TUGAS MENULIS NASKAH LAKON

 Silakan tulis di sini!

Komentar

  1. Nama: 'Abidah Ulul 'Azmi
    NIM: A310200094
    Kelas: 5B/PBSI
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi "Kata"

    1. Judul: Aku
    Semesta berbisik di benakku,
    bahwa aku harus menulis,
    Mengelana bersama jutaan huruf yang
    tercecer tanpa cerita.
    Semesta berbisik di benakku,
    bahwa aku harus menunjukkan diri,
    Bersama pena yang tak pernah surut
    mengeluarkan tinta perbuatan.
    Semesta membawa ku pergi berkunjung ke
    neptunus, mars, dan saturnus.
    Dalam potongan mimpi-mimpi yang
    berserakan di malam-malam sunyi.
    Aku, hanyalah aku.
    Biarkan semua kertas ini terisi dengan banyak
    kisah.
    Aku di masa lalu, adalah aku.
    Aku yang sekarang, adalah aku.
    Aku di masa depan, tetaplah aku.
    Aku tidak terlahir kembali.
    Aku hanya kembali membuka mata.

    2. Judul: Buram
    Aku membiarkanmu semakin buram dari pandangan
    Sebab diri tak lagi mengarahkan pandangan di tempat mu berdiri
    Terperangkap untuk semakin menyalahkan keadaan
    Sementara diri dipenuhi banyak beban
    Cukuplah kau isi omong kosong
    Cerita cinta yang romantis itu nyatanya tidak
    Apa lagi, tuan?
    Aku kini terlatih untuk terluka

    3. Judul: Sandiwara
    Waktu menghabisiku tanpa pendewasaan
    Tak muda untuk mengerti bagaimana hebatnya terjatuh
    Segalanya berkerumun dalam pikiran
    Tapi tubuh tak peduli
    Tergagap, sungguh mengagumkan sandiwara ini
    Melankolis untuk sebuah pertunjukan drama
    Sebab tampaknya, pemeran pendukung lebih bersinar daripada pemeran utama

    4. Judul: Bertanya-tanya
    Aku mencari tahu
    Dari warna hitam dan putih
    Dalam banyak detik dan berjam-jam
    Beberapa waktu
    Bagaimana itu terjadi?
    Apakah salah atau benar?
    Aku terjebak diantara keheningan dan suara
    Tak lagi menggenggam dengan erat
    Bertengkar dengan diri sendiri
    Aku mencari tahu ...
    Melihat seperti apa siang dan malam
    Tanpa perlu manipulasi
    Tanpa perlu beramai-ramai
    Di sana
    Akan selalu ada kebisingan
    Mereka menatap cahaya dengan sudut pandang lain
    Tak sama dengan tempat ku berdiri Bahkan jika itu seorang diri,
    aku merasa tidak perlu mencoba seperti mereka
    Berjalan, ikuti, dan buat cerita sendiri, aku lah pemeran utamanya
    Meskipun aku, seorang diri.

    BalasHapus
  2. Nama: 'Abidah Ulul 'Azmi
    NIM: A310200094
    Kelas: 5B/PBSI
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi "Kata"

    5. Judul: Siapa?
    Ini rasa sakit
    Menjadi takut dengan mata orang sekitar ku
    Begitu pandai kau mengelabuhi
    Banyak manusia bersyair bahagia jika jatuh cinta
    Sebenarnya siapa yang mengatakannya?
    Siapa?
    Disini..
    Aku masih begitu terbelakang
    Jika kau menjadi aku, bagaimana kau akan menghadapinya?
    Jika hari-hari yang gila dan menyesakkan ini menjadi milik mu? Apa kau tahu keadaan ku yang sekarang ?
    Tak ada lagi tidur nyenyak
    Menjadi semakin hancur
    Hingga mati rasa
    Kendati pun tak ada cara untuk mu kembali
    Aku masih di sini

    6. Judul: Luka
    Namaku adalah luka
    Aku membersamai di setiap langkah
    Aku menyakiti di setiap perjalanan
    Bukan karena aku ingin membuatmu berhenti
    Tapi karena aku ingin membuatmu tetap bertahan
    Aku adalah luka
    Aku adalah rasa sakit
    Aku adalah kepedihan
    Aku adalah rasa yang tidak diinginkan
    Sebuah luka yang menggendong pelajaran
    Rasa sakit menumbuhkan kekuatan
    Kepedihan yang mengundang sabar
    Nyata adanya
    Hidup ini tidak selalu tentang keinginan
    Akan selalu dipenuhi dengan diriku
    Jangan berusaha melarikan diri
    Karena pelarian itu justru akan membuat semakin terluka

    7. Judul: Usai
    Malam ini aku memutar judul lagu yang sama.
    Terus begitu, seperti di malam-malam yang lalu.
    Aku ingin berhenti.
    Tapi setiap aku mencoba untuk tidak melakukannya, rasanya itu sangat menyalahi aturan.
    Malam ini aku mengingat kembali cara kita belajar dari kesalahan.
    Bagaimana denganmu?
    Dulu
    Setiap pandangan kita bertemu adalah seperti sebuah pertunjukan yang sangat mengagumkan.
    Seolah tidak ada lagi hal menarik di dunia ini selain dirimu.
    Sekarang aku bertanya-tanya apa yang terjadi pada kita hingga kita menjadi asing satu sama lain.
    Aku sangat terkejut dengan seberapa banyak kau membuatku mengeluarkan air mata.
    Dan kenyataan bahwa kau pergi tanpa meninggalkan satupun luka justru membuatku semakin terluka.
    Ini terlalu berlebihan.
    Melewati saat-saat dimana aku tetap begitu jelas melihatmu, bahkan di saat mataku tertutup.
    Melewati saat-saat dimana aku berjuang menutup kedua telingaku dengan telapak tangan, karena suaramu yang terdengar begitu nyaring.
    Padahal kau bahkan tidak mengatakan apapun.
    Rasanya bukan. Ini bukan aku.
    Aku tidak bisa lagi mengenali diriku sendiri.
    Bagaimana kamu masih mengisi hari-hariku sementara kita tidak lagi saling berbicara?
    Seperti orang bodoh yang tetap berulang kali mencoba untuk mendatangimu, meski benar-benar tahu jika aku akan kembali tersakiti.
    Malam ini aku menyadari kembali, bahwa aku belum benar-benar belajar dari kesalahan.
    Bagaimana denganmu?
    Malam ini aku membaca catatan yang sama. Terus begitu, seperti di malam-malam yang sebelumya.
    Aku ingin berhenti.
    Tapi setiap aku mencoba untuk tidak melakukannya, rasanya itu sangat menyalahi aturan.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nama : Fani Devikasari
    NIM : A310200004
    Kelas : 5A
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi “Kata” dan Cerpen

    1.Judul : Pelangi
    Terlalu singkat hadirmu
    Namun berhasil mengukir senyum di bibirku
    Dirimu yang tak pernah gagal membuatku takjub akan keindahanmu
    Warna warni di langit kelabu

    2.Judul : Baru Klinting
    Kemarahan hati seseorang
    Menciptakan air deras yang menggenang
    Suara gemuruh tak karuan
    Penduduk desa berlarian
    Malam itu penuh dengan ketakutan
    Ketakutan yang menciptakan kegaduhan
    Hidup mereka tak terselamatkan
    Air yang akhirnya menenggelamkan
    Air yang menggenang
    Menjadi rawa yang bening
    Mereka menyebutnya Rawa Pening
    Tercipta karena kemarahan baru klinting

    3.Judul : Kehidupan
    Kehidupan
    Hidup punya banyak cobaan
    Agar kita tahu bagaimana cara bertahan
    Hidup tak selalu tentang keindahan
    Kadang terbalut akan kesedihan
    Kehidupan memang melelahkan
    Tapi itulah kehidupan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fani Devikasari
      NIM : A310200004
      Kelas : 5A
      Mata Kuliah : Menulis Kreatif
      Karya : Antologi Puisi “Kata” dan Cerpen

      4.Judul : Hilang Arah
      Aku hanya bisa berserah
      Berserah pada langkah yang hilang arah
      Menjalani hidup dengan tabah
      Berjuang mengubah lelah menjadi lillah
      Rasa sakit yang kian parah
      Membuatku ingin menyerah
      5.Judul : Pintaku
      Tuhan
      Aku tidak meminta bebanku diringankan
      Hanya berharap dadaku dilapangkan
      Agar kuat menghadapi cobaan
      Untuk menjalani kehidupan
      Mengejar impian untuk masa depan
      6.Judul : Tanya
      Hujan rintik di awan kelabu
      Rawan rindu berakhir sendu
      Rindu yang terus menggebu-gebu
      Ingin bertemu melepas pilu
      Bagaimana kabarmu?
      Bagaimana dengan hatimu?
      Akankah kita akan bertemu?
      Tanya yang memenuhi isi hatiku

      Hapus
    2. Nama : Fani Devikasari
      NIM : A310200004
      Kelas : 5A
      Mata Kuliah : Menulis Kreatif
      Karya : Antologi Puisi “Kata” dan Cerpen

      10.Judul : Doa
      Aku berusaha mengubah takdirku
      Mengubah takdir dengan lantunan doaku
      Memanggil nama-Nya di setiap sujudku
      Berharap ridho-Nya di setiap hariku

      11.Judul : Hujan
      Dia bisa menjadi berkah
      Namun juga bisa menjadi musibah
      Dia selalu jatuh ke dunia
      Namun tak pernah ada rasa trauma
      Kemarin dia datang lagi
      Hujan di sore hari

      12.Judul : Andai
      Andai waktu bisa diputar
      Kan kuperbaiki kesalahanku
      Andai aku tahu akan seperti ini
      Aku tak kan melangkah sejauh ini

      Hapus
    3. Nama : Fani Devikasari
      NIM : A310200004
      Kelas : 5A
      Mata Kuliah : Menulis Kreatif
      Karya : Antologi Puisi “Kata” dan Cerpen

      13.Cerpen : Ruli si Berang-berang
      Pada suatu hari,seekor berang-berang bernama Ruli sedang menyusuri sungai.Ia melihat ada anak kelinci yang berteriak ketakutan karena hanyut terbawa arus.Ruli pun membantu anak kelinci itu dengan membawanya ke tepian.Di tepian sungai terlihat ibu kelinci yang mencari anaknya.Ruli pun menghampiri ibu kelinci tersebut dan mengembalikan anaknya dan menjelaskan apa yang terjadi ke ibu kelinci.Ibu kelinci tersebut bernama Tina.
      Tina sangat berterima kasih kepada Ruli.Tina pun berjanji suatu saat akan membalas kebaikan Ruli.Ruli membalasnya dengan senyuman dan berkata bahwa ia tulus membantunya tanpa mengharapkan suatu imbalan.Tina pun terharu.Hari sudah mulai gelap,Tina pamit kepada Ruli untuk pulang ke rumah karena anak-anaknya yang lain pasti menunggunya.
      Di keesokan harinya hujan begitu lebat.Hujan yang tidak kunjung reda menyebabkan air sungai meluap dan banjir.Hal itu membuat rumah Ruli terbawa arus banjir.Namun Ruli tak dapat berbuat apa-apa,ia hanya bisa menunggu hujan reda.Setelah hujan reda,Ruli terlihat sedih karena rumahnya sangat hancur berantakan.
      Banyak potongan kayu yang hanyut terbawa arus banjir.Di lain sisi,Tina yang mendengar bahwa rumah Ruli hanyut terbawa arus pun tidak tinggal diam.Tina mengumpulkan saudara-saudara dan teman-temannya kelinci untuk meminta bantuan dengan mencarikan potongan kayu.Setelah potongan kayu dirasa sudah banyak.Tina dan yang lainnya membawanya ke tepi sungai.Tina memanggil Ruli.Ruli yang tampak sedih pun datang karena panggilan Tina.
      Tina berkata “Ruli,aku dan teman-temanku mengumpulkan potongan kayu untuk kamu.Kami mendengar bahwa rumahmu hanyut terbawa arus banjir kemarin.”Ruli dengan mata berkaca-kaca pun terharu mendengar penjelasan Tina.Ia sangat berterima kasih kepada semuanya telah membantu mengumpulkan potongan kayu yang dapat digunakan untuk memperbaiki rumahnya.

      Hapus
  5. Nama : ERNAWATI
    NIM : A310200105
    Kelas : 5B
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Puisi

    1. Judul: Bersama Dirinya
    Diantara berjuta manusia yang ada
    Diriku hanya tertuju padanya
    Dengan rasa yang tak terucap oleh kata
    Deru hati yang tak terdengar oleh telinga
    Siapa sangka jadi begini adanya
    Bersamamu menghadapi dunia
    Berdua merajut asa
    Sebagai satu kesatuan jiwa
    Langkahku menyatu dengan langkahnya
    Jariku bertaut dengan jarinya
    Kerasnya hidup tak terasa
    Jikalau selalu bersamanya

    2. Judul: Isi Kepala
    Memikirkan hal yang tak berguna
    Menduga-duga keadaan kedepannya
    Merasa lelah setiap harinya
    Mengkhawatirkan dugaan yang belum tentu benar adanya
    Ingin pecah rasanya
    Mungkin ini tahap dari usia
    Syukuri saja apa adanya
    Jalani semua dengan tawa

    3. Judul: Bagaimana?
    Bagaimana?
    Jika kau menginginkan bintang
    Tetapi yang kau dapat adalah bulan
    Bagaimana?
    Jika kau memiliki harapan yang terbentang
    Tetapi Tuhan tak jua mewujudkan
    Bagaimana?
    Jika jiwamu tak kunjung tenang
    Tetapi dipaksa tuk merelakan
    Upaya apa yang dapat diri lakukan tuk mempersenang
    Selain berpasrah pada keadaan

    4. Judul: Syukur
    Cahaya matahari menyambut pagi ini
    Kulihat wanita tua pengais sampah bergegas menjemput rezeki
    Aku tersenyum hangat sebagai tanda sapa
    Agar diri tak dinilai jumawa
    Satu karung yang sudah ia dapat
    Terlihat begitu berat
    Baju lusuh yang begitu kusut
    Pertanda diri kurang terurus
    Mengingatkanku tentang rasa syukur kepada Nya
    Tentang semua nikmat kehidupan yang tak ada batasnya

    5. Judul: Ceroboh
    Kamar gelap temaram tersorot cahaya dari luar ruangan
    Merebahkan badan untuk mengurai kelelahan
    Bersiap untuk segera lelap ke alam bawah sadar
    Kumainkan gawai hingga waktuku habis terbuang
    Cerobohnya diriku sampai-sampai bangunku kesiangan

    6. Judul: Rindu
    Air mataku mengalir
    Menggambarkan rasa rindu yang terukir
    Menjalani ketentuan takdir
    Risiko yang telah terpikir
    Kali pertama kurasa
    Berada jauh dari ibu bapa
    Mencari ilmu alasannya
    Sebagai bekal dimasa tua

    7. Judul: Tobat
    Bukan lagi dosa katanya
    Karena semua orang melakukannya
    Bukan lagi dosa katanya
    Karena semua orang memakluminya
    Dikasih peringatan tak mau
    Ditunjukkan yang benar tak sadar
    Mengikuti tren zaman yang tak ada habisnya
    Melakukan semua semaunya
    Bersyukur pada sang pencipta
    Maha pengampun segala dosa
    Yang memaafkan kesalahan kita
    Sebagai makhluk yang jumawa

    8. Judul: Memohon Belas Kasihan-Nya
    Saat semua terasa berat
    Tak henti tanganku terangkat
    Mengucap runtutan doa
    Kepa-Nya tempatku meminta
    Saat semua berjalan begitu lambat
    Tak henti diriku bertaubat
    Agar Tuhan senantiasa iba
    Sehingga dipermudah jalannya
    Saat semua begitu mengikat
    Tak henti imanku pertingkat
    Berusaha berbaik sangka
    Pada setiap ketetapannya

    9. Judul: Susah Percaya
    Siapa percaya adanya cinta
    Saat semua ucapannya dusta
    Perasaannya terbagi dua
    Hadirnya tak selalu ada
    Siapa percaya adanya kasih
    Setiap ucapannya terasa perih
    Membuatku semakin tertatih
    Memahimi sikap yang begitu risih
    Siapa percaya adanya sayang
    Jika janji yang diucapnya melayang
    Kebebasan selalu dikekang
    Hingga perasaan menjadi bimbang

    10. Judul: Kehidupan Kos Mahasiswa
    Diam tak saling sapa
    “Kurang begitu kenal” katanya
    Tidak pernah terjadi interaksi
    Saling sibuk dengan urusan sendiri
    Berteduh di satu atap yang sama
    Berusaha mencapai tujuannya
    Berlatih mandiri alibinya
    Berada jauh dari keluarga
    Tidak ada rasa saling menjaga
    Karena itu bukan urusannya
    Terlalu ikut campur takutnya
    Pura-pura tidak tahu saja

    BalasHapus
  6. Nama : ERNAWATI
    NIM : A310200105
    Kelas : 5B
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Cerpen
    Judul : Bangun
    Secangkir the dan roti panggang yang wanginya memenuhi ruangan menjadi pilihan Haha untuk menu sarapannya pagi ini. Gadis cantik berambut panjang itu terlihat sudah berdandan rapi, karena hari ini dirinya ada janji dengan sahabatnya Lulu untuk pergi ke pusat perbelanjaan bersama. “Selamat pagi Mimi, selamat pagi Pipi.” Sapa Haha kepada Ayah dan Ibunya yang turut duduk di ruang makan untuk menyantap sarapan bersama.
    Raut wajah Lulu terlihat begitu sumringah ketika melihat mobil yang dikendarai oleh Haha tiba di depan rumahnya. Lulu sontak berlari dan segera masuk kedalam mobil Haha, dirinya sudah tak sabar untuk pergi ke pusat perbelanjaan bersama dengan Haha.
    Pemandanagn yang begitu memukau mampu membuat mata keduanya terbelalak. Deretan baju-baju mahal yang tersusun rapi, tas-tas yang tersusun di etalase kaca tembus pandang, dan sepatu-sepatu cantik terpampang di dinding toko. Tanpa menunggu aba-aba Haha dan Lulu langsung memilih dan mengambil barang-barang yang mereka inginkan.
    Tak sampai disitu, setelah keduanya merasa puas berbelanja Haha dan Lulu bergegas menuju salon kecantikan untuk mempercantik diri mereka. Mengubah warna rambut, mewarnai kuku, dan melakukan perawatan kulit merupakan kegiatan rutin yang sering mereka lakukan. Apalagi mengingat besok Imagination, pacar Haha, akan datang menemuidirinya sehingga penampilannya harus mempesona dari ujung kaki hingga ujung kepala.
    Setelah lelah melakukan aktivitas hari ini, Haha segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamar mewahnya. Dirinya merasa sangat bahagia dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan kekasihnya imagination besok pagi.
    Baru sekejap ia memejamkan mata, tiba-tiba terdengar teriakan yang begitu keras dari luar kamar “Haha bangun!, waktunya pergi bekerja atau nanti kau akan terlambat.” Masih dengan mata terpejam Haha masih berusaha memahami kata-kata yang baru saja ia dengar. Timbul pertanyaan dalam benak Haha, mengapa dirinya harus bekerja? Bukankah selama ini Mimi dan Pipinya sudah mencukupi kebutuhannya tanpa dirinya harus bekerja.
    Kemudian Haha membuka matanya, terlihat langit-langit kamarnya yang tadinya dilapisis oleh emas berubah warna menjadi putih kekuningan akibat kebocoran air hujan. Seperti tersambar petir disiang bolong Haha kaget dan langsung melompat turun dari tempat tidur, dirinya terlihat jebingungan. Dimana rumah mewah yang tadi ditempatinya? Baju, tas, dan sepatu yang baru saja ia beli bersama Lulu tadi hilang kemana?.
    “Ada apa Haha?” tanya ibu Haha yang bingung melihat tingkah laku Haha, “Cepat segera mandi! Kau harus segera pergi bekerja.” Perintah ibu Haha.“Ternyata aku hanya bermimpi” ucap haha sambil mencubit pipinya sendiri.
    Setelah selesai bersiap-siap Haha segera menuju dapur untuk sarapan bersama bapak dan ibunya. Tidak ada roti bakar dan secangkir the hangat yang dihidangkan dengan peralatan makan mewah. Hanya ada nasi, telur balado, dan tumis kangkung yang dimasak oleh ibunya pagi ini sebagai menu sarapan. Inilah kehidupan Haha yang sebenarnya, Haha adalah seorang gadis biasa yang bekerja di minimarket, ibunya hanyalah seorang ibu rumahtangga biasa, dan ayahnya bekerja dikantor kelurahan dengan gaji yang hanya pas-pasan.
    Tidak ada mobil mewah seperti kehidupan dimimpinya, orang tuanya hanya memiliki satu motor dan satu sepeda. Setiap hari Haha naik sepeda saat pergi bekerja. Meskipun kehidupan mewahnya tadi hanyalah mimpi belaka, sejujurnya Haha sangat senang dan menikmati hidupnya yang sederhana. Bagi Haha apapun tantangan kehidupan yang dihadapinya tidak akan jadi masalah besar jika ayah dan ibunya selalu ada di sampingnya dan mendukungnya. Karena Haha sangat menyayangi kedua orang tuanya lebih dari apapun di dunia ini.
    SELESAI

    BalasHapus
  7. Nama: Ari Diah Nur Ayuni
    NIM: A310200041
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: cerpen

    "Proteksi di tengah pandemi"
    Pada awal bulan Maret, aku banyak mendengar berita mengenai pandemi virus yang mewabah di seantero negeri dunia. Bukan kepalang main, virus yang bernama Covid-19 ini telah banyak merenggut jiwa berjatuhan bahkan hingga hari ini. Semenjak pandemi sekarang setiap orang dimanapun ia berada haruslah menjaga jarak satu sama lain demi menjaga diri masing-masing dari penyebaran virus ini.
    Sudah berbulan-bulan juga ribuan sekolah ditutup dan merumahkan banyak siswa yang sejatinya masih harus menempuh kewajibannya untuk belajar di sekolah namun apa daya penyebaran virus yang sangat cepat mengancam siswa apalagi seperti aku dan mungkin kebanyakan siswa lainnya yang aktif kesana kemari sehingga tidak ada pilihan lain selain harus belajar secara online di rumah.
    Setiap harinya pemerintah negaraku selalu mengingatkan akan proteksi diri yang harus dilakukan selama di tengah situasi pandemi saat ini seperti menerapkan protokol kesehatan di berbagai fasilitas publik, mengeluarkan kebijakan mengenai pembatasan sosial berskala besar, menggunakan masker, dan masih banyak lagi langkah pemerintah yang dianjurkan untuk dipatuhi oleh masyarakat.
    Aku sendiri pun harus mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah negaraku dengan menerapkan cuci tangan setiap memegang benda yang banyak disentuh orang ataupun setiap melakukan aktivitas di luar rumah, lalu aku menggunakan masker dan membawa hand sanitizer kemanapun aku akan pergi karena aku tahu banyak ancaman penyebaran virus di luar sana.
    Namun, satu hal yang sangat kusayangkan adalah masih banyak orang di luar sana belum sadar betapa pentingnya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan di tengah pandemi saat ini.
    Aku banyak melihat ketika aku harus pergi ke pasar dan menemukan banyak orang masih tidak menggunakan masker serta tidak menjaga jarak sebagaimana mestinya. Aku memahami bahwa menyadarkan setiap orang itu tidaklah mudah tetapi aku bisa memulainya dengan menyadarkan dari diri sendiri sehingga ketika orang sudah melihat kesadaran kita betapa pentingnya menjaga kesehatan demi proteksi diri di tengah pandemi maka akan banyak yang juga ikutan sadar seperti aku. Seperti itulah sepenggal ceritaku dan tetap selalu menjaga kesehatan bagi siapapun yang membaca cerita ini.

    BalasHapus
  8. Nama: Ari Diah Nur Ayuni
    NIM: A310200041
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi


    Yang Berharga Bagi Kita

    Tahukah kamu …
    Apa yang paling termurah?
    Apa yang sangat murah hingga tidak berharga?
    Apa yang mudah dipertahankan tetapi suka diabaikan?


