul
dijemput posisi terindah
dijemput senyum penyesalan
dijemput harum firdaus
dijemput Sang Nur tercerah
Nama: Pramesti Kusumawardhani
BalasHapusNIM: A310220056
Kelas: 5B
Mata kuliah: Menulis Kreatif
Judul: Penepatan kita
Dibalik senyumanmu yang tenang
Ada janji yang kau bawa, tanpa bimbang
Hadiah kecil berhiaskan pita merah
Mengikat kenangan dalam setiap langkah
Namun waktu berlalu membawa luka
Tawa palsu dan pukulan yang mendera
Meski terluka, aku tetap berdiri
Menanti janji yang akan kembali berseri
Sumber dari Cerpen "Promise" karya Khauliya Mufarikha pada Majalah Naashiha Edisi XXI
Nama: Hana Jihan Fadhila
BalasHapusNIM: A310220072
Kelas: 5B
Judul Puisi: Membuang Mutiara
Kaki yang tak kuat lagi tuk berdiri
Senyum keriput berseri
Penantian panjang akan temu buah hati
Swastamita menatap sedih
Pada hasta yang lunglai
Dengan secarik kertas putih
Berisi angan yang tak kembali
Sumber majalah NaaShiha dengan cerpen berjudul "Secarik Kertas Untuk Ibu"
Nama: Fatimah Nurul Ramadhani
BalasHapusNim: A310220062
Kelas: Menulis Kreatif/5B
Judul Puisi: I Love Pesantren
Sumber Cerpen: Majalah Naashiha MTS N Surakarta II, Edisi 18, Karya Alifah Kamila Nisri/ VIII A2
I love Pesantren
Aku sudah kelas 6 SD
Kelulusanku hanyalah tinggal menghitung waktu
Pesantren adalah putusan dari kedua orang tuaku
Walau hati menolak, tapi apalah dayaku
Hari itu tiba, dimana kedua orangtuaku mengantar ketempat itu
Di pesantren itu aku harus melewati tes
Mengerjakan soal dengan asal-asalan adalah caraku
Agar tidak lulus ditempat itu
Sungguh aku sangat tidak ingin ditempat itu
Aku sudah berusaha untuk menolak dan merayu kedua orangtuaku
Tapi kata "Kamu harus tetap sekolah disana agar kamu lebih mandiri"
Alasan klise yang diberikan oleh kedua orangtuaku
Hari itu, hari dimana aku memulai kehidupan baruku ditempat itu
Berpisah dengan orang tuaku adalah hal yang menyayat hati
Hari-hari kulalui dengan menyendiri dan menangis dalam diam
Untungnya aku bertemu denganmu, Tia
Teman sekamarku yang sangat menyayangiku
Tia adalah sahabat sekaligus penyemangat aku menempuh pendidikan ditempat itu
Pada akhirnya aku dapat berbaur dengan orang-orang di sana
Aku sangat menyukai tempat itu
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Bilqiis Auradeswim
BalasHapusNim: a310220063
Kelas: 5B
Judul puisi: Sahabat Peri Sungai
Sumber cerpen: Majalah Bobo kilas balik Indonesia 2018
Sahabat Peri Sungai
Sahabat Peri Sungai...
Ketahuilah pertemuan adalah perpisahan yang tertunda
Tepat saat ayam desa berkokok
Kedua sahabat itu berpisah
Mendapat teman tulus adalah hadiah
Kebaikan hatimu bak aroma teh terbaik
Kesedihan karena perpisahan bak membakar dupa
Perih bila asapnya terkena mata
Peri Sungai...
Terimakasih atas kebaikan hatimu
Ketulusanmu adalah hadiah terbaik
Selamanya kau dan aku adalah sahabat
Nama : Marlina Yuan Meilawati
BalasHapusNIM : A310220036
Kelas : 5A - Menulis Kreatif
Judul Cerpen : Gara-Gara Nenek Lupa
Karya : L.Olivia
Judul Puisi : Rindu yang Keliru
Rindu yang Keliru
Di ujung tahun yang cerah,
Rino dan keluarga bersiap penuh gairah.
Liburan menanti dengan senyum merekah,
Desa Nenek selalu menjadi arah.
Namun kali ini, ada yang berbeda,
Nenek ingin ke kota, lupa agenda.
Rindu cucu buatnya lupa janji,
Bahwa pantai adalah tujuan kami.
Ada salah, tapi tak mengurangi,
Hangatnya cinta dalam sanubari.
Rino, Ela, Ayah, dan Ibu berangkat juga,
Menuju desa yang penuh nostalgia.
Akhirnya mereka tiba, tawa lepas,
Kesalahan kecil segera terhapus,
Rindu terpenuhi, hati kembali pulih,
Liburan penuh canda, cinta takkan sirna.
Meski ada keliru dalam langkah,
Tak ada yang hilang dari tawa cerah.
Akhirnya bahagia pun terjalin erat,
Di tahun ini, rindu kita terselamatkan.
Nama : Rosalia Arofatul Ihsani
BalasHapusNIM : A310220047
Kelas : 5B - Menulis Kreatif
Judul Cerpen : Hatarakibachi
Karya : Awit Radiani
Judul Puisi : Pertemuan Kembali
Secarik surat undangan itu
Ia berikan khusus padaku
Seniman dari negeri seberang
Yang dipersilakan untuk bertandang
Namun, hatiku kian terasa gamang
Segalanya terasa begitu timpang
Pantaskah aku berdiri disini
Sementara namaku masih kecil di negeri sendiri
Angin musim semi menerpa rambutku
Mengantarkan jejak kaki ini
Tuk menyambangi Tokyo Sky Tower yang menjulang tinggi
Sembari melihat lalu lalang hatarakibachi
Di sini hari-hari sibuk selalu datang
Sementara persaingan tak menyisakan ruang
Menjelma kaum yang tak mengenal diam
Ramai kutu pekerja yang tak mengenal redam
Nama : Visa Putri Aprilia
BalasHapusNim : A310220080
Kelas : 5 B / Menulis Kreatif
Judul Cerpen : Timun Mas
Karya : Rahmah Asa
Judul Puisi : Keberanian Yang Tak Terpadamkan
Keberanian Yang Tak Terpadamkan
Di tengah hutan, sunyi dan sepi,
Mbok Randa berdoa, harapan tak henti.
Dari biji timun, lahirlah Timun Mas,
Seorang gadis cantik, bawa harapan yang luas.
Namun janji raksasa datang menagih,
Saat Timun Mas beranjak dewasa, hati bergetar.
Dengan kasih sayang, ibunya berdoa,
Mencari cara agar anaknya selamat dari bahaya.
Empat benda ajaib diberikan sang petapa:
Biji timun, jarum, garam, terasi yang berharga.
Timun Mas berlari, raksasa mengejar,
Dia taburkan biji, ladang timun tumbuh subur.
Jarum dilemparkan, bambu berduri menjulang tinggi,
Garam ditaburkan, jadi lautan tak terperi.
Namun raksasa tak gentar, mendekat lagi,
Hingga terasi terakhir mengubah tanah jadi lumpur sepi.
Raksasa tenggelam dalam lumpur pekat,
Timun Mas selamat, hatinya penuh syukur dan semangat.
Bersama ibunya kini hidup bahagia dan damai,
Menghadapi dunia dengan cinta yang takkan sirna dan pergi.