FONOLOGI KELAS III A 29 DESEMBER 2021

 Letakkan hasil diskusi di sini!

Komentar

  1. Nama Kelompok :
    1.Fani Devikasari_A310200004
    2.Akbar Duta Pamungkas_A310200013
    3.Laras Kinasih_A310200054


    Soal:
    a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?
    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?


    Jawaban:
    a.Alasan mengapa ada fonem yang berkontribusi di awal dan ada yang tidak berkontribusi di awal kata yaitu:
    Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal.
    b.Saat kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2 K karena /y/ termasuk semovikal karena /y/ termasuk semi vokal. Semivokal atau vokal nonsuku kata, adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh. /y/ termasuk suara vokal yang tidak membentuk inti dari suku kata atau mora karena /y/ bukan bagian yang paling menonjol dari suku kata.
    c.Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena karena varian pelafalan fonem tersebut dilafalkan berdasarkan posisi dalam kata.Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalkan pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti.Alfonon mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi.Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan /e/ pada kata tenang,tembak,empuk.

    BalasHapus
  2. Nama Anggota Kelompok:
    1. Eva Abripda P_A310200011
    2. Ainun Qolbi M.F_A310200022
    3. Fitri Nur H_A310200034

    a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    jawab:
    karena tergatung dengan kedudukan posisi di suatu kata.
    1. Fonem vokal
    Semua fonem fokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal,tengah dan akhir) kecuali vokal /a/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat berposisi pada akhir.
    Contoh:
    Vokal /a/, contoh: ambil, taat dan harga.
    Vokal /i/ contoh: indah, amin dan tani.
    Vokal /e/ contoh: enak,karet dan sate.
    Vokal /u/ contoh: udan, sambut dan lagu.
    Vokal /o/ contoh: oleh, belok dan bakso.
    2. Fonem konsonan
    Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah dan akhir; kecuali fonem /w/, /n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem letup /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
    3. Fonem diftong
    Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hany menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.

    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?
    jawab:
    karena karena konsonan /y/ merupakan semivokal medio palatal. Pada saat pelafalannya,
    tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras namun ketinggian lidah konsonan /y/

    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab:
    Karena terjadi gugus vokal atau disebut dengan diftong, diftong
    merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan, yang berada dalam satu suku kata yang sama.
    - Bunyi diftong dianggap sebagai gugus vokal dari
    sudut fonetis)
    - Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal
    menjadi dua bunyi vokal
    Misalnya:
    • teladan menjadi tauladan
    • Topan menjadi taupan
    • Sentosa menjadi sentausa

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nama anggota kelompok
    1. Latifa Nurul Kasanah_A310200052
    2. Hafida Rochani_A310200053
    3. Bagus Wahyu Nugroho_A310200050

    A. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    Jawab
    Penjelasannya yaitu sebagai berikut Distribusi fonem adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu
    satuan yang lebih besar yaitu tutur, morfem, atau kata. Dalam satuan yang
    lebih besar dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu
    posisi awal (inisial), posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final).
    Sebuah fonem berdistribusi awal apabila letaknya terdapat pada awal satuan
    itu dan disebut berdistribusi medial, apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila fonem itu terletak pada akhir satuan itu.

    B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2k. Bagaimana bisa begitu
    Jawab
    Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Karena fonem /y/ termasuk kedalam semivokal. Semi vokal, medio-palatal /y/ terjadi dengan artikulator aktif lidah bagian tengah dan artikulator pasif langit-langit keras. Atau dengan kata lain, lidah bagian tengah dinaikkan mendekati langit-langit keras tetapi tidak rapat, demikian juga dengan langit-langit lunak beserta anak tekak dinaikkan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung, melainkan melalui rongga mulut dengan sedikit terhambat. Semi vokal ini menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata.

    C. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab
    Karena terdapat banyak variasi variasi pelafalan fonem atau yang disebut dengan alofon. Untuk lebih jelasnya alofon merupakan bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dengan fonem. Alofon-alofon dari sebuah fonem memiliki sebuah kemiripan fonetis. Alofon bisa terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan. Dalam satu fonem bisa memiliki 2 atau lebih alofon.

    Contohnya pada alofon fonem /i/
    •Jika digunakan pada suku kata terbuka
    [i] = i-ni [ini]
    •Jika digunakan pada suku kata tertutup
    [I] = ba-tik [batik]
    Dapat disimpulkan bahwa [i] dan [I] bukan dua buah fobem berbeda, melainkan anggota dari fonem yang sama yaitu fonem /i/ anggota inilah yang disebut alofon.