    Tentu saja …
    Sehat jawabannya, hanya sehat
    Harta dan waktu sebanyak apa pun
    Akan sirna karena sakit
    Betapa menyenangkannya hidup sehat
    Dapat beraktivitas dengan riang
    Jadi, jangan biarkan sakit menghampiri
    Karena sehat itu sangat murah

    BalasHapus
  9. Nama: Ari Diah Nur Ayuni
    NIM: A310200041
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi


    Ayo Hidup Sehat
    Mulailah dari sekarang
    Makan makanan yang bergizi
    Memakan sayur
    Memakan buah
    Jangan kau malas, ayo makan makanan yang bergizi
    Untuk tubuh yang sehat
    Berikan yang terbaik untuk kesehatanmu
    karena pada tubuh yang sehat, ada jiwa kuat
    Aku tidak mau sakit
    Rasanya pahit
    Tubuhku tak berdaya
    Lemas dan bertenaga

    Aku berjanji pada ibu
    Akan makan makanan yang bergizi
    Banyak minum air putih
    Tidur yang cukup
    Tak akan jajan sembarangan lagi
    Untuk semuanya
    Ayo jaga kesehatan dari sekarang
    Cintai tubuhmu, sayangi kesehatanmu
    Karena sehat itu mahal

    BalasHapus
  10. Nama : ERNAWATI
    NIM : A310200105
    Kelas : 5B
    Mata kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Naskah Lakon

    Naskan Lakon Cerpen “Alkisah Sal Mencari Kang Mad” Karya Ahmad Tohari
    Babak I (Rumah Nenek Nyami)
    Kang Mad, Santoyib, dan Kantun duduk mengelilingi meja dalam kegelapan malam. Mereka berbicara dengan berbisik agar suara mereka tidak menembus keluar dinding.
    Adegan 1
    Santoyib: (hendak menggulung tembakau dengan kulit jagung) Kantun tolong nyalakan pelitanya!.
    Kantun: (mengangguk)
    Adegan 2
    Terdengar suara burung bence mencecet terbang melintas di atas rumah. Kang Mad cepat meniup pelita dan segera melompat keluar melalui pintu belakang.
    Santoyib dan Kantun roboh terkena tembakan tentara Belanda dengan tubuh saling tindih di tanah.
    Babak II (Rumah Sal)
    Adegan 3
    Sal: (gemetar ketakutan sambil menangis) Tuhan semoga kau selalu melindungi Kang Mad suamiku.
    Babak III (Rumah Nenek Nyami)
    Adegan 4
    Terdengar rintihan orang dari rumah Nenek Nyami. Itu suara Kantun. Dia terus mengerang. Nenek Nyami keluar dari persembunyian di kolong balai-balai, lalu memangil-manggil siapa pun yang bisa mendengar.
    Lampu dinyalakan. Dua tubuh lelaki bertindihan di tanah.
    Sal: (segera memburu) Kantun dan Santoyib. Kang Mad di mana? Dibawa tentara Belanda? (Sal menangis dengan suara tertahan-tahan sambil mendekap bayinya).
    Seorang tetangga datang membawa kain sarung berlumur darah.
    Sal: (menjerit dan bayinya ikut menangis) Haaaaaaa!
    Tetangga: Sarung kutemukan di belakang rumah ini. Jangan menangis. Tadi saya mendengar suara orang berlari ke arah sawah. Itu pasti Kang Mad.
    Sal: Kang… Kang Mad lari? Dan sarungnya berdarah-darah?
    Tak seorang pun menjawab pertanyaan Sal. Semua sibuk mengurus mayat Santoyib, dan Kantun terus mengerang-erang.
    Sal: (menarik tangan Limun, adiknya) Temani aku mencari Kang Mad. Ayo cepat!
    Mendengar suara Sal, semua orang menoleh, lalu menegakkan punggung. Tampaknya tak ada yang menyetujui niat Sal.
    Juned: Jangan, biar saya yang mencari Kang Mad.
    Nenek Nyami: Eh iya! Kamu, Sal, jangan ke mana-mana. Kamu perempuan dan punya bayi yang baru lahir. Wanti-wanti jangan.
    Juned: Benar, meski kena tembak ternyata Kang Mad masih bisa lari. Dia orang kuat. Di Dukuh Kidul ini dia jadi jagabaya. Kang Mad juga pesilat tangguh. Percayalah, Kang Mad bisa menyelamatkan diri.
    Adegan 5
    Mayat Santoyib dimandikan, disalati, dan dikubur dengan sederhana di pekarangan. Semua dilakukan dengan tergesa karena takut tentara Belanda datang lagi. Kantun dibawa Juned, katanya akan dicarikan obat.
    Babak IV (Rumah Sal)
    Adegan 6
    Sal gelisah sambil menggendong bayinya. Tekadnya sudah bulat untuk pergi mencari kang Kang Mad.
    Sal: (membangunkan Limun yang sedang tidur) Limun ayo bergegas kau harus ikut denganku untuk mencari Kang Mad.
    Babak V (tepi sungai)
    Adegan 7
    Sal masih berdiri termangu memandang aliran sungai yang deras.
    Mbok Makri: Hai, kamu Sal istri Mad kan? Sepagi ini kamu mau ke mana? Jangan menyeberang, bahaya.
    Sal: Tolong bantu saya menyebrang sungai mbok. Saya ingin mencari Kang Mad
    Mbok Makri: Kamu sungguh ingin menyeberang untuk mencari Kang Mad?
    Sal: (mengangguk)
    Mbok Makri: Baik. Sekarang serahkan bayimu kepada Limun dulu. Kamu akan saya bawa berenang ke seberang. Ayo!
    Babak VI (Rumah Mbok Makri)
    Adegan 8
    Mbok Makri: Saya akan menemukan suamimu. Saya tahu tempat-tempat rahasia para pejuang di hutan jati.
    Sal: (mengangguk)
    Mbok Makri: Sekarang urus dulu bayimu dengan baik di sini. Lihat bayimu sudah amat kurus dan kudis memenuhi kulit sampai ke pelupuk mata. Kamu berhari-hari tidak memandikannya. Kamu tega? Bagaimana kalau bayimu mati karena terus kamu bawa-bawa sambil mencari suami? Ah, saya tidak tega. Maka dengar ini. Karena merasa amat kasihan, hari ini saya jadikan bayimu sebagai anak akuanku.
    Sal: (menangis tersedu)
    Adegan 9
    Terdengar ada suara garukan di dinding bambu di luar bilik.
    Mbok makri dan Sal terbangun dari tidur.
    Kang Mad masuk merangkul Sal dan mengelus kepala Sal.

    SELESAI

    BalasHapus
  11. Nama: Aulia Nisatul Arifah
    NIM: A310200024
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi


    Tema: Semangat Meraih Mimpi
    Banyak kerikil-kerikil tajam yang ku lalui
    Banyak udara dingin pagi yang menusuk tulang ini
    Walau banyak rintangan yang telah aku jalani
    Hingga hujan deras membasahi tubuh ini
    Semua rintangan tidak membuatku untuk menyerah
    Semakin semangat aku berlari menuju sekolah
    Semakin dekat gapaian
    Untuk masa depan yang aku impikan

    Tema: Puisi Semangat Anak Pemuda
    Kini kitalah yang menjadi penerus bangsa
    Penerus para pahlawan bangsa kita untuk merdeka
    Mengutamakan pendidikan dengan mengukir prestasi
    Dengan mengharumkan negeri kita ini
    Ayo bergerak untuk maju!
    Kuatkan tekat menjadi satu!
    Jangan menyerah sebelum mencoba!
    Tunjukan bahwa kita pemuda Indonesia

    Tema: Puisi Cinta
    Katakanlah cinta dalam bentuk apapun
    Bawalah aku pergi kemanapun
    Dengan memberikan sebuah kepastian
    Rasa cinta dan kasih sayang yang aku himpun
    Berikan semua rasamu kepadaku
    Aku ingin hilangkan rasa lelahku
    Denganmu aku merasa bahagia
    Jika tidak denganmu aku merasa hampa

    BalasHapus
  12. Nama : Anisyah Febiola
    NIM : A310200147
    Kelas : 5B
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi

    1. Judul : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
    Cinta ini, adalah rasa yang tak direstui
    Semesta menganggapnya pura pura, padahal wujudnya bisa dilihat oleh mata
    Katanya, aku terlalu berani.
    Berani menaruh hati pada wanita jelmaan bidadari ini.
    Maaf ya jika bagimu aku tak tahu diri.
    Begitu berambisi untuk mengisi ruang hati yang padahal sudah ada yang memiliki
    Meski berulang kali diingatkan untuk berhenti, Masih saja berharap pada cinta yang tak tahu ke arah mana akan bermuara
    Dan masih saja percaya bisa bersama selama janur kuning belum melengkung katanya
    Apakah memang aku akan beruntung atau alam menyuruhku menikung?

    2. Judul : Tidak Sengaja Jatuh Cinta
    Tentang hari itu,,
    Kala itu aku sedang duduk tersudut di ujung ruangan
    Yang hanya berdiam meratapi genangan
    Sembari sesekali memikirkan kenangan
    Tapi kemudian kamu tiba tiba masuk ke dalam ruangan itu dengan begitu sopan
    Langkahmu yang nyaris tak terdengar hampir saja membuatku mati penasaran
    Dengan baiknya kamu menyalakan lilin di tiap celah
    Dan kemudian memancarkan cahaya yang amat cerah
    Pesonamu yang menyilaukan pandangan membuat manusia yang lemah sepertiku menjadi tak berdaya
    Bahkan bayanganmu saja sudah mampu membuat duniaku kembali utuh seperti sedia kala
    Suaramu yang begitu menggoda makin membuatku larut dalam fatamorgana
    Sampai akhirnya aku tersadar, jika aku tak sengaja jatuh cinta

    3. Judul : Ketidaksengajaan yang Keterlaluan
    Hai, maaf yah kalau kehadiranku ini lancang.
    Tiba tiba saja datang dan membuatmu agak terguncang.
    Tapi mau bagaimana lagi, hatiku tidak bisa bohong kalau ternyata dia tidak lagi kosong.
    Awalnya aku tidak tahu kalau rasa ini punya nama.
    Aku hanya mengira jika dia hanya mampir begitu saja.
    Jatuh cinta ini melelahkan.
    Bertahan sakit, tapi memilih pergi juga sulit. Rumit.
    Sepertinya Tuhan hanya menakdirkan ku untuk mencintai, bukan memiliki.
    Tapi kalo boleh memaksa, aku mau ada kesempatan kedua.
    Dan aku mau tetap kamu orangnya.

    4. Judul : Diam dan Dalam
    Kembali pada titik pertama, dimana semua kisahnya bermula
    Berdiri dari kejauhan memandangi bidadari yang berwujud seorang wanita
    Sembari menahan rasa yang sudah menggebu minta ditakdirkan bersama
    Senyumnya menyilaukan dunia,
    Iya, dunia. Duniaku yang masih saja abu abu setelah menghabiskan langitnya yang biru
    Maafkan manusia tidak tahu diri ini ya
    Terlalu lancang mencintai dan teramat memaksa agar bisa memiliki
    Aku memang sudah sampai di titik tidak baik baik saja karena mencintaimu
    Jangankan untuk bertemu, mendengar namamu disebut itu sudah bisa mencekik tenggorokanku
    Kalau kamu mau tahu gila karena cinta itu seperti apa, yaa aku inilah orangnya.

    5. Judul : Aku dan Kamu
    Aku bukan manusia romantis
    Tapi bisa dibilang jika aku insan puitis
    Ini hanyalah sebait kata untuk seorang pria dewasa yang menyebut dirinya mempesona
    Kamu,,
    Malam kemarin masih terlalu lekat kuingat tentang panjangnya doa yang kupanjat
    Bukan tentang aku ataupun hidupku
    Tapi tentang namamu yang hampir setiap saat
    menghantuiku bahkan sampai di lembaran baru
    Aku sudah mendengar darimu jika ternyata hatimu masih belum sepenuhnya sembuh
    Ruang yang kala itu kau siapkan untuk cinta kedua ternyata hanya berakhir dengan segudang pengkhianatan yang terisi penuh
    Bahkan ketulusan yang ada masih saja utuh tak tersentuh

    BalasHapus
  13. Nama: Nimah Puji Lestari
    NIM : A310200143
    Kelas : 5B
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi

    1) Bahasa adalah rasa

    Bahasa adalah rasa
    Bahasa gambaran jiwa
    Bila bahasa mu indah kurasa
    Ketenangan pun ku dapat

    Kurasa perlu kita memirsa
    Baik buruknya
    Ada banyak yang tidak benar
    Memang....
    Bahasa akan bermakna
    Bila tidak seenaknya

    Marii kita tingkatkan
    Agar bahasa kita tidak pudar
    Biarkan abu-abu
    Jangan biarkan menjadi abu

    Mudah kurasa bila kita bersama
    Tingkatkan literasi bahasa
    Menjadikan bangsa berbahasa
    Memperindah tampilan frasa
    Mengkualitaskan kiasan lisan

    2) Secarik Kertas
    Putih bersih
    Ada garis horizontal
    Perapi tulisan manusia
    Banyak rasa terukir disana
    Tentang suka dan duka
    Perasaan tumpah ruah
    Terkadang mulut tertutup
    Tangan bergerak
    Entah apa perasaannya

    3) Permintaan
    Sejuta kata kuminta
    Berulang-ulang kuucapkan
    Mungkin bosan
    Namun itulah permintaan
    Aku meminta
    Teguhkan inginku
    Perluas jalanku
    Aku menginginkanmu
    Menemani perjalananku

    4) Kaya
    Terlihat
    Ingin terlihat berada ingin menunjukkan
    Ternyata tidak ada
    Semestinya biasa saja
    Tidak usah memaksa
    Kamipun tidak meminta
    Apalagi memaksa
    Tidak usah menjadi kaya
    Bila hanya kias mata
    Semuanya akan terbuka
    Bila tidak nyata

    5) Punya tapi tidak ada ?

    Banyak hal yang saya punya
    Tidak Semua saya miliki
    Ada namun tidak ada
    Bingung tapi apa penyebabnya


    Apakah boleh Mungkin saya merasa ragu?
    Mengapa saya tidak boleh ragu ?
    Lantas bagaimana ku menepis raguku?

    Ah.. Ini hanya coretan tinta
    Berisi tumpahan rasa
    Banyak yang tidak menyapa
    Bukan tidak bersyukur
    Hanya punya tapi tidak ada.

    6) Alhamdulillah

    Anak bungsu lahir di dunia.
    Perempuan yang hadir
    Menyapa dunia fana.
    Ketika hari menuju pagi

    Hidup beriringan dengan usia
    Memang usia hanya sekedar angka
    Mamun tuamu kini terlihat
    Keriputmu Mata Kini mulai ada

    Apa yang bisa kuberi
    Aku maan memberimu beban
    waktumu untuk istirahat
    menikmati masa tua
    Namun hadirku merubahnya
    Mengeluh pun Kau tak pernah
    Alhamdulillah.
    Semoga lelahmu menjadi lillah.





    BalasHapus
  14. Nama: Ahmad Sani Saefur Rohman
    NIM: A310200042
    Kelas: 5A/PBSI
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi puisi"kata" dan memoar

    1. judul : indah pada masanya

    berkerja keras demi sesuap nasi
    berkerja keras demi masa depan yang indah
    akan tetapi semua akan musnah bila tidak serius
    menatap masa yang akan datang
    yang indah....

    2. judul : kekasih bayangan
    kupejamkan mata
    ku teringat kamu disaat kulihat foto itu
    kenangan mu seakan mengadu adu di hatiku
    yang membuatku menjadi rindu

    3. judul : mahasiswa kupu kupu
    pulang pergi kekampus
    tanpa kegiatan berarti
    memahami materi kelas
    yang monoton dan absurd
    tetapi tetap tahan akan hal tersebut...

    4. judul : kekasih yang tak kembali
    ku pernah bahagia denganmu
    kupernah mengukir kenangan bersamamu
    yang teringat dalam sanubariku
    akan tetapi engkau tak kembali
    karena sudah sah dengan dia

    BalasHapus
  15. Nama: Ahmad Sani Saefur Rohman
    NIM: A310200042
    Kelas: 5A/PBSI
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi puisi"kata" dan memoar

    5. judul : sepatu tua
    kupakai dengan senangnya
    saling berbagi susah senang
    sama sama kehujanan
    sama sama kepanasan
    tapi engkau tak mengeluh atau menyerah
    sampai engkau kusut dan tak berbentuk...

    6. judul : kerlap kerlip pasar malam
    kuberjalan mengitari tempat itu
    tanpa sedikitku memejamkan mata
    tanpa sedikitpun ku lewatkan pemandangan itu
    yang indah dan mempesona...
    yang terang gemilang...
    membuatku senang dan gembira...

    7. judul : karpet tua
    biasa ku duduk disitu
    biasa ku injak injak
    akan tetapi engkau tak berkutik
    pernah juga ku tumpahkan minuman
    tapi engkau tak berkutik
    tapi engkau memberikan kehangatan
    dan keindahan dalam ruangan....

    8. judul : rumah reyot
    engkau merupakan nasi
    yang merupakan hal wajib bagiku
    untuk menghindari panas
    menghindari hujan
    menghindari tidur diluar menjadi gelandangan
    kegiatanku separuh kuhabiskan denganmu
    yang merupakan bagian dari diriku....

    9. judul : sikat gigi yang usang
    ku gosok gigiku tiap hari
    yang bau jigong maupun bau tai
    tetapi engkau tak menggubris
    dan selalu ada untukku
    tanpa protes maupun ngambek
    ohh sikat gigiku...

    10. judul : gitar pertamaku
    tiap hari kupetik
    tiap hari ku genjreng
    tiap hari ku bawa
    tiap hari ku rawat
    bagaikan anakku sendiri
    karena itu gitar pertamaku...

    BalasHapus
  16. Nama: Ahmad Sani Saefur Rohman
    NIM: A310200042
    Kelas: 5A/PBSI
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi puisi"kata" dan memoar

    11. judul : sepeda dari ayah tercinta
    oh cinta
    oh ayah ku
    menuruti kemauanku
    untuk menunggangi sepeda baru
    dari pemberian ayah tercinta
    tanpa pamprih ayah bekerja untukku
    terima kasih ayah....

    12. judul : Putus cinta
    sakit
    perih
    semua menjadi tabu
    menjadi sirna
    karena aku tak bisa mempertahankan dia

    13. judul :terduakan
    disini
    aku
    sendiri
    karena dia
    sudah menjadi milik dia
    menjadi hak dia
    walaupun sementara
    tapi aku kalah dalam segala hal

    14. memoar

    masuk osis sma

    waktu itu aku ikut pendaftaran osis karena iseng dan aku suka berorganisasi
    sehingga aku memutuskan ikut osis dengan masuk ke jalur ketua osis dikarenakan
    itu aku memiliki rencana agar lewat itu menjadi lebih sedikit pesaingnya dan
    menjadi lebih seru dan lebih baik dalam pensleksian.

    sehingga ketika aku keterima aku sangat bahagia dan senang dengan diterimanya itu.
    dan aku sangat bahagia dan sangat gembira dikarenakan aku dapat menjelajah pengalaman pengalaman baru lagi
    dan aku dapat mengurangi dan menyirnakan ketakutanku di depan publik dan itu merupakan salah satu rencana ku
    dalam jangka yang panjang.

    BalasHapus
  17. Nama: Kurniati Ayu Ningsih
    NIM: A310200044
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    BUNGKUSAN
    Luri dan Santi berjalan menyusuri gerbang sekolah, matanya tertuju pada bungkusan yang tengah tergeletak dipinggir jalan. Mereka tengok kanan kiri (Gak ada yang tahu). Lalu menghampiri bungkusan itu. Syutt!! Bungkusan itu bergerak dekat mereka, syutt!! Bungkusan itu bergerak lagi. Dengan penuh rasa penasaran, Santi mencoba menggapai-gapai bungkusan itu kembali (mirip orang nangkap kodok di sawah) Santi pasrah dan tiba-tiba Adi datang.
    Sambil berjalan kea rah Lurid an Santi. “Luri aku penasaran dengan isi bungkusan itu” sambil menunjuk bungkusan itu. “Jangan di buka, siapa tau itu berbahaya.” Kata Luri “Tidak akan berbahaya kalau kita membukanya” Santi masih memaksa. Mereka terus berdebat antara ingin atau tidak membuka bungkusan itu.
    Tiba-tiba Adi datang dari arah belakang. “Kalian sedang meributkan apa?” Luri dan Santi pun berbalik kea rah Adi. “Kita menemukan bungkusan yang sangat mencurigaka, aku ingin membukanya tapi, Luri terus melarangku!” Jelas Santi. Adi pun melihat kearah bungkusan itu. “Menurutku apa yang dikatan Luri benar, kalau isi bungksan itu berbahaya.” Luri dan Santi pun terkejut dan sedikit was-was. “Memangnya apa isi di dalam bungkusan itu?” Tanya Luri dan Santi, “Bisa saja isi dalam bungkusan itu adalah bom, karena baru saja aku membaca berita ada orang yang menemukan sebuah bungkusan dan ternyata isinya bom.” Luri dan Santi pun merasa takut jika dekat-dekat dengan bungkusan itu. Luri pun memberi saran bagaimana jika mereka memanggil Pak Parmo yaitu satpam di sekolahan itu “Bagaimana jika kita panggil Pak Parmo saja, agar dia saja yang membuka bungkusan itu” kata Luri. “Ide yang bagus” jawab Adi dan Santi “Baiklah akan aku panggilkan” Luri prig memanggil pak satpam. Tak lama Luri dan Pak Parmo datang. “Ada apa Bapak di ajak kemari?” Tanya Pak Parmo, “ini Pak kami menemukan bungkusan tapi tidak berani membukanya karena takut isinya bom” jelas Adi. Pak Parmu pun panik dan menyuruh mereka untuk membuka bungkusan itu. “Tidak Pak!” jawab mereka bersamaan “lebih baik Bapak saja kan Bapak lebih besar dari kami” kata Santi “iya Bapak saja kami takut membukanya” jawab Luri. “Baiklah Bapak saja yang buka” Akhirnya Pak Parmolah yang membuka bungkusan itu, mereka was-was saat Pak Parmo telah membuka bungkusan itu. Namun, setelah diihat mereka terkejut dan tertawa melihat isi dari bungkusan itu. Ternyata isi dari bungkusan itu adalah seekor kucing.

    BalasHapus
  18. Nama: Kurniati Ayu Ningsih
    NIM: A310200044
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    TINGGAL KENANGAN
    Pagii itu sangatlah cerah, mentari pagi muncul memancarkan sinar cerah dengan semangat 67 eh semangat 45 maksudnya. Sama denganku, hari ini adalah hari ulang tahun orang yang sangat aku kagumi bahkan kucintai. Semua sudah aku persiapkan termasuk kue ulang tahun serta kadonya.
    Aku masuk ke kelas dengan hati gembira dan bibir tersenyum-senyum sendiri. Kakiku melangkah tepat di depan pintu masuk kelas dan disambut ceria oleh sahabat-sahabatku Sri dan Fitri.
    Yaps! Hamper lupa, aku Ayu kepanjangan dari Ayu Putri Rantika. Cewek manis berkumis tipis yang kini sedang dilanda asmara cinta.
    “Ciee yang senyum-senyum sendiri, kenapa? Sakit?” ucap fitri sambilmenekan tangannya ke jidatku. “apaan sih Fit, emang aku gila” ucapku (memanyunkan bibir 5 meter). Ya mungkin, ya gak Sri?” Ucap Fitri melirik Sri “Betul, kenapa kamu Yu?” ucap Sri. “Hari init uh hari sepecial banget buat aku, aku mau bikin surprise buat pangeran cecakku” ucapku panjang lebar sambil bayangin apa yang akan terjadi nantinya. Pangeran cecak? Ya, pangeran cecak adalah cowok yang aku kagumi selama ini. Aku juluki pangeran cecak karena dia super duper takut sama cecak, namanya Farid.
    Bel aktu istirahat pun tiba, siswa-siswi berbondong-bondong ingin memanjakan lidah dan juga perutnya yang dari tadi demo minta makan.
    “Hay guys, doain aku ya. Semoga rencana ini sukses berjalan mulus semulus jalan tol, amin” ucapku. “Oke, tuh ada Farid kebetulan banget deketin gih” ucap Fitri.
    “Sukses ya say” ucap mereka berdua serentak serta kepala dimiringkan ala-ala Rita Sugiarto penyanyi dangdut.
    Aku berjalan dengan pedenya sampai gak lihat ada batu di depanku, untungnya gak jatuh, kalau jatuh malu dong sama pangeran cecakku.
    Setelah melewati lorong-lorong kelas, aku melihat Farid lagi berduaan sama Billa cewek yang paling aku benci karena gayanya yang kecentilan, sok cantik, sombong pokoknya aku ilfeel banget deh sama dia. Tanpa sadar kue dan kadonya jatuh ke lantai, aku berlari cepat mungkin sambil nangis.
    Aku melihat ekspresi Sri dan Fitri kebingungan dengan tingkahku yang mula ceria berubah drastis menjadi duka membara.
    “Ayu, kamu kenapa?” ucap Sri sambil memelukku.
    “Farid sama Billa berduaan mereka mesra banget” ucapku terbata-bata.
    “Udahlah cari yang lain, masih banyak kok” ucap Fitri.
    Sepulang sekolah kurebahkan tubuhku di kasur empuk milikku. Kutatap langit biru kamarku. Pikiran itu selalu terngiang-ngiang dimemori otakku. Kubangkitkan tubuh ini menuju meja belajar. Pena menari-nari amat lambat di atas kertas polos putih. Kutulis kata puitis yang berisi sesuai isi hatiku.
    Tinggal kenangan.
    Kuukir namamu dalam hatiku
    Agar hati ini tak dalam kekosongan.
    Meskipun kau telah menodai hati ini,
    Akan kuhapus dengan sejuta air mata.
    Aku rela mentari membakar kulitku
    Aku rela kebahagiaanku kuberikan padamu
    Asal kau bahagia.
    Namun itu dulu
    Sekarang sudah terbalut oleh balutan kenangan.
    For Farid (pangeran cecakku)
    Pagi ini mendung, mentari enggan tuk memancarkan sinarnya, sama dengan hatiku. Mungkin mentari mngerti apa yang sedang aku rasakan. Aku berjalan sempoyongan dengan mata sembab gara-gara menangis semalaman menuju kelasku disambut oleh sahabat-sahabatku.
    “Ayu kamu jangan begitu dong, kita kan juga turut sedih jadinya. Strong bro move on bangkit dari keterpurukan ini” ucap Sri menenangkanku. “Dan kamu jangan kaget ya, kalau Farid sama Billa sudah jadian kemarin. Aku tahu berita ini dari Salsa teman sekelas kita” ucap Fitri. “Iya makasih ya sahabat-sahabatku. Kalian itu orang yang selalu support aku, aku sayang kalian. Aku akan move on dari farid dan selalu bersama kalian” ucapku menangis terharu. Kita bertiga saling berpelukan.
    Sahabat bukanlah selayaknya pacaran yang dapat putus atau nyambung. Namun, sahabat adalah persatuan yang abadi.

    BalasHapus
  19. Nama: Kurniati Ayu Ningsih
    NIM: A310200044
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    DIET BERAKHIR GILA
    Adalah Alfy, yang hanya bisa mengejar tukang bakso dengan pandangannya yang pilu. Alfy merupakan mahasiswa yang bisa dikatakan maniak weight loss, yang mengatur diet sehat dan diet ketat. Hari-hari ia isi dengan konsumsi makanan penuh gizi dan kalori, plus dengan hati yang tidak menikmati. Alfy tidak menyadari bahwa ia tidak terlahir kurus, kedua orang tuanya gemuk, kecuali satu orang, yaitu Rasyid, si bucin yang humoris.
    Namun Alfy percaya dengan motivasi dari seminar bisnis multilevel yang pernah digelutinya 5 bulan lalu, “tidak ada yang tak mungkin, jika kalian ingin mencapai sps ysng kslisn inginkan, dan sukses diusia muda” Tentu saja sukses bagi Alfy tidak pernah berhasil adalah nafsu makan yang sama besar dengan badan, memang ia memakan sayur, dengan porsi yang sangat banyak.
    Suatu hari ia membaca sebuah artikel “Tertawa dapat membakar lemak” dan sangat serius menaggapi. Alfy sama dengan kedua orang tuanya, pemurung dengan muka berlemak sulit dibuat tertawa. Namun hari saat ia membaca artikel itu adalah hari dimana ia seolah terlahir kembali. Alfy menjadi pribadi yang gampang sekali tertawa, bahkan saat seseorang berbicara serius (pada saat itu Alfy menerima caci maki), sikap Alfy yang berubah tentu mengundang berbagai penafsiran dari masyarakat, dan didominasi oleh pandangan bahwa ia telah gila.

    BalasHapus
  20. Nama: Kurniati Ayu Ningsih
    NIM: A310200044
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    BULAN
    Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang langit yang gelap, hanya ada bintang yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari. Tak ada bulan yang terlihat, semua bersembunyi di balik awan, barangkali malu untuk kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, seolah menghembuskan udara pada wajahnya yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Ahh, ternyata ada satu bintang di balik wan, senyumnya tersungging di balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah, seandainya keyika membuka jendela, memandang langit dan tak menemukan bintang kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela kembali, dia tak akan menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan.
    Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil dalam malam yang gelap, yang kita berinama “bulan”. Betapa indahnya cahaya itu walaupun tak bisa menerangi malam. tapi, lain halnya ketika kita melihat ada setitik noda di atas kain putih yang membentang kita justru terfokus pada noda yang kecil, dan seolah lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari setitik noda yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-kadang kita lupa untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang demikian.

    BalasHapus
  21. Nama: Kurniati Ayu Ningsih
    NIM: A310200044
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    SURAT CINTA DAN SETANGKAI MAWAR
    Aku mengintip dari balik pohon beringin, agak jauh dari gadis itu. Ia masih duduk bersimpuh di sana. Wajahnya terlihat serius. Tangan indahnya terlihat sedang menggoreskan tinta ke selembar kertas yang ia bawa dari rumah. Kulihat sebutir air mata jatuh ke pelupuk matanya dan diikuti tetes-tetes air mata berikutnya. Ya, dia pasti menulis surat lagi.
    Beberapa menit berlalu, dia pun menyelesaikan suratnya dan memasukkannya kedalam sebuah amplop merah muda. Aku tetap pada posisiku. Gadis cantik itu pun berdiri, mletakkan amplop itu di tempat biasa, tersenyum, kemudian beranjak pergi. Ketika dia sudah tak terlihat lagi, dengan langkah hati-hati aku mendekati tempat dimana dia meletakkan suratnya tadi. Kuambil surat itu, kubuka perlahan dan mulai membacanya…
    Kepada: Arif Abi
    Ketika aku menulis surat ini, suasana di sekelilingku sangat sepi, Rif. Aku tak pernah berpikir sebelumnya, bahwa kesepian ini kamu rasakan setiap hari. Aku merasa menjadi perempuan tak berguna karena tak bisa selalu menemani kesendirianmu. Maafkan aku hanya bisa datang setiap sabtu pagi hanya sekedar melepas kerinduanku padamu. Aku benar-benar rindu, Rif…
    Hari ini, aku ingin menceritakan banyak hal ke kamu… Arif, kamu pasti ingat dulu kamu pernah berkata bahwa kamu ingin memiliki sebuah rumah yang letaknya jauh dari keramaian. Ketika itu kamu berkata, kamu ingin hidup di sana bersama orang yang kamu sayang dan kamu berkata orang itu adalah aku. Percaya atau tidak, sekarang rumah itu sudah ada, Rif. Aku bangun rumah itu dengan hasil keringat aku sendiri. Walaupun sepenuhnya aku sadr, kamu sudah damai hidup sendiri di sini, tapi setidaknya aku berhasil mewujudkan salah satu keinginan kamu. Semoga kamu terkesan, Rif…
    Oh iya, Rif, dua hari yang lalu aku menerima seikat bunga dari Kakak kamu, Kak Rendy. Awalnya aku kira itu hanya sebagai ucapan selamat dari Kak Rendy atas kelulusan aku. Tapi ternyata, Kak Rendy mengungkapkan perasaannya ke aku, Rif. Jangan marah dulu, beneran setelah itu, aku langsung mengembalikan bunganya. Aku berkata bahwa aku tidak bisa. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang Kakak. Sebenarnya, ada alasan yang lebih dari itu dan dia pasti tau, Rif. Aku jadi teringat kamu, Arif. Ketika kamu mengungkapkan perasaan kamu ke aku, kamu kasih aku setangkai mawar karena kamu sangat tau aku tidak suka coklat. Pokonya kamu itu orang yang paling bisa ngerti aku dan selamanya kamu takkan pernah tergantikan…
    Rif, sebenarnya surat ini tidak sama seperti surat-suratku sebelumnya. Surat ini bukan hanya surat cinta, tetapi juga surat perpisahan. Arif, entah aku harus bahagia atau berduka ketika mengatakannya. Aku akan pergi, Rif. Aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Jepang. Aku akan mewujudnkan satu lagi keinginan kamu. Keinginan kamu untuk menulis nama kita berdua di puncak Gunung Guji. Di Jepang nanti, aku akan menghuni rumah impian kamu itu, Rif. Rumah impian kita berdua. Aku tidak sendirian disana. Aku percaya banyangan kamu selalu ada di samping aku…
    Arif, ini berarti aku harus meninggalkan kamu di sini sendirian. Selama beberapa tahun ke depan aku tidak bisa melakukan ritual Sabtu pagi mengunjungimu. Jujur, aku sedih, Rif. Tapi aku yakun jalan yang aku ambil ini akan bahagiakan kamu dan kedua orangtuaku. Doakan saja aku dari sini…
    Rif, kamu lihat, matahari di sini mulai tenggelam. Ini adalah waktu favorit kita, Rif. Senja. Mungkin saatnya aku pulang. Seperti biasanya, bersamaan dengan surat ini kusertakan setangkai mawar kesukaanmu. Kuletakkan dibawah nisan yang berukir indah namamu…
    Aku pamit, Sayang. Selamat tinggal. Doakan aku supaya tetap bahagia. I Love You More, Arif…
    Terdalam,
    Resyta Feronica J. (Reyta)

    BalasHapus
  22. Tanpa sadar, aku berurai air mata usai membacanya. Aku baru menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu masih belum bisa lepas dari Arif, adik lelakiku yang kini telah hidup damai di akhirat sana. Tiba-tiba aku menyesal pernah mengungkapkan perasaanku padanya karena aku sekarang yakin cinta mereka berdua abadi meskipun salah satu diantaranya sudah pergi dan tinggal sebuah nama.
    Aku melirik coklat yang tergeletak tepat di bawah nisan adikku. Kemudian kuusap air mataku, tersenyum, dan bertekad memendam seluruh perasaanku pada gadi itu.
    Resyta, aku berjalan mundur…

    BalasHapus
  23. Nama: Nofiko Azalea Inzaghi
    NIM: A310200102
    Kelas: 5. B
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi
    I. UKEL
    Pesona ukel lengger…
    Jarinya bagaikan tiang monas
    Kukunya bagai lentera dikegelapan
    Gemulai indah geraknnya
    Gerak jari bagaikan mendayung
    Memutar bagaikan roda kereta kencana emas
    Terpancar gerakannya bagaikan dewa
    Memikat penikmat pelihat

    II. LAKSAMANA CHENG HO
    Penggembara laksamana cheng ho
    Gedong batu simongan saksimu
    SAM POO KONG klenteng bernama
    Yang bertengger diSemarang
    Sam Poo Tay Djien dan Sam Po Tao Lan
    Nama lainmu yang terkemuka
    Ekspedisi menjadi saksi perjalanmu
    Dalam mengitari dunia
    Wargamu tionghoa etnis
    Musafir agama islam jalnmu
    Islam pernah kau kibarkan
    Namun dunia masih mepertanyakannya

    III. SANG MATAH ATI
    Laskar Prajurit Wanita
    Rubiyah sang prajuritnya
    Menggempur VOC tujuannya
    Bersama mas said melawannya
    Olah prajurit wanitamu
    Dianggap lebih mumpuni dari pariamu
    Teliti dan luwes menjadi pesonamu
    Mampu memikat sang RM said mencintaimu
    TIJI TIBEH
    Mati Siji Mati Kabeh
    Mukti Siji Mukti Kabeh
    Semboyan penggerak arah

    IV. PESONA BUMI KAYANGAN
    Tempatmu didataran kayangan
    Negri elok menagjubkan
    Bagai kahyangan
    Bumi banjarnegara yang idamanan
    Sungguhku bersyukur padamu
    Atas citptaanmu duh tuhan…
    Sembah sujudku padamu tuhan
    Kami ucapkan teriamkasih
    Disana terdapat situs tua bebatuan megah
    Disana terdapat hamparan savana luas
    Disana terdapat cerita legenda kawah
    Disana menyimpan panorama rahasiamu tuhan
    Dieng….
    Pesonamu bagai nesgri kayangan
    Yang terbentang didunia nyata
    Terimakasih pencipta
    V. DAWET AYU
    Hijau-hijau yang berrenang
    Putih-putih yang menggenang
    Coklat-coklat yang terbentang
    Didalam kolam cengkir
    Segar bagaikan udara pagi
    Penghilang dahaga dikala siang
    Pelipur rindu ketika teringat
    Akan kampung halamanku
    Pesona dawet ayu
    Minuman negri banjarnegara
    Yang penuh akan kenikmatan
    Dalam setiap tegukan

    BalasHapus
  24. Nama : Alegra Akbar Yogantara
    Nim : A310200073
    Kelas : 5A
    Maktul : Menulis Kreatif
    Karya : Puisi

    BARU
    Setelah bayang kelabu itu lenyap
    Kau menghapus mimpi buruk
    Perlahan tapi pasti nadiku berhenti
    Mengaharapkan sesuatu yang sulit kuhadapi

    Bulan dan matahari bergantian hadir
    Semakin kuat hembuhan angin ini
    Menyebarkan benih-benih harapan
    Tak kuasa sukma ini beranjak

    Hingga sukma ini terkena benih harapan itu
    Terasa begitu indah dan tak pernah mengira
    Semua itu terjadu begitu cepat
    Kau menembus dinding hatiku

    Taukah.... kamu adalah hal kecil
    Yang berarti agar nafasku
    Bisa terus ada dan hidupku
    Berarti selamanya……

    BalasHapus
  25. Nama: Ananda Nur Aprilia Ika Widyaningsih
    NIM: A310200154
    Kelas: B
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi

    1. Delusi
    Tidak perlu menghakimi
    Berkacalah
    Nyatanya kau bagai buruk rupa Menjelma bagai dipuja sosok dewa dewi
    Berlindung dibawah topeng ilusi
    Berdelusi tuk dipuja
    Dengan khayalan fantasi

    2. Jalan-Mu
    Tuhan.....
    Apa arti hidupku ini
    Kurasa!
    Hidupku dalam lingkaran kelam
    Sampai detik ini aku bertahan karna-Mu

    Tuhan...
    Tunjukan jalan terbaikmu
    Bagi kehidupan ku
    Rubah pandanganku akan kehidupan
    Bantu aku memahami makna kehidupan

    3. Bimbang
    Bagai buih terombang ambing
    Di lautan lepas
    Mengikuti lajunya arus
    Tanpa bisa menentukan tujuan sebenarnya
    Bimbang dalam segala hal
    Tanpa sadar membelenggu hidupku dengan rasa kekhawatiran

    4. Dusta
    Rintihan rindu berbalut sendu
    Dipenuhi derai air mata,
    Menggerai koyak nya hati
    Memaparkan dusta akan mahligai cinta

    Jeratan tipu muslihat
    Bersemayam dalam relung hasrat
    Meninggalkan seberkas raga
    Yang bertahta tanpa daya
    Di penghujung nestapa

    5. Kawula Muda
    Kalian para kawula muda
    Yang sukanya hura-hura
    Harusnya lebih banyak karya
    Jangan menghabiskan harta

    Kalian para kawula muda
    Cobalah buka mata
    Pandanglah dunia dengan seksama
    Hidupmu ini tidak bergantung pada orang tua

    6. Manusia Tercela
    Seonggok manusia yang banyak maunya
    Berharap semua tercapai tanpa usaha
    Inilah contoh manusia tercela

    Hai manusia
    Seharusnya kau ini berusaha
    Jangan hanya leha-leha
    Tidak ada yang instan di dunia
    Maka pilihlah kerja atau sengsara

    7. Mulut Manis
    Mulut manismu memang menggoda
    Tapi nyatanya penuh tipu muslihat
    Manis akan janji-janji
    Namun nihil akan aksi

    Lalu mau bagaimana lagi
    Semua yang terucap tak ada arti
    Kini hanya berakhir menyakiti
    Dasar lidah tak bertulang

    8. Sebuah Peringatan!
    Hai manusia…
    Apa yang engkau kau harapkan?

    Sebelum kau menjawab,
    Lebih baik aku peringatkan!
    Jangan terlalu berharap dengan manusia
    Jika kau tidak siap untuk kecewa
    Maka jangan percaya akan manusia
    Sebab manusia pasti mengecewakan tanpa dia sadari

    9. Yuwana
    Yuwana
    Kau pikir, kau ini siapa
    Nyalinya tak seberapa
    Tapi lagaknya bak jawara

    10. Pemimpin
    Pemimpin
    Tak perlu jadi pemimpin agar disegani

    Pemimpin
    Hanya perlu karisma dan kewibawaan

    Pemimpin
    Harus perlu andil daripada kekuasaan



    BalasHapus
    Balasan
    1. 21. Menghina
      Sepertinya ada hal yang perlu diluruskan!
      Kamu kira aku menghinamu ya?
      Aku bukannya mau menghinamu
      Aku ini hanya mendeskripsikanmu
      Pakai cara yang lebih baik

      22. Salah Sangka
      Aku kira, kau ini baik
      Ternyata jauh dari ekspektasi
      Dasar manusia ini

      Oh iya, aku baru ingat
      Namanya juga teman
      Ada yang baik
      Ada pula yang munafik

      23. Riuh
      Penghuninya tak seberapa
      Namun, terdengar riuh
      Hingga ingin menulikan pendengaran
      Rasa-rasanya ingin ku bungkam
      Mulut manismu itu

      Tahukah kamu?
      Suaramu itu terdengar lebih merdu
      Kalau mulutmu sedang tertutup rapat

      24. Kebohongan
      Lihat dua sejoli itu
      Yang sedang duduk manis di bawah pohon rindang
      Serta asik menceritakan kebohongan
      Kebohongan yang terus menerus diceritakan
      Memberikan kesan seperti kebenaran

      25. Lelaki Berdasi
      Lelaki berdasi dengan jabatan tinggi
      Sungguh patut dikagumi
      Namun, ada hal yang harus kau ketahui

      Lelaki berdasi itu sering umbar janji
      Omongannya mirip balon warna-warni
      Isinya bak angin tanpa bukti

      26. Pilihan
      Hidup itu pilihan
      Namun, hidup itu juga singkat
      Jika hidupmu habis untuk menggunjing orang
      Mengomentari kehidupan orang
      Lalu kapan waktumu berbenah diri?
      Menata kehidupanmu dengan pasti

      27. Recehan
      Uang recehan
      Kepingan yang identik dengan logam
      Punya nilai tukar tak seberapa
      Teman pun seperti itu
      Tak ada bedanya dengan uang recehan
      Berwajah dua
      Lalu nilainya pun tak seberapa

      28. Adu Mulut
      Bergulat lewat cakap
      Debat dengan manusia yang tak tanggap
      Sungguh sangat berat

      Kamu akan salah
      Kamu akan kalah
      Ketika kau nantinya benar
      Kau akan tetap kalah

      29. Tingkah Laku
      Hitam atau putih
      Benar atau salah
      Baik atau buruk
      Bak pilihan yang ada dampaknya
      Seperti perbuatan yang kau lakukan
      Pasti akan ada balasan
      Waktunya pun tak pasti
      Bisa jadi besok,
      Lusa,
      Atau entah kapan datangnya
      Tanpa kau duga-duga

      30. Karma
      Laku mu itu…
      Karma yang menghasilkan karmaphala
      Sebab karma tak pernah jalan sendiri
      Dia pasti berjalan di belakangmu
      Mengintai tanpa kau sadari
      Serta menunggu di waktu yang tepat
      Tuk menunjukan keberadaannya
      Di saat yang tepat

      31. Teman
      Kamu punya temen gak?
      Aku sih punya banyak
      Bahkan dengan berbagai macam watak
      Salah satunya suka sesumbar
      Kalau berucap sangat melambung tinggi
      Tapi maklumi saja
      Mungkin sedang merasa mabuk
      Mabuk dengan kenyataan

      32. Aku Paham
      Aku paham
      Setiap manusia memiliki kelebihan

      Aku paham
      Karena manusia lahir dengan kelebihan dan kekurangan

      Tapi aku tak paham
      Kenapa kelebihan itu perlu disombongkan

      33. Sang Pengendali
      Kamu kenapa?
      Tiba-tiba ikut campur
      Mengendalikan kehidupan saya

      Ini hidup saya
      Kendali ada disaya
      Karena saya sutradaranya

      Lalu teruntuk kamu
      Tak perlu ikut masuk
      Karena tak ada tempat
      Serta tak ada pula posisi yang tepat

      34. Parfum
      Lagi-lagi aku harus membandingkan parfum dan omongan
      Kalian tau kenapa?
      Sebab omonganmu bak parfum isi ulang
      Beraroma wangi namun palsu

      35. Langit
      Langit yang cantik
      Yang kupandangi setiap hari
      Memiliki jarak yang sulit diraih
      Dia tahu letak dirinya
      Sebab langit tak pernah menunjukkan dirinya tinggi
      Tapi memperlihatkannya sendiri

      36. Bodoh
      Mau di dunia maya
      Ataupun di dunia nyata
      Banyak dijumpai orang yang sok Terlalu lihai dalam menilai orang lain
      Padahal dia bodoh
      Bodoh dalam menilai diri sendiri

      37. Tak Selalu Bersama
      Aku dan kamu
      Tidak harus selalu bersama
      Tapi yang ku harap
      Kau paham kapan seharusnya ada

      38. Jalan Kehidupan
      Perjalanan kehidupan itu sulit
      Terkadang harus melewati kerikil
      Bahkan menemui tanjakan yang tak terpikir
      Tapi kita perlu berterima kasih kepada saat-saat sulit
      Sebab di situlah
      Kita paham dan mengerti
      Siapa yang teman dan yang bukan

      39. Hening Ku
      Hening,
      Senyap,
      Seperti kehidupan ku
      Namun jangan salah sangka
      Keheninganku bukan berarti aku selalu setuju dengan mu
      Hanya saja
      Tingkat ketaktahuanmu itu
      Sungguh membuatku tak mampu berucap

      40. Kosong
      Kalian pernah dengar peribahasa ini?
      Tong kosong nyaring bunyinya
      Pasti pernah dengar bukan!
      Kalian perlu tahu
      Itu seperti seseorang yang fasih dalam berbicara
      Namun yang keluar hanya omong kosong

      Hapus
  26. “You are a professional doer.” Gumam Gala masih dengan kepala di bahu Odelia.
    “That compliments come because I'm an actress or because I'm your ex?”
    “It's very complicated to make amends for the past.” Gala mengganti posisinya jadi
    membelakangi kamera, namun kepalanya mengarah kepada Odelia.
    “Don't apologize, nothing wrong there.” Perempuan itu meletakkan tangannya pada
    lengan Gala.
    “Oke.”
    Kepada semua hal yang terjadi hari ini, benar-benar semuanya, Odelia hanya berharap
    agar berlalulah dengan segera agar ia bisa meratap dalam kamarnya. Ia ingin segera
    menghapus damba yang kembali hidup, seolah dihujani pupuk dari pertemuannya dengan
    Gala. Untuk hari yang akan datang, jika memang takdir ingin bermain-main lagi, Odelia
    harap ia siap untuk segala rupa atmosfer yang memayungi keadaan.
    Panggung hari ini adalah yang paling merana dan ulasan dari Odelia lebih banyak
    mengarah ke tidak suka. Berada di dekat Manggala lagi adalah suatu hal yang bahkan tidak
    mau Odelia terka. Pun ia tidak menepis fakta bahwa kenangan yang hanya dua tahun dengan
    Gala tidak bisa dilupakan untuk waktu yang bisa digunakan untuk menyekolahkan anak
    sampai kelas satu SMA karena sembilan puluh sembilan persen adalah kenangan euforia.

    BalasHapus
  27. Captivated

    Pertama kali ia datang ke sekolah ini, karena waktu pendaftaran ia tidak bisa ikut
    serta. Jadi asing masih mendera si paras ayu saat melangkah menuju ruang guru berbekal
    petunjuk satpam di depan gerbang tadi. Ia harus lurus setelah itu berbelok ke kanan, dari lobi.
    Suasana sudah jelas sepi karena jam pelajaran sudah mulai sejak lima puluh menit yang lalu.
    Tidak disengaja telat datang karena wali kelasnya sendiri yang bilang, lebih baik datang di
    jam ketiga karena jam pertama hingga kedua adalah jam pelajaran olahraga dan Ode belum
    harus melakukannya.
    Sepatu putih dengan ornamen hitam ia tatap sekali sebelum masuk ke ruang yang
    sejak tadi ia cari, memeriksa penampilan. Kemeja batik lengkap dengan tanda pengenal yang
    terjahit di dada kanan bertuliskan Odelia Sophie, rok abu-abu selutut, kaus kaki semata kaki,
    semua aman. Ia menghembuskan nafas, membuang takut.
    Belum sempat langkahnya berlanjut, presensi orang lain yang baru saja keluar
    ruangan membuat kejutnya tumbuh. Lawannya juga sama saja, itu disebabkan karena ia tidak
    fokus pada jalan.
    Yang perempuan mundur dua langkah, sedang yang baru muncul dari ruangan
    menahan tubuh sampai mengangkat tangannya ke atas.
    “Sorry, sorry.” Ucapnya sambil menurunkan tangan.
    Ode mengangguk sopan, bingung harus bereaksi bagaimana sebab dirinya sendiri
    sedang melawan rasa asing sebagai siswi baru. Kemudian yang ia lakukan adalah bergerak
    masuk ke ruang guru, menemui nama yang diberi tahu ibunya sebelum ia turun dari mobil.
    “Halo, Odelia Sophie!” Panggil seseorang dari sisi ruangan saat Ode baru masuk. Ia
    adalah yang Ode cari.
    Langkah si paras ayu mendekat pada meja dengan papan nama terpajang di meja
    bertuliskan Elizah Mayana, guru wali kelasnya. “Langsung ke kelas aja, yuk! Tapi maaf
    untuk perkenalan dengan kawan baru secara proper baru bisa setelah jam olahraga, ya? Di
    waktu itu nanti Bu Maya ngajar di kelas. Untuk sekarang ini, kelas 11 IPA 3 sudah keluar
    kelas untuk ikut mata pelajaran, jadi kelasnya kosong.”
    Ode mengangguk tanda paham. “Kalo gitu, saya ke kelas sendiri saja tidak apa, Bu.”
    Mendengar penuturan dari siswi barunya, mata yang lebih tua membola. “Gitu, nggak
    papa?”
    Ode mengangguk sekali lagi. “Ibu lanjutkan saja kegiatannya, saya cari kelas sembari
    keliling sekolah.”
    Bu Maya tersenyum hangat. “Baik kalo mau kamu seperti itu silakan, Odelia. Nanti
    langsung duduk di kursi yang kosong aja, ya?”

    BalasHapus
  28. Setelah pamit secara baik dan menyapa beberapa guru yang ada di ruangan, Ode
    melangkah menuju pintu. Kejutnya tumbuh lagi, karena dari arah kiri ada sosok yang bangkit
    menyambut. Orang yang sama dengan yang mengangkat tangan untuk menahan tubuh agar
    tidak menabrak Ode sepuluh menit yang lalu.
    “Adelia atau Odelia?” Tanya si pembuat kejut.
    Yang ditanya melirik ke arah dalam ruangan, mengira-ngira apakah bisa suara Bu
    Maya saat memanggil namanya sampai depan pintu. Jawabannya, bisa saja. “Odelia.”
    “Oh, Odelia. Dipanggil Ode aja ya?”
    “Iya, emang panggilannya Ode dari dulu.” Jawab Ode sembari netranya menaruh
    fokus pada individu di hadapannya yang sekarang sedang berucap “Oooo...” tanpa suara.
    “Gue Gala. Panggilan dari dulu juga Gala.”
    Ode rasa kata aneh diciptakan untuk reaksi terhadap tingkah laku laki-laki yang baru
    saja memperkenalkan dirinya. Menurut Ode ada sekitar tiga ratus siswa di sekolah ini,
    mungkin juga lebih dari tiga ratus, tapi mengapa satu yang ia temui pertama kali adalah
    Manggala Braga Wardhana? “Oh, oke Galla.” Ia memberi jawaban seadanya.
    “Gue temen sekelas lo, btw.”
    Sekuat hati setelah kalimat itu meluncur halus dari bibir Gala, Ode tidak bereaksi
    yang bisa membuat tersinggung. Seperti membuka mulut lebar-lebar sampai harus
    menutupnya dengan telapak tangan atau mengangkat alisnya tinggi sambil mata yang
    membelalak. Perempuan itu hanya menatap mata Gala lebih lekat dari sebelumnya.
    “Ayo kita ke kelas bareng!”
    Padahal tidak gatal, tapi tangan Ode tergerak untuk menggaruk tengkuk. Matanya
    bergerak melihat koridor yang kosong, hanya ada ia dan Gala. “Ayo.” Jawabnya pasrah. Jujur
    ingin keliling sekolah hanya alibi karena Ode sendiri lelah, ia baru tidur di kasur pukul dua
    setelah melakukan perjalanan selama dua jam dari Bandung.

    BalasHapus
  29. Makin ke sini, makin tiada sesal yang dirasakan oleh Ode untuk pindah ke Jakarta.
    Padahal sehari sebelum hari pertamanya masuk sekolah waktu itu, ia masih di Bandung untuk
    menghabiskan waktu ke sana-sini dengan teman-temannya dengan kata hati enggan berpisah.
    Tapi nyatanya Jakarta tidak buruk, sama sekali, bagi Ode.
    Hampir tiga bulan di sini, ia merasakan banyak euforia yang tidak jauh beda dengan
    Bandung. Selain punya Vivi, Kazya, dan Arum, ia juga punya Gala. Gala yang sekarang
    sedang menggiring bola basket, membawanya hingga ke daerah lawan, mengincar ring yang
    warnanya dominan biru.

    Bibir Ode tersenyum lebar sekali saat melihat poin baru pada papan besar di sisi
    kanan lapangan basket indoor milik sekolahnya tercetak angka baru. Di bawah sana ada yang
    sedang berbangga diri sambil berlari ke sisi lapangan yang merupakan daerah kuasa ia dan
    tim, mata mereka bertemu. “Buat kamu.” Telunjuk Gala menunjuk ring basket lawan saat
    berkata demikian tanpa suara.
    Ode menangkap semua itu dari tribun. Menangkap mata Gala yang berbinar,
    menangkap sabit senyumnya yang cerah, pun menangkap bagaimana laki-laki itu memeluk
    teman satu timnya yang paling dekat untuk menyebar perasaan bahagianya. Tiga teman Ode
    yang melihat interaksi itu ikut meledek dengan mengguncang tubuhnya bersama-sama.
    Letupan bahagia kisah cinta remaja menengah atas tidak bisa Ode pungkiri, ia rasakan hal itu
    sekarang.
    She has fallen in love.

    BalasHapus
  30. Tanya siswi satu sekolah, siapa yang tidak jengkel dengan bagaimana kelakuan Gala?
    Bahkan guru juga akan geleng-geleng takjub. Gala ajaib karena nakal dan pintarnya
    seimbang, maka ia banyak mendapat wajar.
    Bukan kapten basket, namun pesonanya setara dengan yang memimpin tim. Bukan
    yang peringkat satu paralel, tapi tiga. Bukan yang jago di bidang bahasa, tapi menghitung.
    Gala sering melakukan hal aneh seperti tidak masuk sekolah tiga hari karena
    penasaran bagaimana rasanya absen, ia belum pernah sama sekali sejak TK. Tidak tahu juga
    mengapa ia setiap sakit selalu di hari libur, tidak tahu juga mengapa ia tidak pernah punya
    acara keluarga yang membuatnya sampai harus absen. Paling maksimal yang pernah ia
    lakukan adalah dispen karena basket.
    Pernah ikut Olimpiade Siswa Nasional, mendapatkan medali perunggu, setelah itu
    tidak lagi. Ia cuma ingin cari pengalaman sekali habis itu tidak berniat untuk mengulang.
    Pernah sekolah dengan seragam yang tidak sesuai jadwal karena seragam aslinya bolong, ia
    nekat menyetrika sendiri. Pernah bolos pramuka dengan teman-teman satu lingkarannya
    hingga dibariskan di tengah lapangan saat apel penutupan.
    Absennya tiga hari tanpa keterangan membuatnya jadi dipanggil Bu Maya hari itu.
    Ada baiknya juga, karena hal tersebut ada jalan baru yang terbuka untuknya dan Ode. Gala
    belum pernah lagi merasa jatuh pada binar netra yang atraktifnya buat lupa dunia, hingga ia
    bertemu Odelia.
    Setelah yang laki-laki menang sparring di kandang sendiri dengan skor 78-53, dua
    muda-mudi itu keliling kota sebelum yang perempuan diantar pulang. Dengan Honda
    CBR250RR, latar langit hampir gelap, dan lampu jalan yang mulai benderang, Gala bercerita
    tentang ayahnya yang suka mengobrol dengan anjing mereka yang bernama Broto. Ode

    tertawa sambil mendengar cerita bahwa untuk memasukkan Gala ke sekolahnya saat ini,
    ayahnya meminta saran dari Broto yang saat itu mengangguk.
    “Kalo Broto nggak ngangguk, aku jadi nggak kenal kamu.”
    Tubuh Gala menghangat karena dekap Ode semakin erat.

    BalasHapus
  31. Bulan selanjutnya mereka sudah kemana-mana dengan judul baru karena resmi
    sebagai sepasang kekasih. Ke pantai sore-sore, kehujanan hingga harus menepi di pinggir
    toko yang tutup, ke acara pameran yang diadakan universitas dan dibuka untuk umum,
    merayakan ulang tahun Ode di rumahnya, ke Kebun Raya Bogor, juga ke McD di jam 11
    malam setelah Ode melakukan lomba monolog.
    Setelah menelan cheese burger miliknya, Ode hendak membuka mulut untuk bicara.
    Namun sebelum itu, tangan Gala memanjang untuk menyeka ujung bibir kekasihnya dengan
    tisu. “Kamu nggak harus selalu nonton aku pentas tau, Gal. Misal kamu ada acara apa gitu,
    datengin aja acaramu.”
    “Enggak kok, pentas teater kamu nggak pernah ganggu acara aku. Tenang aja.”
    Setelah meletakkan tisu bekas bibir Ode pada nampan cokelat di hadapannya, Gala
    melanjutkan acaranya makan ayamnya. “Kamu tampil di acara di gedung teater mana aja
    bakal aku datengin.” Lanjutnya sebelum melahap.
    “Terus kalo misal nggak bisa nganter aku ke sana atau jemput aku di situ, juga bilang,
    ya? Kamu jarang banget absen anter-jemput, makanya aku suka ngerasa takut ngerepotin.”
    Telapak tangan kiri Gala yang tidak kotor sama sekali bergerak di udar. “Nggak lah,
    Sayang. Aku mah disuruh anter-jemput kamu sampe muterin Jakarta juga nggak merasa
    direpotin.”
    Gala serius saat ia ingin sesuatu, maka ia akan bergerak. So he got the great love from
    Ode as much as he gave.
    Both of them were captivated.

    BalasHapus
  32. Nonetheless

    Malam itu hujan mengguyur kota yang kalau boleh jujur baru Ode pijak pertama kali
    ini. Diperhatikannya lamat-lamat mulai dari aroma kota, suasana ramai, dan lampu jalan.
    Dimasukkan dalam kenangan baik untuk diceritakan sebagai pengalaman kelak.
    Kalau kalian mau tahu ada orang yang tidak tahu diri, maka orang itu adalah Ode. Ia
    berada dalam mobil yang disewakan oleh manajer Gala untuk berpergian di Anaheim dengan
    Gala yang berada di belakang kemudi,mereka habis pergi berdua. Ini sudah 30 jam mereka di
    kota orang karena acara merek fesyen yang menjadikan mereka duta dari Indonesia.
    Terlibat beberapa obrolan kecil karena harus ke sana-sini berdua di acara pagi ini,
    mereka seperti “akrab” kembali. Kalau tidak begitu, mana mungkin Ode bisa ada dalam
    mobil dengan Gala malam-malam hanya untuk cari pizza? Mana mungkin Ode setuju pada
    ajakan Gala satu jam yang lalu?
    “Mau makan apa lagi?” Gala memecah hening sembari melirik pada Ode yang
    melihat ke luar kaca sebelah kanannya. “Atau mau ke mana dulu?”
    Ode menoleh, kemudian menggeleng. “Udah aja deh.”
    Hening lagi. Suara siaran pada radio yang diputar asal tidak dapat menyembuhkan
    apa-apa. Pun banyak objek di sepanjang jalan yang mereka lalui juga tidak ada yang
    menimbulkan topik baru baik oleh yang mengemudi ataupun yang menumpang. Obrolan
    yang tercipta di restoran pizza tadi pun hanya obrolan ringan yang biasa dilakukan teman
    lama.
    Sebenarnya sebagai selebriti, susah untuk menutup-nutupi bahwa mereka pernah
    punya hubungan. Namun dengan kesepakatan yang mereka buat sejak pemotretan kala itu,
    bila setelahnya akan berita tentang mereka berdua, maka keduanya akan sepakat untuk tidak
    menyangkal bahwa mereka saling kenal. Di sisi lain, keduanya akan menyangkal bila disebut
    pernah memiliki hubungan selain teman dekat. Publik tidak perlu tahu kebenaran tentang itu.
    Hingga akhirnya mobil berhenti karena sukses terparkir kembali di rubanah hotel.
    “Is that rumor is true?” Tembak Gala tiba-tiba. Tangannya tidak berusaha mematikan
    mesin mobil agar AC tetap menyala saat mereka butuh bicara.
    “Jangan pake kata rumor buat nanya kebenaran, Gal.” Senyum Ode terbit bersamaan
    dengan tangannya yang bergerak untuk melepas seat belt.

    BalasHapus
  33. NAMA : YULIA NURLAYLY ASLAMIYAH
    NIM : A310200144
    KELAS : 5B
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Kumpulan Cerpen

    Timbal Balik Antara Sahabat

    Pagi ini hujan turun dengan sangat deras saat Saka hendak pergi ke sekolah. Saka pun
    merasa bingung bagaimana caranya untuk berangkat ke sekolah tanpa kehujanan. Ketika
    sedang keluar untuk mengecek kondisi hujan di luar, terdengar suara HP Saka yang berdering
    di sakunya, ternyata itu dari Demas. “Saka kebetulan ini yang mengantar ayahku dengan mobil,
    mau bareng tidak?” tanya Demas dalam teleponnya. “Iya boleh Demas, kalau tidak
    merepotkan” jawab Saka. “Tidak merepotkan kok Saka, kan kamu sahabatku”
    Tak selang berapa lama, Mobil Demas sudah sampai di depan rumah Saka dengan
    ayahnya yang menyetir. Saka pun bergegas masuk ke rumah untuk mengambil tas dan
    berpamitan pada ibunya, karena ayahnya sudah berangkat sedari tadi.
    Setelah sampai di sekolah, Saka dan Demas berpamitan pada ayah Demas. “Sekali lagi
    terima kasih ya Om” ugkap Saka pada Ayah Demas. “Iya Saka sama-sama, jangan sungkan”
    Saka dan Demas pun pergi masuk ke kelas mereka. Saka yang lebih dulu duduk di
    bangku bertanya pada Demas “ Sudah sarapan Demas?” tanyanya. “Belum Saka, tadi Ibu tidak
    sempat masak” Jawab Demas lesu. “Ya sudah ayo kutraktir di kantin, itung-itung terima
    kasihku karena sudah mau memberi tumpangan ke sekolah tadi.” Ajak Saka “Wahh, terima
    kasih Saka, sebenarnya aku menolong dengan sukarela, tapi kalau ditraktir siapa sih yang
    nolak? Hahaha” Jawab Demas yang juga diikuti tawa oleh Saka.

    BalasHapus
  34. Liburan?

    Selepas pembagian rapot di sekolah, akhirnya aku bisa menikmati liburan yang
    panjang. Meskipun aku tidak mendapat rangking satu, tapi aku tetap mendapat nilai yang
    lumayan baik, masih masuk tiga besar di kelas. Aku pun tambah bahagia karena
    membayangkan keluargaku mengajak aku pergi liburan. Ayah dan ibuku mengajakku pergi
    liburan ke suatu tempat wisata yang menyenangkan dan belum pernah aku kunjungi. Aku
    sangat tidak sabar untuk pergi menikmati liburan itu. Bahkan aku bingung untuk memilih
    pakaian mana yang akan kupakai. “Aku pakai baju yang mana ya?” Tanyaku dalam hati. “Bawa
    baju apa saja ya?, Ah baju dari nenek ini sepertinya bagus, tapi yang merah hadiah dari tante
    juga bagus!”
    Aku pun pergi menemui ayah dan ibu yang sedang asyik mengobrol di ruang keluarga.
    Lalu aku bertanya pada mereka, “Ayah, Ibu, Kita jadi berangkat hari apa?”. Ayah dan ibu tibatiba hanya saling pandang, lalu Ibu berkata “Sayang, liburan kali ini ditunda dulu ya, karena
    ayah harus pergi ke Bandung selama 2 minggu, untuk mengurus pekerjaan yang tertunda.”
    Mendengarnya bagaikan gledek di siang bolong, aku terkejut dan dengan lesu pergi ke kamar.
    Aku sangat kecewa mendengar Ibu tadi, tapi aku harus bagaimana selain menerima
    keputusannya.
    Hari-hari telah berlalu dan aku hanya menikmati libur sekolahku di rumah saja. Ya
    terkadang aku pergi bermain di luar dengan teman-teman lingkungan tempat tinggalku.
    Meskipun begitu aku tetap merasa ada yang kurang. “Masak liburan begini-begini aja”
    Batinku.
    Terkadang aku juga membantu ibu melakukan pekerjaan rumah, dan belajar untuk
    persiapan masuk sekolah. Hingga tiba-tiba pada suatu sore ibu mengetuk pintu kamarku dan
    bilang kepadaku “kamu segera mandi ya, Ibu tunggu di luar.” Aku menjawabnya dengan heran
    “loh kita mau kemana Bu?” Lalu ibu menjawab “Ibu mau mengajak kamu ke Mall, ayah tadi
    transfer uang. Kemarin ibu bilang ke ayah kalau kamu di rumah tidak bersemangat, lalu ayah
    mentranfer uang untuk mengajakmu pergi ke Mall.” Sontak aku merasa senang “Asikk, oke
    kalau begitu aku mandi dulu.”
    Setelah itu aku pergi ke Mall dengan Ibu, kita melihat film bersama, membeli baju baru
    yang berwarna senada juga makan makanan yang belum pernah dicoba. Aku sangat senang
    hari itu. Meskipun hanya pergi ke Mall dan tidak jadi liburan bersama-sama pergi dengan Ibu
    ke Mall mengembalikkan kegembiraanku. Terima kasih Ayah dan Ibu, aku sayang kalian.

    BalasHapus
  35. Bubur Barokah

    Pagi itu seperti biasa Pak Jamal berdagang bubur ayam di kos dekat perumahanku,
    sudah beberapa hari ini sebenarnya Pak Jamal tidak berjualan karena harus merawat istrinya
    yang sakit karena terjatuh di tangga. Jadi sudah beberapa hari juga aku rindu bubur ayam buatan
    Pak Jamal.
    “Sudah seminggu pak ngga jualan, kangen buburnya aku.” Setibanya aku di kios Pak
    Jamal. “Iya neng, rawat Ibu dulu kemaren.” “Memang anak-anak kemana Pak?” tanyaku.
    “Yang besar kan sudah berumah tangga jadi ikut suaminya. Yang kecil sekarang tinggal di
    Sukabumi dengan neneknya.” Jawab Pak Jamal menjelaskan. “Oalah, berarti bapak hanya
    berdua dengan Ibu ya?” “Iya neng, buburnya berapa neng” “3 Pak.” “Biasanya hanya 2, tumben
    yang satu untuk siapa neng?” tanya pak Jamal. “ Nenek pak, ini sedang nginep di rumah jadi
    mau coba bubur Pak Jamal yang paling enak sekomplek.” “Hehehe, eneng bisa aja.”
    Selang beberapa lama ada Ibu-Ibu tua yang meminta-minta ke kios Pak Jamal, aku yang
    iba pun memberikan uang dan dijawab ibu itu “Semoga rejekinya lancar ya nduk.” “Amiin”
    kataku. Pak Jamal yang juga melihat ibu tua itu bertanya padanya “Sudah makan bu?” “Belum
    pak” jawab ibu itu. “Sini bu duduk, sarapan dulu. “
    Setelah itu bubur pesananku pun jadi Aku pun membayar dan mengatakan pada Pak
    Jamal “Pak sekalian ini untuk bubur ibu itu ya.” “Tidak usah neng, biar ibu itu bapak gratiskan
    saja, itung-itung jadi barokah pagi ini.” Kata Pak Jamal. “Oooh iya pak, kalau begitu saya
    permisi pak.” “Iya neng.”
    Pak Jamal memang orang yang baik, selain memiliki kasih sayang yang tinggi pada
    keluarga, Pak Jamal juga suka menolong sesama. Semoga Usaha bubur Pak Jamal tambah maju
    dan barokah.

    BalasHapus
  36. Siapa Setyo?

    Kamis sore dengan nuansa cuaca yang gerimis kecil-kecil memang enaknya sambil
    menyantap soto hangat di depan kampusku. Aku dan Diana teman satu jurusanku berencana
    pulang bersama sambil mampir ke toko buku untuk membeli novel incaran kami sejak minggu
    lalu. Namun, karena cuaca yang tiba-tiba gerimis membuat kami mampir ke warung soto untuk
    berteduh dan makan sore.
    “Net, cari novelnya besok saja ya.” Kata Diana ditengah-tengah kami menyantap soto
    yang nikmat. “Memang kenapa Di? Aku udah nunggu beli novel dari minggu lalu tau.” Kataku
    sedikit kesal. “Kak Rian mau jemput, dia ngajak nonton.” Kata Diana sambil nyengir. “Balikan
    kamau sama mantanmu itu?” tanyaku heran. Diana hanya menjawab dengan cengiran mautnya.
    “Ya sudah nanti aku ke sana sendiri saja, takut kehabisan.” “Maaf ya Net, maaf banget.” “Iya”
    jawabku sedikit kesal.
    Meskipun sedikit kesal karena Diana tidak jadi menemaniku untuk membeli novel
    incaranku akhirnya aku pun pergi ke toko buku sendirian.
    Sesampainya di toko buku aku pun langsung mencari novel incaranku. “Ketemu.”
    Batinku senang. Namun, saat aku hendak mengambilnya ada tang yang mejulur untuk
    meraihnya juga. “Maaf aku duluan yang mengambilnya.” Kataku agak takut. Karena si
    empunya tangan adalah sesosok laki-laki yang berbadan tinggi dan tangannya pun juga besar
    aku pun mengatakannya dengan nada rendah. Nyaliku menciut.
    “Untukku ya? Adikku mencari novel ini dari kemaren.” Katanya dengan nada halus
    tapi dengan suaranya yang besar. “Tapi aku duluan yang menemukannya.” Jawabku dengan
    memelas. Dia pun yang melihatnya juga sepertinya ragu untuk tetap bersikukuh dengan
    keinginannya. “Ya sudah. Ini “ kataku sambil mengulurkannya. Melihatnya yang seperti putus
    asa membuatku iba, apalagi novel ini hendak ia berikan untuk adikkanya. Entah itu benar atau
    tidak, aku pun hanya ingin berbuat baik. “Di toko lain, atau online saja deh aku belinya.”
    Batinku menyemangati. Aku kemudian mengulurkan novel itu dan pergi meninggalkan lakilaki itu.
    Sepulangnya aku dari toko buku, sampai di kamar aku kembali mengingat momen tadi.
    Laki-laki berbadan tinggi dan bertangan besar tadi mengingatkanku akan seseorang di masa
    lalu. Sepert fitur wajahnya aku menenalnya. Siapa ya tapi?
    Pagi harinya seperti biasa aku pergi ke kampus dijemput Diana. “Kemaren jadi nyari
    novel itu Net?” tanya Diana sambil mengulurkan susu kotak kepadaku. “Ada apa ni?” tanyaku
    heran. “Permintaan maaf ku kemaren karena tidak jadi menemani mencari novel incaranmu.”
    “Alah sogokan.” Kataku sambil tetap mengambil susu kotak di tangan Diana. Kami pun pergi
    ke kampus bersama dengan mobil Diana.
    “Di, kemaren aku ketemu orang di toko buku yang sepertinya teman kita dulu deh.”
    Kataku pada Diana. “Siapa?” “Sepertinya tetangga kita di komplek dulu.” Jelasku pada Diana.
    “Anak komplek kan banyak Netaaa. Banyak yang pindah juga.” Timpal Diana agak kesal.
    Setelah kuingat-ingat lagi, iya juga ya. Sebagian temanku di komplek saat kecil memang
    banyak yang pindah pindah rumah dan tidak bertemu lagi. Sehingga wajar kalau Diana agak
    kesal.
    “Eh..” “Kenapa Net?’ tanya Diana yang melihatku tiba-tiba berhenti. “Itu Di, laki-laki
    yang kemaren.” “Ah, mana?” “Itu yang baru turun dari motor pakai jaket hijau.” Kataku
    menunjuk laki-laki di parkiran. Diana pun menoleh mencari laki-laki yang kumaksud. “Alah,
    itu mah Kak Setyo, anak Teknik Sipil angkatan atas kita.” Terang Diana. “Kok kamu tahu?”
    tanyaku heran pada Diana. “Ya iyalah, dia anak Teknik yang sering masuk instagram kampus.
    Pinter dia.” Kata Diana. “Memangnya kita pernah tetanggan dengan Kak Setyo?” tanya Diana
    heran. “Entah.” Jawabku sambil mengajak Diana pergi menuju kelas.
    Di kelas aku tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki yang kutemui kemarin di toko
    buku juga yanga ada di parkiran tadi. Fitur wajahnya mengingatkanku akan sosok teman ku
    saat kecil dulu di komplek. “Setyo..” batinku mengingat-ingat. “Siapa ya Setyo ini?, apa benar
    ya teman komplek ku dulu?”

    BalasHapus
  37. Nama : Junita Arliniwaty
    NIM : A310200067
    Kelas : A
    Karya : Puisi

    Rindu
    Desah rindu peluh dalam dada.
    Lirih waktu berputar tak berasa.
    Kalbu merah menusuk rongga rasa.
    Perih melihatmu tersenyum bersama sang penggoda.
    Hitam pekat membasuh wajah.
    Wahai sang pemberi rasa.
    Aku menangis parah dalam hari yang kian membelenggu jiwa.

    Pahlawan Pandemi
    Duduk lemas meratapi kelelahan
    Dari pagi hingga ke pagi engkau berjuang
    Berpakaian putih lengkap yang pengap
    Bercucuran keringat serta air mata
    Menahan rindu bersua dengan sanak keluarga
    Namun engkau berusaha tegar demi kesembuhan pasien
    Putih suci pakaian mu, sesuci niat mu
    Tak ada keraguan serta ketakutan
    Kau rawat pasien mu dengan kasih sayang
    Sungguh mulia tugas mu
    Insyaallah surga tempat mu

    Luka dibalik Pandemi
    Kubuka mata dengan perlahan
    Terlihat dibalik jendela, langit yang murung
    Matahari yang tak begitu bersemangat
    menyinari bumi
    Kulihat kakek tua yang berjalan membawa dagangan nya yang masih penuh
    Anak-anak yang tak bisa bermain bebas
    Tuntutan kehidupan yang semakin
    membelenggu diri
    Penuh derita, penuh luka dan tangisan
    Sampai kapan kah kesedihan ini berakhir
    Sampai kapan kah bumi ini pulih

    BalasHapus
  38. 2. TAMU DARI MARS
    Aku sedang membeli sebuah nachos di pinggir jalan milik paman Nick, saat tiba-tiba seorang menghampiriku dan meminta sebuah nachos kepadaku. Aku tidak punya uang lebih saat itu. Uangku hanya cukup untuk membeli satu porsi nachos. Jadi aku menawarkan untuk berbagi satu nachos milikku kepadanya. Dia hanya menganggukan kepalanya setuju. Rambutnya pirang hampir putih, tinggi semampai dengan kulit pucat bak porselen. Ia banyak bertanya hal tentang manusia dan bumi seakan-akan dia turis di bumi. Ah, dia mengenalkan dirinya sebagai J401. Aku memanggilnya dengan pelafalan huruf depannya saja, Jey, karena, yeah, siapa yang memanggil orang lain dengan julukan sepanjang itu apalagi dengan kombinasi angka. Bukankah itu terlihat aneh? Seperti, ‘Halo, Jey empat ratus satu, bagaimana kabarmu?’. Aku tidak tahu, orang tua mana yang memberi namanya dengan paduan huruf dan angka seperti itu. Saat aku bertanya mengapa, ia menjawab jika yang memberi nya nama adalah pimpinannya bukan orang tua nya. Pimpinan seperti apa maksudnya, apakah semacam presiden? Karena rasa penasaranku semakin membuncah, aku bertanya kepadanya dari negara mana ia berasal. Setelahnya ia hanya terdiam dan aku bukan tipe yang pemaksa.
    Kami duduk di pinggir sungai seraya memakan satu porsi nachos milikku. Wajahnya selalu menampakan seperti sedang berpikir keras. Bahkan saat ia menyuap nachos milikku pun ia selalu menampakan wajah bertanya-tanya. Mungkin ia bertanya-tanya, mengapa ada makanan seenak ini? atau apakah bahan yang dipakai ada campuran dari debu pixie dan ayunan tongkat sihir dumbledore? Aku tidak berbohong, walau murah, nachos di pinggir jalan milik paman Nick adalah yang terenak di bumi ini.
    “Bagaimana pendapatmu mengenai manusia bumi?” Tiba-tiba ia bertanya. “Satu dari sepuluh nilainya nol bahkan minus.” Sahutku.
    “Seburuk itu?”

    Aku hanya menganggukkan kepalaku seraya melahap nachos ku yang tinggal seujung
    jari.

    “Padahal kau juga manusia bumi.”

    “Aku tidak menyangkal nilaiku juga buruk kok. Bicaramu aneh, memangnya kau bukan manusia bumi juga?”
    Ia kemudian menggeleng, “Bukan”.

    Aku tertawa. Ah, mungkin ia terjangkit suatu penyakit mental. Yah, di zaman sekarang hal seperti itu sudah lumrah bukan? Semakin hari, semakin banyak manusia aneh yang memadati isi bumi. Oh, bumiku malang sekali.

    BalasHapus
  39. “Aku serius. Pimpinanku mengirimku ke sini untuk mengamati manusia bumi. Jika memang nilainya seburuk itu, maka kami tidak akan menerima kalian di rumah kami?”
    Oh, aku sudah tidak sanggup lagi. Ini semakin gila. Perutku sakit karena tertawa begitu kencang. Wajah seriusnya makin mendukungku untuk tidak bisa berhenti tertawa. Rasanya aku akan mati karena tertawa detik itu juga. Ugh, itu adalah hal paling konyol dibanding perkataan si pirang ini.
    “Hei, kau orang yang lucu. Aku suka kau. Akhir-akhir ini manusia sepertimu sangat jarang terlihat. Yah, kau tahu, bumi makin dipenuhi oleh manusia-manusia yang melawan arus demi mengincar kenikmatan mereka masing-masing. Terima kasih ya sudah bertemu dan menghiburku.” Ujarku kemudian seraya masih tertawa kecil
    “Aku setuju. Selama aku di bumi manusia yang kutemui aneh semua, termasuk kau. Aku tidak yakin kalian akan diterima di rumah kami. Aku harus pulang, waktu ku tidak banyak. Terimakasih untuk turnya. Aku akan mengingatmu. Manusia di bumi aneh-aneh. Namun, kau orang baik. Suatu saat, bumi sedang tidak baik-baik saja, aku akan memberikanmu tiket gratis ke rumahku.”
    Aku hanya tertawa kecil mendengarnya dan hanya menganggap perkataannya sebagai guyonan semata . Karena, yeah siapa yang percaya perkataan anak kecil yang terlalu banyak menonton film luar angkasa? Namun, sedetik kemudian aku merasa aku harus percaya ucapannya ketika aku melihat dengan kedua mataku sendiri, Jey pergi dengan piring terbang yang melintas di atas kepalaku.

    “Haha, okay, memangnya rumahmu di bagian bumi sebelah mana? Apakah sejauh itu?
    Karena ibuku tidak akan mengizinkanku bermain terlalu jauh.”

    Jey hanya tersenyum. Kemudian air sungai di depan kami beriak. Angin-angin di sekitar kami berhembus dengan kencang membuat helaian rambutku terbang ke sana ke mari. Ku tengok ke atas langit dan betapa kagetnya aku. Piring besar terbang tepat di atas kepalaku. Mulutku menganga sampai mau jatuh rasanya. Aku tidak dapat berpikir apa-apa, otakku rasanya membeku hingga aku sadar Jey sudah masuk ke piring besar itu dengan cahaya bak laser yang menariknya. Ia melambaikan tangan padaku. Setelahnya piring terbang itu menghilang dengan sekejap dari mataku. Apakah aku ikut gila?

    Surat undangan kunjungan ke Mars.

    Hai. Mungkin kamu sudah melupakanku. Tapi aku akan selalu mengingatmu. Terima kasih untuk nachos dan tur singkat kala itu. Aku sangat menyukainya. Pimpinanku berkata bumi akan hancur 20 tahun lagi jika manusia-manusia di sana masih berperilaku aneh. Kuharap kau dapat membawa perubahan yang lebih baik pada planetmu. Karena jika bumi hancur, Mars tidak akan menerima kalian. Laporan ku kemarin atas kunjungan ke bumi sudah cukup untuk memutuskan bahwa makhluk di Mars tidak akan pernah menerima manusia-manusia berperilaku aneh. Namun, aku diperbolehkan untuk mengundangmu kemari. Jadi jangan khawatir, kau dapat ke sini jika planetmu itu hancur. Oh, ya aku juga akan mengundang paman Nick. Kupikir, mahluk-makhluk di Mars akan menyukai nachos buatannya.
    Dari, teman Mars-mu,

    Jey.

    BalasHapus
  40. 3. PERMINTAAN MAAF SEORANG IBU
    Katanya nyawa makhluk hidup bergantung pada uang.
    Nak, maaf karena ibu telah menjadi manusia miskin yang memilihmu. Aku bukan manusia yang memilihmu karena ibu ingin. Bukan yang rela mengeluarkan uang satu dua koper untuk menjadikanmu milik ibu. Jutaan bintang di galaksi terangkum dia kedua manik bulat mu adalah hal yang menggetarkan hati ibu dan mendorong perasaan kasih sayang begitu besar kali pertama bertemu.
    Nak, maaf telah ibu menjadi manusia miskin yang memilihmu. Ibu memilihmu, bukan karena tampilanmu, tapi karena hati ibu. Mungkin bagi yang lain, kamu kalah gemas dengan mahluk berbulu lainnya di dunia ini. Namun, jika pun ibu menjadi si kaya, ibu akan tetap memilihmu karena kamu tiada banding.
    Nak, maaf karena ibu menjadi manusia miskin yang memilihmu. Rasa sayang sebesar semesta pun sepertinya tidak akan menjanjikan untuk bernapas lebih lama. Maaf karena ibu menjadi manusia miskin yang memilihmu. Maaf, jika nanti ibu hanya berdiam diri. Membeku. Melihatmu dengan nafas terakhir yang kau punya meninggalkan buana. Ibu tidak punya kuasa. Apalagi uang.
    Nak, maaf karena ibu menjadi manusia miskin yang memilihmu. Ibu berterima kasih pada Tuhan yang telah mempertemukan kita pada asmaraloka ini. Namun, jika ibu bisa meminta lebih, ibu ingin kau dipilih oleh manusia kaya yang mencintaimu agar kau tetap sehat dan bahagia. Karena surga tidak akan ada untukmu. Jadi, setidaknya kau harus bahagia di semesta ini. Jika nanti aku lahir kembali, aku berharap pada-Nya untuk menjadikan ibu ikan yang dijual di pasar. Agar kamu bisa mencuri ibu untuk perutmu. Agar kau bisa mendapat protein yang layak. Agar kau bahagia. Karena jika ibu menjadi manusia, ibu akanmati karena perasaan. Ibu akan terpuruh jatuh, mati, melihatmu yang kurawat. Maafkan ibu karena aku terlalu pengecut untuk jadi ibumu. Ibu terlalu takut untuk merasakan sakit. Pedih yang memenuhi dada hingga rasanya sesak. Ingin sekali rasanya melarikan diri, tapi rasa sakit terlanjur mengakar dalam tubuh ibu. Dalam hati ibu.
    Nak, maaf karena ibu menjadi manusia miskin yang memilihmu.

    BalasHapus
  41. Surat untuk Tuhan


    Yang Maha Tahu isi hatiku, aku hanya ingin anakku menjadi mahkluk mu paling bahagia di dunia. Jadikan aku di kehidupan selanjutnya sebagai ikan-ikan di laut yang ditangkap nelayan dan berakhir di pasar. Buatlah daging yang besar untuk tubuhku. Yang kelak akan dimakan anakku. Tak pernah kulewatkan sedetikpun untuk mensyukuri kelahiran anakku yang diberikan padamu. Anak laki-laki pemberani dan baik kepada semua orang. Ia akan selalu jadi anakku di tiap kehidupanku, benar begitu? Jika memang kau tak bisa memberi surga padanya, maka buatlah ia bahagia dengan atau tanpaku.
    Dari, Ibu yang miskin

    BalasHapus
  42. Surat yang tidak akan pernah tersampaikan


    Rin, saat pohon akasia itu menyuruhku untuk menunggu, hatiku berbisik ini salah. Namun, aku tetap berusaha mempercayainya. Hingga kemarin ia berkata jika kamu seperti biasa di pukul empat di sudut rumahmu membaca Duka-Mu Abadi dengan cokelat panas yang tidak pernah absen. Kemudian aku pergi ke sudut rumahmu dan melihatmu di pukul empat, membaca serius Petualangan Tintin dengan soda kaleng. Apakah pohon akasia itu berbohong, Rin?
    Jadi, diriku yang lain membawa ragaku ke ayahmu dan membujuknya untuk menebang pohon akasia. Ibuku pernah berkata, seseorang yang nakal harus dihukum. Yah, lagi pula log akan selalu tumbuh juga kan?

    Untuk, Rin yang lebih baik tidak tahu ini

    BalasHapus
  43. 6. SESI MENANGIS UNTUK DIA YANG PILIH DI SEMESTA
    Ada manusia paling serakah sedunia yang tiap detiknya selalu muncul di kepala bahkan di waktu aku ingin melupakannya. Katanya yang paling baik itu merelakan. Namun, kenapa kau tidak lelah, berlarian di kepala tanpa punya rasa ingin pulang. Apa kau tidak tahu letak pintunya? Atau kau lupa jalan pulang?
    Hari ini aku mendatangi seseorang yang senasib denganku. Namanya Bulan. Perpisahan itu harus dirayakan. Ditangisi itu klise. Begitu katanya. Aku mengiyakan saja, karena sudah terlalu muak dan frustasi mencari cara melupakanmu. Mungkin benar katanya, ini harus dirayakan. Maka, aku pergi ke tempat ia ada di sana. Tempat yang dekat dengan kamu, katanya. Aneh bukan? Dia bilang ini bisa melupakanmu tapi mengapa memilih tempat yang dekat denganmu? Karena aku sudah sangat menyerah, maka aku menurutinya.
    ”Mengapa hanya ada soda kaleng? Kukira akan ada banyak makanan dan musik.” Ujarku sesampainya di tempat yang Bulan janjikan.
    ”Mengapa kau berpikir demikian?” ”Kau bilang kita harus merayakan?” ”Memang merayakan harus ada pesta?”
    Aku terdiam. Terasa lelah jika perdebatan ini dilanjutkan. Tempat ini ada di puncak gedung tinggi berisi budak-budak yang tertekan dengan atasannya. Miris, tetapi mungkin itu satu-satunya cara untuk bisa makan. Yah, aku tidak terlalu peduli sih. Aku bahkan sudah tidak ada keinginan untuk makan. Karena yang ada di kepalaku sekarang hanya bagaimana caranya aku bisa bertemu denganmu. Namun, sepertinya itu tidak akan terjadi hari ini, karena Bulan menawarkan solusi untuk ini. Aku tidak begitu mempercayainya sih. Lihat saja, jauh-jauh datang ke sini hanya disuguhi soda, bagian mana yang pantas untuk merayakan. Tapi, daripada sama sekali tak dicoba, kan?
    ”Hei, lihat ke atas. Ini terasa dekat sekali dengan orang yang pergi ke langit.” Bulan berteriak.
    Aku memandang langit malan yang tidak ada bintangnya karena tertutup polusi. Menatap nanar langit, apakah kau merasakannya juga? Apakah sudah sedekat itu? Aku hanya perlu meloncat sedikit saja kan untuk memelukmu?

    ”Hei, bodoh! Kau ingin menjadikanku tersangka pembunuhan?” Teriak Bulan padaku seraya mengenggam erat tanganku.
    Aku tersadar, kakiku sudah diujung darat, ”Kenapa ya, kehilangan itu harus ada?” ”Makin banyak kehilangan, makin buat kita sakit jiwa. Sebesar itu yang dampak orang
    yang dipilih semesta?”
    “Aku menatap sedih Bulan, “Kamu tahu kan kalau kehilangan itu eksisnya bukan hanya di kepala?”
    Bulan berdiam. Kemudian ia membuka tutup kaleng soda dan menyerahkannya padaku, ”Hidup manusia itu berakhir dengan cara yang berbeda. Jika orangmu itu pergi karena dipilih semesta bukan berarti hidupmu juga berakhir sama sepertinya. Kau tahu kenapa caramu untuk menyusulnya selalu gagal? Karena semseta tidak memilihmu. Dan mungkin orangmu juga meminta pada semesta untuk membiarkanmu lebih lama di dalamnya.”
    Aku menyesap cola yang diberikan Bulan kepadaku. Seperti ada ratusan semut berjalan di lidahku hingga kerongkongan.Aku memikirkan ucapan Bulan barusan. Mungkin benar nyatanya. Mungkin semesta memang tidak memilihku. Mungkin, kamu memintaku untuk lebih lama di sini, ”Jika memang ia memintaku untuk lebih lama di sini, mengapa ia tak pernah pergi dari kepalaku? Membuatku ingin bersamanya selalu.”
    ”Bukan ia yang tak pernah pergi dari kepalamu. Tapi kamu yang menyimpannya terus di kepalamu.”
    ”Berarti aku yang egois? Bukan dia?” “Entahlah.”
    Mungkin benar. Perihal aku yang menjadi sumber kesedihan yang tak pernah berakhir kini. Yang membuatku menderita. Mungkin benar, itu aku. Aku yang egois. Yang tidak pernah rela melepasmu pada semesta dan ingin terus menahanmu di buana. Mungkin benar. Kamu yang tidak selalu resah, tidak tenang di langit karena ikhlasku belum sampai pada kepergianku. Hatiku sesak. Aku tersengal. Kepalaku runyam. Sedihku seperti ada puncaknya dan meledak sekarang.
    Bulan mengelus bahuku lembut seraya berkata, “Tidak apa, perayaan kali ini adalah sesi menangis untuk dia yang dipilih semesta.”

    BalasHapus
  44. Surat mengikhlaskan

    Untuk yang ada di langit
    Aku sudah membuat pintu keluar di kelapaku. Jadi, kamu sudah bisa keluar mulai detik ini. Maafakan aku yang berpikir kamu egois padahal aku yang egois. Maaf aku terlalu lama mendekapmu saat kamu seharusnya sudah bisa tenang di langit. Apakah semesta mau memaafkanku? Apakah semesta masih mau aku tinggal lebih lama? Kuharap jawabnnya iya.
    Aku sadar, barangkali aku terlalu takut untuk lari dari kenangan soal kamu. Kupikir, kehilangan itu sudah biasa. Sudah berapa banyak kali kehampaan yang kurasakan sebelum hampa karenamu. Tapi aku salah, terbiasa belum tentu bisa. Bulan bilang, ikhlasku harus sampai padamu agar kamu bisa bahagia. Mungkin itu benar. Jadi mulai hari ini aku mencoba ikhlas melepasmu ke langit.
    Dari, Aku si manusia egois.

    BalasHapus
  45. Surat untuk peri
    Perihal omongan temanku itu, jangan dimasukan ke hati, ya. Aku percaya padamu surgamu. Hanya kamu yang bisa memberikanku kebahagiaan di saat dunia tidak bisa memberikannya padaku. Sebenarnya, menyenagkan bisa tidur dan bermimpi dengan bahagia sepanjang hari bersamamu. Jika memang aku tidak bisa terbangun, kupikir itu tidak masalah jika imbalannya pergi ke neverland bersamamu. Kau bisa berjanji kan? Aku mempercayaimu.
    Ah, iya. Aku tadi bertemu denganmu di depan pintu rumah temanku. Kau benar-benar cantik secara nyata.
    Untuk, Peri Gyu di neverland.

    BalasHapus
  46. 8. TITIK PANDANG PERTAMA
    Athaya membawa kedua tungkainya menuju kelas XII IPA-1 yang berada di lantai tiga paling ujung sebelah kanan. Jujur saja, langkahnya berat. Dengan pikiran-pikiran buruk yang kapan saja dapat terjadi di masa depan, rasa takutnya untuk bertemu primadona sekolah semakin besar hingga dapat meledak kapan saja. Namun, perkataan Luna terus terngiang memberi tumpuan pada dirinya untuk menyelesaikan masalah ini dengan penuh rasa tanggung jawab.
    Langkah menuju kelas yang ia tuju hanya tinggal menghitung jari, tetapi kakinya seperti direkatkan sangat kuat pada tempat ia berpijak. Dari tempatnya berdiri, Hestama Rahagi Lesmana tertangkap di kedua netranya, bergumul bersama dua tiga orang yang mengelilinginya. Satu hal yang terpikiran di otaknya; ia ingin muntah. Perutnya mual, rasanya seperti ditekan oleh atmosfer orang-orang pintar yang ada di dalam kubus IPA-1. Otak bodohnya seperti berteriak malu. Hal itu membuatnya terdiam lima langkah dari XII IPA-1, bergumul dengan pikiran absurdnya, hingga suara nyaring yang mengelukan namanya tertangkap oleh indera pendengarannya.
    “Athaya ya??” Laki-laki berperawakan tinggi dengan wajah bak dewa Eros menyapanya. Athaya terlonjak, “Eh, iya kak…”
    “Mau nyari Tama kan?? Sebentar ya, aku panggilin dulu.” Athaya hanya mengangguk pelan membalasnya.
    “Tama! ini ada si Athaya yang ngabisin bekel kamu!” Si dewa Eros berteriak yang menghasilkan raut wajah berwarna merah seperti kepiting rebus pada wajah Athaya. Sialan, batinnya.
    Tak perlu waktu lama, orang yang dipanggil kini berdiri di hadapannya.
    “Kutinggal dulu ya, baik-baik jangan bertengkar.” Ucap Si Eros seraya melenggang pergi menyisakan Athaya dan Hestama.
    Tak ingin membuang waktu, Athaya langsung menyampaikan maksud dan tujuannya. Dengan menyerahkan sari roti isi selai srikaya yang ia beli sebelumnya, seraya menundukkan kepalanya, enggan menatap iris yang diajak bicara, ia berkata kepada Hestama, “Kak, maaf banget sebelumnya, tapi bekal nya udah aku habisin. Sebagai gantinya aku belikan ini dan tempat makan kakak aku bawa pulang mau dicuci dulu. Gimana kak?”

    Hestama menghembuskan napas panjang yang sontak membuat Athaya menatap wajahnya. Kemudian Hestama tersenyum simpul dan berkata, “Gak apa-apa, Athaya. Yaudah kalau kamu mau bawa pulang dulu. Rotinya aku ambil ya.”
    “Eh? Iya kak…”
    “Oh iya, bekel kamu gimana? Mau kamu ambil juga?” “Gak usah kak, buat kakak aja.”
    “Serius? Kali aja kamu masih laper?” Balas Hestama dengan tawa yang merdu.
    Athaya terpana, “Gak kak. Buat kakak aja. Mmm, kalo gitu, gue balik dulu ya kak. Besok gue balikin tupperwarenya.”
    Hestama tersenyum lembut, “Iya, Athaya, Makasih ya.” “Makasih juga kak.”
    Athaya membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi ke kelasnya. Satu yang Athaya tahu saat pertama kali titik pandang mereka bertemu. Palsu.

    BalasHapus
  47. Nama: Meisyifa Triandiva
    NIM: A310200064
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    Judul "Titik Temu"

    Perkenalkan, nama saya Aleta. Tepatnya di tahun 2017 adalah tahun dimana saya memasuki bangku Sekolah Menengah Atas, di tahun ini dimana semuanya dimulai, segala suka dan cita bermulai di tahun ini, dan di tahun ini dimana saya bertemu dengan seseorang yang mengubah hidup saya. Ya, dia salah satu manusia yang mengajarkan banyak hal kepada saya, dan saya beruntung bertemu dan bisa kenal dengannya.

    Bulan agustus di tahun 2017 adalah awalan dari semuanya, di bulan itu awal mula saya bertemu dengannya.

    Saya menjalani kegiatan MPLS di sekolah baru saya, namun pada saat itu saya belum mengenalnya. Setelah segala kegiatan sudah rampung saya mendapatkan kelas. Saya mendapatkan kelas yang berada di lantai 3 sebelah kanan dari tangga. Saya memilih jurusan IPA yang padahal jurusan itu bertolak belakang dengan apa yang saya pilih di perkuliahan, namun saya tidak menyesal pernah memilih pilihan itu, saya bisa berada disini sekarang karena keputusan-keputusan yang saya buat di masa lampau.

    Pada jam istirahat sholat duha saya sedang menghadap belakang dan berbicara dengan dua teman saya. Bangku paling depan baris kedua dari kiri, ya, itu tempat saya. Saya ingat jelas posisi saya pada saat itu, karna itu pertama kali saya bertemu dengan jelas dengannya. Tiba-tiba dia duduk di samping bangku saya, kebetulan saya memang duduk sendiri. Kami tidak berbincang satu katapun, kami hanya saling lihat satu sama lain, lalu pergi. Dia kembali ke kelasnya, sayapun kembali berbicara dengan teman saya.

    Setelah pertemuan singkat itu, saya menanyakan kembali ke dia, kurang lebih pertanyaan saya “itu kamu yang tadi”. Dia menjawab kalau itu dirinya. Oh, ya saya lupa cerita. Kami memang sudah saling tukar pesan, namun ya hanya sebatas anak SMA yang sedang mencari teman baru saja, tidak lebih dari itu.


    BalasHapus
  48. Nama: Wahyu Mardaning Hardiyanti
    NIM: A310200065
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Puisi

    Pertemuan Singkat

    Aku terlambat mengerti
    Apa arti hadirmu di hidupku
    Aku begitu yang tertutup
    Tidak melihat sosokmu yang berarti

    Butuh waktu bagiku untuk mengerti
    Namun, semesta tidak mau menunggu
    Aku yang terbelenggu batin
    Dan terperangkap kenangan masa lalu

    Begitu singkat pertemuan kita
    Bahkan, bibir ini tak mampu berucap
    Kabar pesan tak bertukar
    Hanya sosial media yang berbicara

    Kau meninggalkan kota tanpa pamitan
    Disaat raga ini bergerak mengenalmu
    Kenangan memang tidak terukir
    Namun, tawa candamu masih terekam

    BalasHapus
  49. 10. DARI BERANDA KOTA
    ”Mengapa orang banyak yang ingin mati? Padahal belum tentu setalah mati masalah mereka bisa hilang.”
    ”Lalu masalah mereka akan dibawa sampai ke alam sana?” ”Ya, itu mungkin saja terjadi bukan?”
    Malam ini, aku dan Juna melewatkan makan malam di warung makan langganan kami di jam istirahat. Kami lebih memilih ke restoran cepat saji dan memesan burger keju dengan kentang dan soda. Kali ini Juna yang bayar. Katanya penghargaan diri atas waktu lemburnya seminggu penuh ini. Jadi perutnya harus diisi makanan enak yang mahal. Padahal burger keju dengan kentang dan soda menjadi makanan sampah bagi orang berduit. Yah, problematika masyarakat dengan kelas sosialnya. Kalau aku sih tidak begitu mempermasalahkan, yang penting makan enak dan uangku aman. Itu sudah menjadi anugerah tersendiri bagiku.
    ”Ternyata jadi orang dewasa itu sulit.” Ujar Juna dengan mulutnya yang penuh dengan kentang goreng.
    “Siapa bilang mudah?”
    “Harus banting tulang demi bisa hidup.”
    “Sebenarnya mudah kalau terlahir punya hak istimewa.” ”Kenapa kita dilahirkan jadi orang biasa saja ya?” ”Mana kutahu.”
    Aku memasukkan beberapa kentang goreng ke mulutku. Aku Jadi berpikir perkataan Juna. Mengapa ya? Padahal aku cukup kompeten untuk punya hak istimewa. Aku sangat yakin bisa memanfaatkan hak istimewa itu.
    ”Ah ingin sekali rasanya mengeluarkan uang yang banyak tanpa harus bersusah payah.” Keluhku pada Juna.
    ”Memang orang kaya tidak bersusah payah?” Tanyanya kemudian. “Tidak tahu, aku kan bukan orang kaya.”
    Kemudian kami tenggelam dengan pikiran kami masing-masing. Seraya menatap ke luar jendela restoran, di mana banyak kendaraan berlalu Lalang dengan gedung-gedung pencakar langit sebagai latarnya. Kota ini sangat sibuk. Rasanya sangat bersalah aku duduk dan menikmati

    makanan ku sementara di luar sana orang-orang sangat sibuk. Istirahat seakan-akan haram dalam hidupku. Bekerja dan bekerja untuk menghasilkan uang banyak, sehingga aku bisa tetap hidup.
    ”Mungkin, aku paham mengapa orang ingin mati.” Ucapku. ”Mengapa?”
    ”Karena mereka tidak punya uang.” ”Kata ibuku uang bukan segalanya.”
    ”Kalau begitu, kenapa kau masih bekerja lembur sampai sekarang?”
    Juna cemberut mendengar perkataanku, ”Lalu kalau yang ingin mati itu orang kaya bagaimana?”
    Aku berpikir sejenak. ”Mungkin kurang kebahagiaan.” ”Berarti hidup bukan perkara uang.”
    Aku terdiam. Benar kata Juna. Tapi aku tidak setuju.


    Surat untuk diriku di masa lalu
    Aku tidak akan basa basi, jadi catat ini baik-baik. Jika memang kamu dilahirkan dengan tidak membawa hak istimewa ataupun sendok emas di mulutmu, maka yang harus kau lakukan adalah belajar dengan giat dan mencapai tempat di atas rata-rata. Karena begitulah cara kerja manusia, kamu akan dipandang jika di atas rata-rata. Entah dari aspek apapun itu. Dan begitulah kau akan hidup dengan seidikit kesulitan. Menjadi orang baik memang penting. Tapi hidup nyaman bukanlah impian segala orang? Jangan ada penyesalan di masa depan.

    Dari,
    Aku di masa depan.

    BalasHapus
  50. Nama : Tifani Puspa Kristalliana
    NIM : A310200014
    Kelas : 5A
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi

    Cerpen 1
    Judul : 3 Metode Cinta

    Shania siswa kelas XII IPS 2 pada tahun pertamanya di SMA jatuh cinta pada temannya
    yang bernama Rian. Rian merupakan ketua kelas XII IPA 7 yang terkenal sangat ramah dan tampan, ia juga merupakan anggota OSIS dan pandai bermain sepak bola. Oleh karena itu, dia juga
    populer dan disukai banyak siswi disekolah itu. Sudah hampir 3 tahun Shania memendam perasaan
    kepada Rian.
    Pada suatu hari Shania bersama temannya Dea dan Shinta pergi kekantin untuk membeli makanan,
    disana dia melihat Rian dan teman-temannya sedang makan sambil memainkan gitar. Seekor kucing yang lapar datang kepada Rian dan kemudian ia memberi kucing itu makan. Shania melihat
    momen itu dan ia tersenyum melihat Rian yang baik hati itu. Sepanjang hari Shania hanya
    memikirkan Rian saja, saat hari itulah ia mulai menyukai Rian.
    Keesokan harinya saat berangkat sekolah Shania bertemu Rian yang sedang menggandeng seorang pria tua yang sedang menyebrang menggunakan alat bantu tongkat untuk berjalan. Hati
    Shania sangat luluh dan mulutnya tersenyum lebar melihat itu. “Aaah aku tahu penyebabnya” kata Dea. “Ada apa?” tanya Shinta penasaran. Sambil mengedipkan matanya Dea memberi kode kepada Shinta untuk melihat Shania yang sedang terhipnotis oleh Rian. Mulutnya tersenyum lebar
    dan matanya tidak bisa beralih dari Rian. “Kamu menyukainya Shan?” teriak Shinta mengejutkan Shania. Shania terkaget dan langsung jalan terburu-buru “Enggak lah, dia kan cowok populer disekolah kita mana mungkin aku menyukainya”. Dea dan Shinta hanya tersenyum dan saling
    menatap, mereka tahu jika Shania mencintai Rian.
    Pada saat jam istirahat tiba Shania, Dea dan Shinta melihat seorang siswi memberikan kue
    kepada Rian. “Waah kurang gercep nih Shin” kata Dea kepada Shinta untuk menggoda Shania. Shania yang memasang wajah sedih dan putus asa hanya terdiam melihat Rian dengan membawa
    kue pemberian siswi itu “Lihatlah siswi cantik itu, bagaimana aku bisa mendapatkan hati Rian jika
    seperti ini”. Tiba-tiba Shinta dan Dea menarik tangan Shania membawanya ke kelas. Saat di kelas Shinta memberikan buku yang berjudul “5 Metode Cinta” kepada Shania. Shania bingung apa yang ada dipikiran teman-temannya, mengapa mereka percaya dengan buku aneh seperti ini. “Kalian pernah mencobanya?” tanya Shania dengan heran. Dea dan Shinta hanya tersenyum dan
    menggeleng-gelengkan kepalanya.
    “Disini tertulis kamu harus memberikan coklat kepada orang yang kamu cintai, coklat itu adalah simbol cinta” kata Dea membacakan metode pertama pada buku itu. Dengan ragu Shania membeli coklat dan menaruhnya di motor Rian. Saat pulang sekolah Rian mengambil coklat itu
    akan tetapi coklat itu meleleh karena terkena panas. Shania, Dea, dan Shinta terkejut melihat itu. “Aku lupa kita berada dinegara tropis” kata Shinta.
    Metode kedua adalah hipnotis. “Tatap matanya dan dia akan melihat kamu secara spontan” tulis buku itu. Ketika jam istirahat Shania, Dea, dan Shinta melihat pertandingan sepak bola antar kelas,
    Rian pun mengikuti pertandingan itu. Saat Rian bertanding tanpa sepengetahuan teman-temannya Shania mengikuti metode kedua itu dia menatap mata Rian dengan lama dan tiba-tiba Rian melihat kearah Shania. Shania terkejut “Waah berhasil”. Teriakan Shania mengejutkan Dea dan Shinta, mereka tersenyum dan berkata “kamu tetap mengikuti metode itu?”.
    Karena merasa metode kedua itu berhasil Shania mengikuti metode ketiga. Dalam buku itu
    menuliskan bahwa seorang harus bisa merubah penampilan menjadi menarik.

    BalasHapus
  51. Dea dan Shinta langsung melakukan make over kepada Shania. Tubuh Shania yang dulunya hitam sekarang menjadi putih, Shania juga belajar tidak memakai kacamata agar tidak terlihat culun. Teman sekolah Shania pun terkejut melihat perubahan Shania yang drastis, ia mendapat julukan bebek menjadi angsa karena itu. Akan tetapi Shania, Dea, dan Shinta merasa Rian masih tidak melirik Shania yang sudah berubah drastis, mereka merasa bahwa buku itu sangat gagal. Maka dengan itu, Shania bertekat memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Rian secara langsung.
    Hari kelulusan pun tiba, Shinta mengikuti Rian yang berjalan menuju taman sekolah untuk
    memotret taman karena hari itu adalah hari terakhir Rian disekolah itu. “Hai Shania mengapa kamu kemari?” tanya Rian. Dengan gugup Shania berkata “Sebenarnya ini adalah hal yang konyol, aku tertarik padamu sudah hampir 3 tahun berlalu. Semua cara sudah aku lakukan agar kamu bisa menerimaku dan hari ini aku merasa senang karena aku bisa mengungkapkannya” akan tetapi Shania berhenti bicara saat membaca tulisan di atas saku Rian yang bertuliskan Rian cinta Dian. “Dian? Kalian berpacaran?” kata Shania sambil menahan nangis. Rian hanya menganggukkan kepalanya. “Sudah berapa lama?” tanya Shania karena penasaran. “Hampir 1 bulan” kata Rian dengan sedih. Karena malu Shania langsung pergi meninggalkan Rian. Shania menangis sampai rumah karena hari bahagia itu ternyata berubah menjadi hari yang paling meyedihkan bagi Shania.Karena Shania mendapatkan peringkat pertama, ia akan menyusul ayahnya yang bekerja di USA sebagai koki. Shania akan melanjutkan pendidikan di USA. Sudah hampir 5 tahun Shania tidak bertemu ayahnya. Hal itu dapat melupakan kesedihannya selama di SMA. Satu bulan setelah hari kelulusan Shania berangkat ke USA untuk beremu ayahnya, ia merasa bahagia. Rian dan Shania pun melanjutkan kehidupan masing-masing.
    7 tahun berlalu Shania menjadi designer terkenal di USA dan diundang oleh salah satu talk
    show, dalam talk show tersebut Shania menceritakan bagaimana perjalanannya ketika menjadi designer. Dea dan Shinta pun juga hadir dalam acara itu. Mereka merasa bangga dengan Shania.
    Tanpa sepengetahuan Shania dan orang-orang dalam acara tersebut, Shania dipertemukan kembali dengan Rian yang berhasil dalam Indonesia Glass dan menjadi fotografer. Shania terkejut dan merasa malu kepada Rian. Rian tersenyum dan memberikan buket bunga kepada Shania. “Shania, apakah ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan kepada Rian?” tanya pembawa acara talk show tersebut. Dengan terbata-bata dan takut Shania berkata “Rian, kamu sudah menikah?. Dengan raut wajah yang sedih dan tidak menatap Shania, ia menjawab “Aku sedang menunggu seseorang designer dari USA” jawab Rian langsung terseyum dan menatap Shania. Mendengar hal itu Shania menangis dan para penonton pun bertepuk tangan dengan meriah.

    BalasHapus
  52. Cerpen 3
    Judul: Perundungan di Sekolah
    “Dasar gendut, hitam, jelek,” ejek anak-anak.
    Neina sudah biasa dengan ejekan semacam ini dari kecil. Saat usianya menginjak 2 tahun, tetangga di sekitar rumahnya kerap tersenyum sinis melihat Neina. Sang ibu bercerita kalau dulu
    bobot tubuh Neina justru lebih besar. Dokter pun sempat memperingatkan ibu Neina bahaya obesitas yang mungkin dialami sang anak.
    Memasuki usia 3 tahun, ibu Neina mencoba mengatur pola makan sang putri. Apa mau
    dikata? Neina memang harus menjaga bobot tubuhnya agar tak membahayakan kesehatan.
    Bertahun-tahun memiliki bobot tubuh diatas rata-rata, Neina sebenarnya tak ambil pusing. Sejak di bangku SD pun, ia kenyang dijadikan bahan bully-an.
    Sama seperti sekarang, Neina masih jadi bahan candaan sekaligus ejekan teman-teman
    sekolahnya. Ia kira teman di SMP jauh lebih terbuka dan menyenangkan, ternyata tidak. Efek perundungan yang dialaminya pun kian menjadi setelah naik ke kelas 9. Tekanan menghadapi
    ujian nasional ditambah ejekan teman-temannya membuat Neina uring-uringan.
    Ia hanya bisa melampiaskan rasa sedihnya kepada sang ibu. Tak ada teman yang mau dekat
    dengannya. Setiap kali ia mencoba menyapa dan ikut mengobrol, teman-temannya langsung bubar.
    Neina sadar diri, ia tak pernah diharapkan dalam lingkup pertemanan manapun.
    Tanpa disadari, mental Neina drop akibat perlakuan teman-temannya. Hal ini rupanya
    mengundang rasa curiga bu Indre, wali kelas Neina. Usai upacara, bu Indre memanggil Neina ke ruangannya. Ia menanyakan penyebab turunnya nilai Neina di semua mata pelajaran. Awalnya
    Neina enggan menceritakan semua yang dialami. Bahkan ia hanya diam mendengarkan kata-kata sang guru.
    Bu Indre tak kehabisan akal. Ia mencoba mengulik perlahan-lahan. Neina menyerah dan
    menceritakan keluh-kesahnya. Keesokan harinya, bu Indre masuk ke kelas seperti biasa. Namun,
    ada hal menarik yang diceritakannya kepada anak-anak.
    “Ibu ingin bercerita hari ini. Kalian mau mendengarkan?” tanyanya.
    Semua murid hanya mengangguk, tanda setuju. Mulailah bu Indre bercerita tentang kasus perundungan. Awalnya anak-anak merasa risih, namun tetap mendengarkan. Di akhir cerita, bu Indre menekankan betapa buruknya merundung orang lain. Anak-anak terpaku dan mulai melihat ke arah Neina. Neina hanya tertunduk tak berani menatap.
    Saat waktu istirahat tiba, satu per satu teman sekelas Neina mendekatinya. Mereka
    meminta maaf karena sudah mengejek Neina selama ini. Mereka tak sadar kalau ejekan itu membuat Neina sedih dan mengalami gangguan belajar

    BalasHapus
  53. Nama: Ath Thaariq Rahma Syahrita
    NIM: A310200045
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Puisi

    1. Judul: Tangkuban Perahu
    Suara merdu ayam berkokok di pagi hari
    Langit putig tenunan karya dayang Sumbi
    Gunung Putri nan cantik dipandang mata
    Perasaan ketenangan menciptakan rasa
    Bagaikan bunga bertaburan di udara
    Hati kian menggebu-gebu
    Rasa cinta akan keindahan ini
    Begitu takjub akan ciptaannya

    2. Judul: Hujan Dikala Sore
    Duduk sejenak menikmati suara gemericik air hujan di pelataran
    Terdengar air mengalir deras menuju tanah
    Sore ini matahari dipersilakan untuk beristirahat diganti dinginnya malam
    Daun bergerak kesana kemari tertimpa rintiknya hujan
    Bau tanah yang menyejukkan hati dan merilekskan pikiran
    Datang kemudian pergi membawa suasana kenyamanan

    3. Judul: Pelajaran
    Teringat lagu “Sampai jadi Debu”
    Akankah perjalanan ini akan berlanjut sampai jadi debu?
    Akankah perjalanan ini akan berhenti di tengah jalan?
    Akankah semua perjalanan itu berakhir seperti harapan
    Nyatanya suatu perjalanan akan berbeda dengan harapan
    Ketika kenyataan berbeda dengan keinginan
    Lantas apakah kita bisa mengubahnya?

    4. Judul: Kerinduan Terhadap Seseorang
    Pergi untuk meraih masa depan
    Meninggalkan segala kenangan masa kecil
    Peluk hangatnya yang kian memudar
    Tangis yang tak terbendung
    Dimanakah aku akan merasa aman
    Apakah seperti lirik lagu “Ku aman ada bersamamu”
    Jika benar akan ku bawa selalu kalimat itu

    5. Judul: Secarik Kertas
    Terlihat biasa jika dilihat
    Terasa ringan jika diangkat
    Bergitu banyak makna yang tidak bisa diungkapkan
    Melihat hanya secarik kertas bertuliskan “Semangat!”
    Membawa perubahan bagi pembacanya
    Mungkin biasa jika dibaca
    Namun akan sangat berarti bagi orang yang tepat
    Teruslah melangkah demi keyakinanmu

    BalasHapus
  54. Nama : Muhammad Ibadil Ghoffar
    NIM : A310200047
    Kelas : A
    Matkul : Menulis Kreatif
    Karya : Puisi

    Judul : Mawar

    Mawar yang unik
    Warnamu yang merah
    Seperti warna cabai yang cerah

    Bunga yang indah
    Bunga yang harum
    Bunga yang cerah
    Dan bunga yang unik
    Oh bunga mawar
    Bunga mawar pujaan hati


    Judul : Khayalanku

    Andai aku seperti orang sukses
    Aku ingin mencapai tujuanku
    Andai aku bisa mencapai cita-citaku
    Aku akan berusaha, aku tak akan menyerah

    Setiap pagi aku kuliah dengan berpakaian rapi
    Untuk menuntut ilmu
    Bagiku aku ini selalu mengkhayal
    Tanpa kusadari itulah yang terjadi

    Meskipun aku kuliah di kota besar
    Tapi aku akan tetap belajar dengan giat lagi
    Menurutku biar aku di kota besar
    Tak pernah aku peluh



    Judul: Bintang

    Terlihat terang
    Tanpa bintang
    Malam hari terasa gelap

    Bintang
    Kau sungguh
    Sangat indah
    Bertaburan di langit
    Indah mewarnai malam
    Yang indah

    BalasHapus
  55. Nama: Indra Ardhana
    NIM: A310200174
    Kelas: 5B
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi

    Judul: Riak Air

    Lambaian dahan sang ilalang
    Menjadi saksi rasa yang tak pernah hilang
    Sungai cinta telah bermuara
    Bertemu samudera indah sang empunya

    Tetes demi tetes cinta yang kau suguhkan
    Menjadi riak air di permukaan
    Meluas dengan perlahan
    Pusatnya ialah dirimu sang idaman

    Merdu seruan kasihmu
    Indah belai cintamu
    Menjadi alunan syahdu
    Melepas segala ragu

    Judul: Artefak

    Nyatanya kini era kita telah purna
    Kita bukan lagi tokoh utama
    Jika semula kita saling menyema, perkara dan semua yang serba bertautan,
    Kini tak lagi kita tabur benih badai yang kelak tumbuh perlahan

    Kita kekalkan prasasti yang tak lagi menorehkan aksara cemburu
    Kita bukan lagi nenek moyang yang berburu dan meramu
    Maka marilah kita mencecap setiap jengkal jejak

    Langkah yang abadi dalam pikatmu
    Setangkup kekal yang kita pertanyakan, seberapa besa ria hingga sampai menuju keabadian? Apapun itu mari kita abadikan

    Judul: Bermuka Dua

    Berlagak seperti muka manis
    Ketika menggores kapur di papan tulis
    Terkadang pula Kau harus bersikap munafik
    Demi mereka yang periang

    Walaupun susah, sebenarnya melanda.
    Diriku tak punya apa-apa, sayang.
    Cuma sedikit ilmu dan buku usang.
    Jangan takut anakku Saat nanti libur tiba Datang, mainlah ke rumahku.

    Bangku yang reot itu
    Toples, blong yang kosong itu
    Sendok yang tak berdenting dengan piring itu
    Dan gelas yang tak berisi air

    Mereka bersaksi tentang diriku
    Tentang cerita hidupku, sebagai guru
    Sungguh, diriku berharap
    Kau tetap mencintai aku anak-anakku

    Judul: Ah Kamu

    Debur yang beda, debar yang sama
    Cinta tak hanya cahaya, melainkan waktu
    Seperti kamu yang lebih memilih bulan baru daripada purnama,
    Tapi kenapa kamu selalu hadirkan ronanya, di kedua pipimu?

    Petang yang berlainan, rasa yang terindukan
    Sayang yang dibuat-buat itu berbeda dengan dibuat sayang
    Sama dengan kamu yang alergi pemanis buatan,
    Tapi mengapa kamu buat manis setiap pertemuan?

    Kota yang beda, Bali yang sama
    Kita yang berbeda selalu ingin bersama
    Seperti jika aku menjadi kepiting,
    Tetap saja kamu sodorkan pipi, untuk kucapit?
    Walalu aku menjelma ikan sapu-sapu,
    Tetap saja kau dekatkan bibir, untuk ku...

    Ah, Kamu.

    Judul: Neptunus

    Temui aku di Neptunus
    Tempat deru ragu jadi rindu
    Metana, hydrogen, dan helium
    Cahaya merah dibuatnya biru.

    Temui aku di Neptunus
    Dengan gaun indah menyapu lantai
    Dengan sepatu Cinderella
    Juga senyum yang bercahaya

    Temui aku di Neptunus
    Tempat mantra-mantra suci bermuara
    Tempat asap doa mengepul
    Lalu terbang menembus langit

    Bawa pena dan bukumu
    Mari menulis bersama
    Tentang langit, tentang bintang
    Tentang triton, proteus, juga Thalassa

    Selama kita saling percaya
    Takdir akan selalu menang

    Judul: Legenda Sangkuriang, Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu

    Danau mu telah mengering
    Perahumu hanyut tanpa dayung ke dalam kabut
    Dan kau, Sangkurian, berhentilah menulis puisi
    Dayang Sumbi kini telah menjelma dingin yang diam

    O Sangkuriang
    Mencintai tak pernah salah,
    Tapi kadang hidup punya banyak cerita yang perlu kau baca
    Perlu kau tata hidup yang juga punya cerita, yang kau sendiri lakunya

    O Dayang Sumbi
    Bohong adalah Ibu dari dusta yang lain
    Siapa ayah siapa ibu siapa kau dan siapa sangkuriang
    Kabut menjelaskan semua, dingin mengabadikan semua.
    Legenda membenarkan semua, mencintai tak pernah salah.

    Judul: Hari Itu

    Semalam, seperti biasa
    Aku duduk di ujung dermaga
    Mengamati bintang, mengamati diri

    Satu-satu aku melihat lebamku menghilang dari tubuh
    Kini mereka aku temukan si sudut-sudut ingatan
    Barangkali, ingatanku sudah menjadi tumbuhan laut yang rimbunnya melindungi ikan

    Sebab, bukan hanhya satu dua
    Yang aku hanyutkan di dermaga itu
    Bisa jadi rubuan

    Apakah pilu bisa menumbuhkan kehidupan?
    Karena yang aku tau, berkali-kali aku mati
    Berkali-kalo pula aku hidup karenananya.

    BalasHapus
  56. Nama: Zulfa Mabila Herman
    NIM: A310200077
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Antologi Puisi

    1. Puisi
    Judul “AKU”
    Aku tau diriku terlalu berharap lebih
    Aku tau semua akan menjadi angin lalu
    Aku tau bayanganku perlahan menjadi benalu
    Aku tau semakin hari dia menjauh

    Tapi apakah kau pernah berpikir dengan hati teduh
    Bagaimana diriku berusaha menggapaimu
    Sampai diriku tak tau dimana akan berlabuh
    Dari sekian umat kenapa aku memilihmu?

    Hati dan pikiran selalu mengeluh
    Seolah ingin mengungkapkan sikapmu
    Apa kesempatan memang tidak datang untukku?


    Judul “Bangku Kosong”
    Bukankah ini keinginanmu, memilih siapa yang harus dikorbankan
    Diriku menjadi lemah.
    Bahkan meninggalkanku sendiri didalam kegelapan
    Siapakah dirimu sebenarnya?

    Haruskah aku yang sengsara?
    Tidak ada satupun yang menemaniku.
    Kondisiku telah using, memangnya siapa yang akan datang menolong

    Tak satupun sudi menyentuhku, bahkan mereka memandangku tak berguna
    Aku tidak ingin berharap, karena fakta membenarkan pikiran mereka.
    Aku menjadi tempat rapuh yang lemah
    Aku, si bangku kosong.


    Judul “An”
    Aneh, dia berucap seolah membutuhkan
    Tapi tak satu kata keluar memberitahukan
    Bagaimana ini, jika keduanya saling diam
    Tidak ada yang bisa diungkapkan
    Omong kosong mengelabui pikiran
    Sampai lupa kesempatan menunggu di depan

    BalasHapus
  57. Nama : Dias Azizah
    NIM : A310200120
    Kelas : 5B
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi “Langit air basah”

    1. Judul : Langit air langit basah

    Dalam genggaman awan
    Tersimpang gelombang
    Dilukis cahaya warna warni
    Tergambar masa dibelakang kian menggoda
    Lalu lintasan pelangi adalah rona
    Indahnya....oh alangkah indahnya

    Lalu................................!
    Lukisan berbagi posemu
    Diantara buih buih dan gelembung air
    Sukmaku mengaca dan mengambang
    Berakhirkan?

    Nafasku masih diam diarus deras
    Tak satupun bebatuan dapat kupegang
    Bair masa mengasuhku
    Biar sekian lama kupendam dalam
    Bayang bayang kolam
    Tak bisa beranjak dari kerinduanku
    Dalam segenapmu
    Hai terpuja dalam diam

    2. Judul : Tamu tamu memasang pasung dihatimu

    Lihatlah geriap dedaunan hijau
    Ditingkap jendela teduh
    Memang terasa ada lika liku
    Terkadang menyampir sembilu
    Tiupan bayu
    Cahya mentari dan kicau burung burung
    Kenapa binar matamu tajam?
    Menggantung di setiap langkahku
    Dunia penuh bintang bintang
    Kutatap hanya satu, kamu

    Diantara riak ombak dan gemuruh sopan kerucut
    Kusimpan farasmu diantaran rusukku
    Meski tamu tamu datang memasang pasung pada lengan dan kakimu
    Aku sering rengkuh kecintaanku di atas asa
    Persaingan kasihmu menabuh genderang perang

    Sauh telah kutambatkan di dermaga
    Berjuta anak panah telah kucurahkan keangkasa
    Menggeleparlah hati yang terkena
    Jika memang ini titahnya
    Ditulangku yang hilang
    Tak akan kubuang cinta
    Meski aku hanya serpihan malam malam mimpimu
    Hanya sebatangkara
    Hanya seorang pengelana

    Ini batangan puisi
    Requiem disudut waktu berlalu

    3. Judul : Sebenarnyalah

    Kau sebenarnya paham.
    Tatapanku adalah ribuan puisi.
    Bunga bunga mekar harum dan berbekas
    Angan angan melukis langit langit kamarku.
    Mendekap erat jatungku.
    Meluruhkan nafsu nafsu dan pecah pada ombak.
    Menyuburkan putik putik. Memerahkan bibit rona cinta

    Kau genggam bendera.
    Lambang pada gairah malam kita.
    Begitu dukanya rindu di jemari waktu.
    Wahai kekasih.
    Bagaikan aroma semerbak gemerlap, terlelap.
    Angin dari gunung gunung
    Celoteh anak perawan riang di pucuk pucuk cemara.
    Berlari dan bernyanyi bersedekap, kala hujan mengguyur bumi.

    Sesungguhnya sengatmu meracuni jalan darahku.
    Kegilaan hentakan kaki dan jatungku.
    Seperti menerjang kesana kemari
    Berdendang seorang diri.
    Gerak langkahku tanpamu, bagai langit tanpa bintang.
    Hidup ingin denganmu , maka jika sirna juga denganmu.
    Sebenarnyalah....................!

    BalasHapus
  58. Nama: Fachrunnisa Asshidiq
    NIM: A310200046
    Kelas: 5A
    Mata Kuliah: Menulis Kreatif
    Karya: Cerpen

    PRIA ITU MISTERIUS
    “hari yang cerah, kuharap perjalanan ku hari ini juga sama cerahnya.” Ucap wanita itu dengan senyuman di bibirnya
    Pagi buta itu ia beranjak dari tempat tidurnya untuk segera berbenah diri. Duduk didepan cermin rias setelah ia membersihkan diri. Bersiap berdandan seperti akan menemui seorang kekasih, namun siapa sangka ia hanya akan bertemu pelanggan tokonya. Melangkah menuruni tangga, ya kalian bisa tebak tokonya berada dibawah ruang kamarnya. Ruko biasanya mereka menamainya yaitu singkatan dari rumah dan toko.
    “kring…” bunyi bel toko itu ketika pintu itu terbuka.
    “Erika…?” panggil wanita paruh baya itu
    “selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”
    “tidak usah terlalu semangat dipagi buta ini Erika, Hahaha…”
    “Ah… ibu saya kira siapa, Bukan terlalu semangat, ada pepatah berkata kalau bangun terlalu siang nanti rezekinya dipatok ayam” sahut perempuang itu dengan senyuman lembutnya.
    “iya…iya, apa kamu sudah sarapan, ini ibu ada sedikit makanan untuk mengganjal perutmu” ucap wanita paruh baya itu sembari menaruh kotak sarapan di meja kasir.
    “terima kasih ibu…,ini sudah lebih dari cukup untuk sekedar ganjal perut”
    “yasudah lanjutkan berbenah tokomu, aku permisi dulu”
    “hati-hati bu lastri…” ucapnya sambil melabaikan tangannya.
    30 menit berlalu Erika menghabiskan waktunya untuk membersihkan toko bunganya. Ia pun tak lupa menghampiri kota makan yang diletakkan di meja kasir. Tak disangka isi kotak makan yang dibukanya ternyata sangat banyak makanan didalamnya. Ia pun dengan rasa senang melahap makanan tersebut sembari menunggu pelanggan datang.
    “kring…permisi” ucap seseorang memasuki toko

    BalasHapus
  59. Bagian 2: CERPEN "PRIA ITU MISTERIUS"
    “Silakan masuk…” ucap Erika sembari melihat pemuda itu melangkah mendekat “Ada yang bisa saya bantu?”
    “Selamat pagi kak, saya mau pesan sebuket bunga” ucap pemuda itu dengan wajahnya yang agak gugup.
    “buket bunga untuk acara apa kak kalau boleh tau?”
    “Ee… buket untuk wisuda”
    “oh.. silahkan dipilih sampelnya disebelah sana” dengan menunjukkan contoh2 buket bunga yang ditempel didinding ruangan.
    Pemuda itupun melihat sampel-sampel buket yang terpampang didepannya, ia pun semakin bingung dengan pilihan yang sudah tersedia.
    “hah…yang mana yang harus kupilih untuknya?” gumamnya sembari menggaruk kepala kebingungan.
    Erika pun mendekat kearah pemuda yang tampaknya kebingungan memilih model buket mana yang tepat.
    “apakah untuk seorang perempuan?” ucap Erika yang berdiri tak jauh di belakang pria itu.
    Pemuda itu terperanjat dan mengiyakan dengan hanya bisa mengangguk malu kepada Erika.
    “tidak usah malu-malu saya sudah biasa mendapat konsul pelanggan untuk memilih bunga yang tepat pada kekasihnya” ucap Erika dengan senyuman manisnya.
    “tolong buatkan buket bunga yang bagus ya kak untuk seseorang perempuan yang saya suka”
    “Siap, untuk kapan buket ini akan diambil?”
    “besok apakah bisa?”
    “tentu, mohon ditunggu ya kak, saya akan buatkan bill pemesanannya” dengan rasa senang Erika pun melangkah ke meja kasir membuatkan bill pemesanan buketnya.
    “ini bill nya kak, besok dibawa untuk mengambil buketnya”
    “terima kasih kak, saya percayakan pada kakak untuk buket bunganya” ucap pria itu dan setelahnya keluar dari tokonya dengan perasaan senang.

    BalasHapus
  60. Bagian 3 : CERPEN "PRIA ITU MISTERIUS"
    Hari semakin siang beberapa pelanggan setiap jamnya datang, tak banyak namun juga tidak sedikit juga pelanggan yang datang. Ada yang pesan ada yang langsung membeli bunga membuat Erika senang dan tak memiliki rasa lelah untuk melayani klien-kliennya yang meminta tolong untuk dipilihkan bunga yang bermakna bagus dan tepat untuk diberikan pada seorang.
    Waktu menunjukkan pukul 12 siang, sembari menyicil membuat buket pesanan Erika pun akhirnya mengambil waktu istirahat sejanak dengan menikmati jajanan-jajanan yang dibelinya 10 menit yang lalu. Ia pun mendekat kearah pintu dan membalik sebuah tulisan open menjadi close untuk sementara waktu.
    Ia pun keluar dari tokonya tersebut dan tidak lupa mengunci pintunya. Berjalan-jalan menyusuri trotoar yang disampingnya terdapat berderet-deret toko selain ruko bunganya. Dengan memegang snack yang ia gengam ditangan semabari berjalan ia juga memakan snack itu.
    “Erika…” sapa ibu Lastri yang pagi ini mengunjungi tokonya “kemarilah…”
    “iyaa…” ucap Erika dan melangkah menuju toko roti ibu Lastri
    “nah… sini duduklah disini, kau mau apa akan ibu hidangkan segera”
    “tidak usah repot-repot bu…”
    “ah.. tidakpapa, yasudah ibu kebelakang sebentar ya”
    Toko roti yang didesain seperti café itu cukup aestetik dipandang suasana yang tenang membuat Erika dapat menghilangkan rasa penatnya sejenak.
    “kriet…blam, permisi” ucap seorang pria yang masuk dalam toko itu dan melangkah menuju dapur toko.
    Pandanganku tak lepas dari pintu dapur, mengingat-ngingat perawakan pria itu yang tadi begitu jelas, tinggi, gagah dan berkulit putih.
    “siapa? Karyawan? Tidak mungkin?” gumam Erika
    Tak lama kemudian pintu dapurpun terbuka dan keluarlah ibu Lastri yang membawakan pizza buatannya dan secangkir minuman coklat dingin.
    “makanlah yang banyak, masih lama waktumu untuk membuka toko bukan?”
    “hah… ibu tidak usah repot-repot”
    “ah…, tidakpapa makanlah, ibu lebih senenag kalau melihat mu makan masakan ibu dengan lahap”

    BalasHapus
  61. Bagian 4 : CERPEN "PRIA ITU MISTERIUS"
    “iyaa…iya, selamat makan..” pandangan Erika yang masih belum lepas pada pintu dapur dan seperti bertanya-tanya siapa pria tadi.
    “kenapa?” Tanya ibu lastri membuyarkan lamunan Erika
    “ah… tidakpapa bu, masakan ibu enak sekali kejunya aku suka”
    30 menit Erika setelah meninggalkan toko untuk berkujung ke toko roti bu Lastri. Ia pun membuka kembali tokonya. Kembali ke kesibukannya membuat buket pesanannya.
    Keesokan harinya seperti biasa Erika membuka tokonya lebih awal karena ada beberapa pelanggan yang akan mengambil pesanan buket bunga. Ketika membuka pintu toko tak sengaja ia melihat seorang pria yang taka sing baginya. Ya, laki-laki yang dilihatnya ketika di toko roti bu Lastri tersebut sedang berjalan kaki di sekitar trotoar di sebrang toko bunganya.
    “Dingin sekali” batin Erika, dengan masih terpana pada laki-laki yang sedang berjalan santai menyusuri trotoar yang masih sepi sembari mengenakan earphone warna putih.
    “permisi kak?” ucap seseorang membuat buyar lamunan Erika
    “eh… iya selamat pagi, mau ambil bunga pesanan ya”
    “iya kak, apa sudah jadi?”
    “sudah kok mari masuk saya siapkan packingnya”
    “iya kak”
    Tak disadari disebrang trotoar ada yang balik memperhatikannya dengan senyum gemas ketika melihat Erika berbicara dengan pelanggannya.
    “pantas Ibu menyukainya” gumam pria itu.
    “Riko…” Panggil wanita paruh baya pemilik toko roti
    “yaa… aku kesana” ucap pria itu sembari berlari kecil mengghampiri bu Lastri yang memanggilnya.
    Sedangkan di dalam toko bunga tersebut ada yang sibuk mengagumi karya buket bunga yang indah diluar ekspektasinya.
    “wah… bagus sekali kak”
    “eh…tunggu dulu masih ada yang kurang” diambilnya pewangi dan disemprotkan kearah buket bunga yang ia buat.
    “wah…wangi sekali, pasti dia suka, terima kasih ya kak”

    BalasHapus
  62. Bagian 5 : CERPEN "PRIA ITU MISTERIUS"
    “sama-sama semoga berhasil ya” ucap Erika diiringi senyum bahagia karena buket yang ia buat memuaskan pelanggannya.
    Erika pun membukakan pintu keluar untuk pelanggannya tersebut, namun tak disadari bu Lastri sudah berada di depan pintu tersebut dan membuat Erika terkejut.
    “Astaga…Bu Lastri”
    “kak saya permisi dulu ya sekali lagi terima kasih”
    “eh.. iya sama-sama”
    “hmmm… anak muda zaman sekarang mudah sekali mengenal cinta ya” ucap bu Lastri
    “hehehe… bukan hanya sekarang bu dulu juga begitu bukan” sahut Erika dengan kikikan kecil.
    “hahaha… kamu bisa saja”
    “ada yang perlu dibantu ibu?”
    “em…Erika datanglah ke toko kun anti siang saat waktu makan, aku ada menu baru yang mau ku rilis tapi harus kamu dulu yang mencoba ya?”
    “siap ibu, saya selalu siap khusus untuk bu Lastri”
    “yaaa… aku tunggu nanti jangan terlambat ya”
    “siap”
    Waktupun tak terasa berlalu sangat cepat hingga tak disadari sudah menunjukan waktu istirahat. Erika pun segera bergegas membereskan tokonya untuk tutup sementara waktu dan menuju menjadi tamu undangan café and cake milik bu Lastri.
    “kriet…”bunyi pintu toko roti itu ketika terbuka menandakan Erika yang sudah masuk di dalam toko. Ia hanya terdiam ketika yang dilihatnya pertama kali bukan orang yang mengundangnya melainkan pria yang ia temui dipagi hari tadi sedang menunggu dimeja kasir yang fokus pada minuman coklat dingin yang ia buat.
    “ada yang bisa dibantu” ucap laki-laki itu yang perlahan memandang Erika yang mematung gugup.
    “ee…bu Lastri?”
    “duduk saja dulu, disebelah sana” ucap laki-laki itu tanpa ragu dengan melemparkan senyuman hangat pada Erika.

    BalasHapus
  63. Bagian 6 : CERPEN "PRIA ITU MISTERIUS"
    Erika pun melangkah pada tempat duduk yang ditunjukkan oleh lelaki tersebut dengan perasaan aneh, malu, dan gugup.
    “Erika?” panggil wanita paruh baya itu, disusul oleh pria tinggi yang berdiri dibelakangnya
    “bu Lastri”
    “oh ya Erika kenalkan ini putra ibu yang bernama Riko, dia baru pulang dari studinya di Belanda, yang dulu sudah pernah ibu ceritakan”
    “Riko” sembari mengulurkan tanggannya untuk berjabatan tangan
    “Erika” Erika pun membalas uluran tangan itu dengan perasaan campur aduk ‘tampan’ batinya.
    “senang bertemu dengan mu”
    Erika hanya bisa tersenyum, ia kira awalnya pria itu sangat dingin dan tidak mungkin dapat diajak bicara namun ternyata baik dan bisa lemah lembut juga. Senang bisa berkenalan dengannya.
    TAMAT

    BalasHapus
  64. Nama : Atika Puspita Dewi
    NIM : A310200182
    Kelas : 5B

    1. Senja Yang Indah
    Keemasan cahaya di cakrawala
    Di ufuk barat saat hari mulai senja
    Terbelalak mata saat memandangnya
    Keindahan dari sang maha pencipta

    Sang surya bersiap untuk tenggelam
    Menjemput mesra ketenangan malam
    Meneguk cahaya dalam-dalam
    Menyempurnakan keindahan malam

    Lembayung indah tampak kekuningan
    Gradasi warna bagaikan lukisan
    Di sudut langit yang tipis berawan
    Hiasan terbesar sepanjang zaman

    2. Senja, Keindahan Yang Tidak Terganti
    Siang mulai berganti
    Warna langit pun berubah menjadi jingga
    Burung-burung silih berganti terbang di tengah warna jingga yang kian melebur di langit sana
    Siapa saja yang melihatnya, akan takjub dibuatnya
    Waktu terus berlari
    Warna jingga pun terkikis secara perlahan

    3. Awan
    Bertebaran di angkasa
    Putih, kelabu, dan hitam
    Warna -warna menawan
    Bergelombang mengombak-ombak

    Tebal dan sangat indah
    Bahkan sang bagaskara tak terlihat
    Pelangi terlihat tak penuh
    Karena sang selimut menutupinya

    Jauh disana
    Menyelimuti jagat raya
    Tebal tipis
    Beredar dimana-mana

    Indah bukan buatan
    Ingin rasanya memeluknya
    Lembut dan menawan
    Indah tak terperikan

    4. Sawah
    Sawah di bawah emas padu
    Padi melambai, melalai terlukai
    Naik suara salung serunai
    Sejuk di dengar, mendamaikan kalbu

    Sungai bersinar, menyilaukan mata
    Menyamburkan buih warna pelangi
    Anak mandi bersuka hati
    Berkejar-kejaran berseru gempita

    Langit lazuardi bersih sungguh
    Burung elang melayang-layang
    Sebatang kara dalam udara
    Desik berdesik daun buluh
    Di buai angin dengan sayang
    Ayam berkokok sayup udara

    5. Keindahan Alam Indonesia
    Saat aku membuka mataku
    Ku tak percaya bahwa itu nyata
    Aku masih berpikir bahwa aku masih bermimpi
    Tetapi aku sadar bahwa keindahan itu benar-benar ada di depanku
    Sungguh indah kepulauan ini
    Ribuan pulau-pulau berjajar
    Membentuk gugusan pulau yang indah
    Gunung-gunung berbaris dari ujung barat ke ujung timur
    Samudra luas membentang dengan air yang biru
    Dan berisi keindahan di bawahnya
    Aku bangga menjadi anak Indonesia
    Aku berjanji aku akan menjagamu
    6. Sekolah kehidupan

    Disini
    Dimana saja
    Sekarang dan kapan pula
    Aku belajar di sekolah kehidupan

    Dari alam semesta dan peristiwa
    Guru sejati membimbingku
    Kulihat wacana membuka pengetahuanku
    Kudengar kisah petualangan dalam perjuangan

    Kulalui lorong pengalaman bersama dengan teman-temanku
    Kutandai setiap kejadian
    Kucatat semua hikmah dari peristiwa
    Sebagai bekalku merajut masa depan
    Melancarkan jalanku mencapai tujuan
    7. Buku
    Susah payah memikul buku
    Tiap hari bertemu dengan guru
    Demi mendapatkan yang namanya ilmu
    Lalu ada ujian negara

    Orang bilang lebih susah
    Daripada ujian biasa
    Kita belajar susah payah
    Kalau buntu, menyontek pun menjadi pilihan

    Jikalau gagal
    Nilai sempurnapun tak ada artinya

    Tapi apalah daya
    Pendidikan memang kita butuhkan
    Kita harus melewatinya dengan baik

    8. Sekolahku
    Tempatku menuntut ilmu
    Tempatku membekali diriku
    Dengan keterampilan dan ilmu

    Sekolahku
    Bersama guru aku belajar
    Semua ilmu pengetahuanUntuk bekalku di masa depan

    Sekolahku
    Disanalah aku belajar
    Bergaul bersama dengan teman
    Juga mentaati segala aturan

    Terimakasih sekolahku
    Kau telah menjadi tempat belajar
    Bagiku dan teman-temanku

    9. Pejuang Pendidikan
    Di sebuah rumah pendidikan
    Kita belajar dengan tulisan
    Mengerti dengan bacaan
    Bergelut dengan hitungan

    Siapa yang ikhlas memberi
    Ilmu dan sebuah perjuangan
    Tentang hidup dan masa depan
    Mengejar ribuan impian

    Figur yang tak terkalahkan
    Ditiru dan dibanggakan
    Bukan digugar untuk disalahkan
    Bahkan sampai dijatuhkan

    10. Meraih Mimpi
    Bilamana mentari bangun pagi
    Kusiap mengawali hari
    Dengan sejuta harapan dan mimpi
    Kan kuwujudkan demi bangsa ini
    Meski adanya pandemi seperti ini
    Namun yak menyerah diri ini
    Tak kan ada kata putus asa dan malas diri
    Kini saatnya berusaha dan meraih mimpi
    Janganlah terlena dengan dunia ini
    Kita harus mengerti dan tahu diri
    Betapa kerasnya hidup ini
    Untuk mewujudkan sebuah mimpi

    BalasHapus
  65. Nama : Anggun Oktavia
    NIM : A310200192
    Kelas : 5B/PBSI
    Mata Kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antalogi puisi

    1. Setetes Kenangan Hujan
    Dulu
    Saat semburat merah jingga nan elok
    Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala
    Tetes kehidupan jatuh serentak
    Membombardir ribuan kilometer lahan
    Impresi menguap di atas tanah
    Larut bersama wewangian hujan
    Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan
    Tersemat manis indahnya janji masa depan
    Penuai kebahagiaan semu berselimut basah

    Kini
    Harus beradu dengan nestapa
    Menatap seruan hina yang menyayat jiwa
    Menusuk hingga rindu menyeruak keluar
    Dengan satu tarikan napas gusar.

    2. Lukisan Khayalan
    Sewaktu kugoreskan pensil diatas kertas putih,
    kulukiskan eloknya parasmu,
    sembari kuputar lagu bertajuk cinta ,
    membikin keadaan romantis terwujud,

    Kamarku yang sempit berserakan,
    seakan jadi restaurant berkualitas,
    sinar lampu yang terperinci ,
    berubah jadi 1 lilin ditengah-tengah meja makan,

    Lukisan parasmu kubayangkan ialah diri kamu,
    seperti kita lagi duduk berhadap-hadapan pada 1 meja,
    aku memandang eloknya parasmu,
    dan kamu menatap ke bawah alasannya tersipu aib,

    Aku dan kamu takut buat mulai pembicaraan,
    maka kondisi jadi membisu tanpa ada nada,
    hanya ada alunan musik yang merdu,
    berikut ini fantasi waktu saya melukis eloknya parasmu

    3. Bahagia di Alam Raya
    Setiap kali menatap langit-Mu,
    Yang membentang indah membiru,
    Disertai sapuan awan gemawan,
    Lapang pulalah rasa dadaku.

    Tiba-tiba berlaksa bahagia,
    Memenuhi telaga dalam hatiku,
    Karena aku tahu Tuhanku Maha Indah.


    Hari ini,
    Aku merindukan pertemuan dengan-Mu,
    Dan esok aku mengharapkan perjumpaan.

    Aku tahu, dunia ini begitu indah,
    Tapi keindahan abadi hanya di surga.
    Maka ke sanalah jiwaku menuju
    Melepaskan diri dari hiruk pikuk dunia.

    4. Berjiwa Bagaikan Alam
    Aku ingin setenang gunung,
    Selapang langit,
    Setekun sungai,
    Seteduh pepohanan.

    Karena jiwaku menyukai mereka,
    Begitu pula jiwa-jiwa lainnya.
    Karena mereka
    Memberikan ketenangan,
    Menghadirkan kelapangan,
    Keteduhan dan pengajaran.

    Biarlah kunikmati hari ini
    Berada di tengah-tengah
    Bentangan alam.

    5. Sahabatku, Keluargaku
    Sahabatku adalah keluargaku
    Sahabatku adalah bagian hidupku
    Engkau menemaniku
    Engkau melindungiku

    Hujatan berceceran kepadaku
    Masalah berdatangan kepadaku
    Tetapi engkau sahabatku
    Tak pernah mengeluh untuk menyemangatiku

    Kau seperti keluargaku
    Ada dikala sedih
    Ada dikala senang
    Kau adalah manusia sabar dengan segala kebaikanmu

    6. Tak Lekang Oleh Waktu
    Diawali dari perkenalan
    Tersusun menjadi keakraban
    Mengisi hari-hari penuh makna
    Terjalin persahabatan antara kita

    Hari-hari kian berlalu
    Walaupun aku dan kamu hanya sebatas waktu
    Kita telah ukir sebuah persahabatan
    Melangkah dalam satu rasa, suka maupun duka
    Telah berlembar-lembar cerita kita torehkan
    Berbaur dalam persahabatan yang indah
    Kamu begitu mengerti apa mau dan maksudku
    Sahabat… kaulah teman dalam hidupku
    Tak pernah membenci menyakiti
    Tak pernah pula berhenti memberi motivasi

    Sahabat…
    Waktu telah bergulir
    Tali persahabatan telah kita rajut
    Bersama kita semaikan bunga-bunga di hati
    Dalam hasrat ini, dan dalam angan ini
    dan dalam asa mimpi ini
    Hanya satu kuingin, hati kita sama
    Di dalam satu kalimat, bahwa aku dan kamu

    7. Bingkai Kehidupan
    Masa demi masa berlalu sudah
    Kemana kaki jalan melangkah
    Liku-liku kehidupan mengukir sejarah
    Kini saatnya berpotret diri
    Berbenah dari segala keburukan
    Meningkatkan semua kebaikan

    Ramadhan sebentar kan tiba
    Kini saatnya tuk membuka pintu hati
    Memaafkan semua kehilafan

    Mari kita sambut dengan gembira
    Dengan memperbanyak ibadah
    Tuk menggapai tingkatan taqwa
    Derajat tertinggi disisi khalik
    Semoga Allah selalu membimbing kita
    Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya


    BalasHapus
    Balasan
    1. 8. Aku Bisa
      Aku tak lelah
      Aku hanya butuh dorongan
      Aku tak menyerah
      Aku yakin Aku bisa

      Ini bukan sebuah beban
      Tapi tantangan
      Pengalaman membuatku berani
      Berani hadapi tantangan
      Tak boleh takut gagal
      Karena setelah kegagalan akan ada kesuksesan
      Kegagalan adalah pembelajaran menuju sukses
      Aku yakin
      Aku pasti Bisa

      9. Langit biru
      Langit biru yang berlalu padanya awan awan putih
      Sebagian awan membentuk imajinasi
      Sebagian lagi membentuk perasaan
      Saat ku basuh air ke mukaku
      Kudapati perasaan yang berbeda
      Jernih ku pandang air itu
      Seolah berkata pergilah, hadapilah
      Ketika kita membaca sebuah buku
      Kita akan terbawa ke langit fikiran
      Dan termenung di dasar emosi
      Jangan takut, jangan tertipu
      Waktu tak akan membalik lembaran
      Sebelum berkehendaknya hati

      10. Jingga di langit senja
      Kala rona jingga menghias langit senja
      Kutitipkan sekeping hati pada cakrawala
      Diantara mega-mega, dalam balutan penuh rindu
      yang memerah diufuk jiwa

      Senja perlahan memeluk malam
      dengan warna gelap yang meliputi
      menanti penuh harap pada jemari kasih,
      yang kan menyibak tirai gulita
      pada hamparan padang sunyi

      Saat purnama menyapa ditepian malam
      kan kutuangkan goresan rasa
      kedalam cawan jiwamu
      Agar kau tau
      Disetiap detak nadiku
      Hanya ada namamu
      Yang terukir indah dalam relung sukmaku

      Kasih
      Ejalah dengan nurani setiap bai-bait
      yang mewakili perasaan hati
      Dan kau akan tau betapa beningnya tulus ini
      Tanpa beban mimpi yang tak bertepi

      11. Hargai Prosesmu
      Ada yang sedang bahagia
      Juga menderita
      Ada yang berbunga
      Juga merana
      Ada yang mencinta
      Juga kecewa
      Ada yang tertawa
      Juga terluka
      berbagai warna di hidupmu
      adalah cerminan dari tingkah lakumu
      bersiap diri dalam setiap kesempatan
      untuk merubah menjadi keberuntungan

      Hapus
  66. Nama : Yuni Diyan Dari
    Nim ; A310200058
    Kelas : 5A
    karya : puisi

    Senja

    Mata terpanah menatapnya
    Diufuk barat cakrawala
    Emas merona cahaya
    Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

    Terbenam perlahan malam
    Menjemput mesra rasa terdalam
    Menyempurnakan keindahan alam
    Tertutup awan warna yang menawan

    Begitu Indah bulan menyapaku
    Sejenak diam ku terpaku
    Keindahan yang tak pernah semu
    Oh senjaku begitu Indah memekaran hatiku


    Bulan
    Matahari kian tersingkir
    Cahaya malam ikut hadir
    Membuka langit sampai bergilir
    Kalahkan cahaya tintir

    Gemerlap cahaya yang rumit
    Memeriahkan butiran-butiran langit
    Tanganku seolah terkait
    Cahayamu begitu genit

    Akankah kau menerangi hati
    Makin malam makin sepi
    Tercengang tegang menjalani hari
    Bulan.. Usaplah sesak dada malam ini


    Malam
    Cahaya emas telah pergi
    Penantian mallam silih berganti
    Kerinduan dalam hati ini
    Didalam bayang seorang menanti

    Aku tertiu malu
    Kegelapan mengalunkan rindu
    Rasa resah dan pilu
    Kini makin kian menyatu

    Bicara pada langit sepi
    Menuai kasih dirumah ini
    Seakan hari cepat berganti
    Malam, ku sendiri disini

    BalasHapus
  67. Nama : Nisa Alfiya
    NIM : A310200187
    Kelas : 5B
    Mata kuliah : Menulis Kreatif
    Karya : Antologi Puisi

    1. Beraksara

    Sebaik-baiknya resapan
    Hanya serapan asamu yang mempan
    Entah membumi atau mengudara
    Atau bahkan batin yang beraksara

    Sebaik-baiknya usaha merapal
    Hanya kutipan kuasa yang dihapal
    Entah dipuja atau diuja
    Atau bahkan menjadi reja

    Setidaknya tuan masih mau
    Mentahbiskan hidup meski dalam derau
    Manunggaling Gusti tanpa surau

    2. Matahari

    Matahari di seperempat ufuk

    Ku rajutkan baju untukmu agar tetap hangat
    Ku bawakan sinar, entah serpihan matahari
    Atau percikan api tungku perapian

    Berapa kalipun, seringaimu ku pajang
    Berapa kali pula, atmaku merejang

    Matahari di seperempat ufuk
    Penciptaan tentang raguku
    Menyenggol batinku

    Tentu saja,
    Rupa rupanya
    Tanpamu, rasaku, tak tercipta

    3. Rasa

    Dan segala suratanku tentang rasa pengrasa atmaku
    Bukan aku yang tau bagimana asalnya
    Bahkan tentang bagaimana gambarnya

    Perihal rasa pengrasa atmaku
    Biarkan rapalan mantra dalam ringkuhanku membumi dan diteruskan ke bumantara

    BalasHapus
    Balasan
    1. 4. Apa tak bisa

      Tak kala rasaku menguat
      Kau hiasi dengan kalimat pemikat
      Membuatku berhasrat
      Untuk semakin menggebu dalam bersuara
      Bahwa rasaku benar adanya

      Kau bisa mengalihkan semuanya
      Kau bisa tak percaya
      Apa kau tak bisa melihatku
      Yang menggebu saat mencintamu

      Sedikit arogan
      Tapi itu benar adanya

      Hapus
  68. Nama : Yoga riyanda
    nim : a310200084
    kelas : 5B
    karya : puisi

    Bidadari Dalam Hujan

    Kulihat awan-awan yang mendung
    Seolah memberi syarat kepadaku
    Tentang kedatangan kebahagiaan
    yang tiada batas dan tiada hingga...


    Hembusan angin yang menyentuh
    seolah mengambil rasa penasaranku
    kepada suasana ini
    suasana yang membuatku bertanya-tanya
    kepada tanda-tanda keagunganNYA...


    sekejap kilatan petir yang turun ke bumi
    menandakan jatuhnya bidadari didepanku
    dengan kecantikan seperti permata putih suci
    dan berkilauan cahaya surga
    yang menyilaukan saksi saksi bisu
    dan menghentikan sepersekian detik waktu
    dalam diriku...


    Hujan yang hanya seorang
    berubah menjadi tentara air
    yang siap mengepung diriku
    dan memutuskan semangatku


    genderang perang tiba-tiba berbunyi dalam diri
    ku siapkan panah untuk memenangkan ini
    jika hujan ini tercipta untukku
    aku akan ikhlas dengan dingin, basah dan lelahnya tubuh ini
    demi dirimu, lukisan indah Tuhanku...



    Lukisan Sore

    Terbenamnya malam....
    Mengukis orensnya atsmosfer
    yang gelap dan kelam
    aku melihat seolah
    mataku tertancam dalam
    lukisan Sang Pencipta yang sangat indah
    suara burung yang menggema di telingaku
    seakan menuntunku kedalam kedamain
    kedamaian antara dunia dan akhirat
    hitam putihnya hti ini akan terenyuh oleh ketenangan...
    suasana matahari tenggelam
    diantara pegunungan yang tinggi menjulang...
    betapa hebatnya Tuhan menciptakan
    alam semesta beserta isinya...




    GRAVITASIKU
    Dalam gelap kau berikan sinar
    Dalam dingin kau berikan kehangatan
    Kau mampu datang secepat jantungku
    Yang berdetak di setiap mata ini melihatmu

    Kau membuat api yang dapat merangkul tubuh ini
    Menumpulkan tajamnya jarum malam
    Mengikiskan setiap batu yang keras
    Dan menemaniku di setiap berjalannya jarum merah
    Jarum merah jantungku , jarum merah hatiku

    Tak akan menjadi indah kata-kata yang ku buat
    Jika matahari tak lagi bisa bersinar dan mengorbit
    Di sisiku selamanya
    Karena hanya kamu gravitasiku....

    kalo yang dibawah ini sebenernya tugas sekolah ane dulu.....
    aku posting sekalian aja buat ramadhan bulan juli besok biar tambah mantab ramadhannya :v




    Hadiah dari Tuhan

    Ketika masalah menghampiri
    Ketika jiwa tak terobati
    Tapi jika membacamu
    Jiwa ini terasa hidup kembali

    Kau adalah wahyu yang terwariskan
    Untuk mengobati jiwa-jiwa yang tersesatkan
    Untuk kembali ke jalan yang benar
    Hingga tiba pada saatnya nanti
    pada saat akhir zaman

    Terimakasih TUHAN
    Karna telah memberikan hadiah terindah
    Bagi hambamu ini
    Yang sangat lemah tanpamu

    Terimakasih TUHAN
    Karna dengan petunjuk-petunjukmu
    Semua masalah terselesaikan
    Lewat kitab suci ini, kitab suci Al Qur’an

    BalasHapus
  69. Nama: Erin Arindha
    Nim: A310200033
    Kelas: 5/A
    Karya: Antalogi Puisi

    Tarian

    Gemulainya..
    Anggunnya..
    Membumbui jagat
    Yang kian erat

    Lantunan gending
    Senyuman tulus
    Gelagat memikat
    Membuat terpana

    Leher meliuk
    Mata melirik
    Kekaguman yang antik
    Elok cantik nan simpatik

    Lantang tari tarian negri
    Meronai sabang merauke
    Menebar adat pertiwi
    Menyulut dunia terpukau

    Ragam budaya, ragam tarian
    Penuh simponi, jua arti martabat negri

    Tari..
    Tarian..
    Tari..
    Tarian..

    Batik Kita

    Penyerta karakter
    Tarbiah terwarnai
    Pembentuk jiwa
    Identitas bangsa berpulau
    Batik, Membatik

    Batik, membatik
    Warisan leluhur bangsa
    Piawainya goresan canting, penyeimbang hati nurani

    Batik, membatik
    Kerajinan tradisional bangsa
    Putih berserinya kain, intelektualitas pada sang pencipta

    Batik, membatik
    Identitas kultural bangsa
    Lekukan corak seribu makna, pembentuk karakter insan

    Batik, membatik
    Ekspresi budaya bangsa
    Ulet nan tulennya perajin, merabuk rasa cinta tanah air

    Sejuta Pohon Untuk Bumi

    Apa jadinya bila bumi tanpa pohon?
    Oksigen terbatas tak muluk
    Sandiwara kehidupan nihil
    Tanah tandus, timpas
    Air meruap tanpa tepi

    Memintasi pendidikan akan tertangani
    Entitas kepedulian pada alam
    Memupuk semangat menanam
    Menjaga taulan manusia dengan alam

    Hijau menyiur gagah
    Udara segar beraras
    Tanah sehat subur
    Air bersih jernih
    Terima kasih kita untuk sejuta pohon!







    BalasHapus
  70. Nama: Ainun Qolbi M.F
    NIM: A310200022
    Kelas: 5A
    Karya: Antologi puisi

    1. Sang Pencipta

    Gemricik air mulai terdengar
    Pohon - pohon mulai menari
    Kulihat pemandangan yang indah

    Sang Penciptalah
    Yang membuat itu semua
    Membuat kita sadar
    Atas nikmat Tuhan
    Yang tiada batas

    2. Kitab Penerang

    Kubuka setiap malam
    Lembaran demi lembaran
    Kitab penerang

    Kumulai membaca
    Ayat demi ayat
    Dengan lantunan merdu
    Yang meneduhkan hati

    Mencari benang merah kehidupan
    Yang sudah kusut
    Dengan meluruskannya

    Memberikan petunjuk yang benar
    Menyadarkan bagi yang lalai
    Memberikan hak kepada yang berhak

    3. Sampah

    Kunikmati setiap langkah
    Menuju ke suatu tempat
    Yang tak terduga olehku

    Di depan mataku
    Terdapat gunung sampah
    Yang siap meledak
    Dan memunculkan asap yang tak sedap

    Banyak lalat yang terbang silih berganti
    Banyak belatung yang berjalan
    Dan banyak hewan yang mencari sumber penghidupan

    Kenapa orang tak sadar diri
    Untuk membuang sampah
    Pada tempatnya

    Padahal....
    Kebersihan itu
    Sebagian dari iman

    4. Air

    Jika kau menghargai air
    Air akan menghargaimu
    Dengan memberikanmu penghidupan
    Penghidupan setiap yang ada di bumi

    Memiliki banyak manfaat
    Untuk kelangsungan hidup
    Manusia hewan tumbuhan

    Dan untuk keperluan umat manusia
    Dari hal yang kecil dan besar

    Jangan pernah mengotori air
    Air merupakan
    Kelangsungan hidup dibumi

    5. Nikmat Illahi

    Menikmati setiap keindahan
    Yang engkau
    Anugerahkan kepada kita

    Kita sepatutnya bersyukur
    Atas nikmat
    Yang engkau berikan

    Begitu banyak nikmat
    Yang diberikannya
    Kepada kita

    Kita tidak boleh mengecewakannya
    Dengan cara merusaknya

    Kita harus....
    Slalu menjaga
    Agar tuhan
    Slalu mencintai kita

    6. Awan Hitam

    Betapa hancurnya hati ini
    Ketika mendengar awan hitam
    Yang berlalu

    Dari mulut ke mulut
    Awan hitam telah datang
    Begitu cepat

    Tidak kuat hati ini
    Hancur berkeping - keping
    Menjadi partikel debu tak terlihat

    Tidak tahan raga ini
    Untuk menopang
    Kehidupan yang pelik

    Begitu menyesak di dada
    Begitu sakit seluruh tubuh

    7. Jejak

    Derap langkah tak berarti
    Mengikuti arus kehidupan
    Yang begitu fana

    Mengerti arti sebenarnya
    Melangkah dengan hati
    Melakukan dengan jiwa

    Terus maju tanpa henti
    Mengikuti hasrat tanpa batas
    Menembus garis takdir

    Mewarnai jalan kehidupan
    Dengan beribu makna
    Tiada tara

    Menjalani kerasnya dunia
    Terus melangkah
    Tiada henti

    Demi mewarnai kehidupan
    Dengan langkah sebenarnya
    Seperti air mengalir dengan tenang

    Tanpa takut suatu hal
    Terus berjalan
    Menuju lautan kebahagiaan

    8. Bola Sinar

    Bola sinar.....
    Mulai menyirami bumi
    Dengan cahayanya
    Menghiasi langit
    Dengan membawa keceriaan
    Menenggelamkan petang di ufuk
    Membangunkan pagi yang terlelap
    Yang timbul di sela - sela dedaunan

    Menembus embun
    Yang mulai menetes
    Seiring bola sinar muncul

    Memanggil setiap makhluk
    Yang tertidur di kegelapan malam
    Untuk bangkit dan berjalan
    Demi menyukseskan dunia ini

    BalasHapus
  71. Nama : Dina Putri Kinasih
    NIM : A310200111
    Kelas : 5B
    Karya : Antologi Puisi

    1. Pergi Kuliah
    Sinar mentari pagi tadi
    Begitu cerah menerangi
    Au segera mandi
    Demi kuliah kelas pagi

    Sebenarnya begitu malas
    Apalagi jika cuaca panas
    Di jalan tetap patuhi lalu lintas
    Jangan sampai menerabas

    Ya begitulah kenyataannya
    Demi kuliah aku rela

    2. Mahasiswa
    Aku seorang mahasiswa
    Mahasiswa yang membawa perubahan
    Namun apakah aku bisa
    Aku masih sangat biasa

    Perubahan dibawa oleh mahasiswa istimewa
    Bagaimana tidak istimewa
    Mereka rela kuliah rapat tak terkira
    Berjuang dengan sukarela
    Ya itulah sebenarnya mahasiswa

    3. Cinta Semester Pendek
    Terduduk sendiri menikmati ramainya suasana kantin didalam kehampaan
    Kala itu aku menunggu pergantian kelas semester pendek
    Riuh ricuhnya suara kehebohan para remaja yang beranjak dewasa memenuhi telingaku
    Tapi tak ada satupun dari gelak tawa itu yang mampu memecah kesunyianku

    Detik demi detik terlampaui
    Menitpun berubah menjadi jam
    Aku masih termenung menikmati heningnya jiwa
    Namun semua kesunyian yang telah lama kunikmati terganggu
    Kedua mata tak mampu memalingkan pandangan

    Hei.. Siapakah itu yang datang seorang diri
    Tinggi bersih dan terhias pakaian rapi
    Itulah cerminannya
    Aku tak pernah melihat sosok hasil karya Tuhan yang satu ini sebelumnya

    Dia yang beraninya tiba tiba datang memporak-porandakan hampaku
    yang tersusun rapi sejak lama
    Hei… Bolehkah aku memberi julukan cinta padamu..
    Cinta yang kutemui melalui perantara ruang dan waktu dismester pendek

    4. Tempat Bernaung Dalam Peluh Perjuangan Meraih Impian
    Ditempat ini
    Ratusan hari kuhabiskan waktu
    Tak terhitung lagi berapa jam dalam sehari
    Tempat yang terkadang terlihat menjenuhkan
    Ruang-ruang kelas yang terkadang membuat penat

    Lengkingan suara bergeseknya deretan kursi yang terasa menusuk telinga
    Alunan suara para pengajar yang terkadang menjelma menjadi dongeng pengantar tidur
    Semua keluh kesah itu terasa tiada arti
    Ketika janji akan harapan meraih impian merayu didalam benak dan jiwaku

    Secercah cahaya kehidupan menjadi alasan bertahan
    Senyum hangat dan renyahnya tawa para kawan
    Rangkulan diantara kesulitan
    Rumah ku yang lain
    Keluarga ku yang tak sedarah

    Semua dipertemukan oleh semesta didalam ruang yang sama
    Terimakasihku untukmu
    Wahai tempat bernaungku dalam peluh perjuangan meraih impian
    Sang pelindung yang yang dikenal dengan julukan kampus

    5. Terpaku di dalam kegundahan hati
    Terasa tak mampu ku lawan dengan jari-jari
    Tiada kembali area hari yang mulai ada
    Hanya lelah
    Lelah yang ku rasa……………

    Andaikan kala itu tak terjadi
    Mungkin hatiku takan remuk seperti ini
    Langkahku terhenti di dalam kelamnya malam
    Mataku terkendala jurang yang dalam
    Pendengaranku sayup-sayup tak menentu
    Hatiku terombang ambing di dalam ombak kemarahan
    Ragaku tak berkuasa untuk berfungsi
    Mungkin ga ada kembali yang mampu terjadi kala ini
    Semangatku lemah hatiku susah
    Teringat malam itu yang menyakitkan
    Inikah kehidupan?

    Kurasa seluruh bukan seperti ini
    Mungkin masih ada titik terang
    Yang bakal menyinari kegelapan hati
    Memberi pujian untuk diri sendiri
    Meredamkan seluruh yang ada kala ini
    Hingga aku mampu kembali ke kehidupan yang indah ini

    BalasHapus
  72. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI II A, B, DAN C

fonologi II A, B, DAN C.