    Contoh lain pada fonem /g/
    Fonem ini memiliki 2 alofon, yaitu [g] yang terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata: gula dan ragu. Serta, pada akhir suku kata fonem /g/ dilafalkan [k>] seperti pada kata ajeg dan gudeg

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Kelompok 13
    1. Nindya Puspita D_A310200005
    2. Arinda Risky R_A310200027
    3. Ahmad Sani Saefur R_A310200042

    A. Fonem mengalami distribusi yang menyebabkan perbedaan letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satuan ujaran, sering disebut dengan kata atau morfem. Secara umum fonem bisa berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem berada bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada di posisi awal atau posisi akhir saja.
    Fonem vokal memang selalu dapat menduduki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal.

    B. Penulisan struktur fonem /y/ pada kata saya diberi rumus 1/2 K karena termasuk fonem semivokal. Pengucapan kata saya yaitu saia, fonem /y/ bukan seperti huruf konsonan saja, namun terdapat pengucapan vokal /i/.

    C. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi Bahasa dimana disebakan karena Fonologi merupakan suatu ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Sehingga Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa, karena fonem ketika dilafalkan akan berbeda tergantung pada Pengucapan vocal :
    Sehingga pengucapan alofon pada Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena karena varian pelafalan fonem tersebut dilafalkan berdasarkan posisi dalam kata.Misalkan fonem /c/ dalam bahasa Indonesia dilafalkan pada posisi awal ("cakar") dan tengah ("kecoak") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir (" jurasic"). Dikarenakan adanya sebuah Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti.sehingga alofon meiliki sebuah kemiripan fonetis atau kemiripan pada bunyi. Misalnya fonem /i/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pada pengucapan /i/ pada pengucapan kata ikan,indah,impas. Sehingga dapat berbeda jika didengar akan berebeda karena pengucapan fonem yang berbeda beda dan dapat disebabkan karena satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi Bahasa. Yang dimana disebabkan juga pada pengertian arti dari sebuah huruf vocal dan konsonan yang berbeda beda ketika diucapkan. Dan juga perbedaan pada alofon [i] dengan alofon [I] dimana memiliki kesamaan akan tetapi akan berebda ketika diucapkan pada saat Bersatu pada kalimat.

    Satu fonem bisa dilafalkan menjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena dalam proses penghasilan bunyi bahasa yang terdapat tiga sarana memegang peranan penting. Sarana-sarana itu meliputi arus udara, titik artikulasi (hambatan), dan bergetar tidaknya pita suara. Dari tiga sarana itu akan menjadi salah satu dasar dari klasifikasi atau pengelompokkan bunyi bahasa. Sehingga pada umumnya, bunyi bahasa itu dapat dihasilkan dengan adanya embusan atau arus udara. Arus udara dapat dihasilkan melalui rongga mulut dan ada juga melalui rongga hidung. Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan beberapa cara atau dasar. Dasar klasifikasi itu antara lain ada tidaknya hambatan pada alat bicara, ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada saat bunyi bahasa itu dihasilkan, lamanya bunyi itu diartikulasikan, kedudukan bunyi pada suku kata, derajat Kenyaringan, dan arus udara.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Kelompok 3
    Nama Anggota:
    1. Aulia Nisatul Arifah_A310200024
    2. Garnis Al Widyatri_A310200031
    3. Cahyaning Ridho Tulaini_A310200038

    Berikut merupakan jawaban dari hasil diskusi kelompok kami:
    a. Mengapa ada fonem yang berdiatribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata ?
    Jawab :Fonem vokal yang berdistribusi di awal kata maupun tidak itu terjadi karena perbedaan kedudukan dalam setiap kata.Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran, yang kita sebut kata atau morfem. Umumnya fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal /¶/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat pada posisi akhir.
    • Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali fonem /w/, /ñ/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
    Jawab :Mengutip dari laman PUEBI, huruf konsonan (c, q,x, dan y) tidak digunakan pada posisi akhir kata dasar bahasa Indonesia.
    Konsonan (y) dapat diletakkan di akhir, namun dalam bentuk gabungan huruf konsonan (sy), misalnya adalah arasy.
    Bahasa Inggris mengakui huruf Y sebagai salah satu konsonan dari 21 konsonan yang ada dalam 26 huruf bakunya. Sekitar 2.75% huruf Y berfungsi sebagai konsonan. Bahasa Inggris juga mengakui huruf Y sebagai "terkadang" vokal dan termasuk dari 6 huruf vokal yang ada. Fungsinya dalam kata juga memiliki beragam pelafalan monophthong dan diphthong yang berbeda-beda. Sekitar 97.25% huruf Y berfungsi sebagai vokal.
    c. Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab :Karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata.
    Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti. Alfonon mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi. Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan /e'/ pada kata tenang, tembak, empuk.

    BalasHapus
  10. Nama Anggota :
    1. Cahaya Rahmadika Firdaus_ A310200016
    2. Zamzam Nurahman_A310200028
    3. Yusuf Rozin_A310200040

    1. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    Karena setiap fonem sudah mempunyai kedudukannya masing - masing dalam menempatkan posisinya.
    Contoh :

    Fonem vokal
    1. Vokal /a/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: ambil, taat, dan harga.
    2. Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: /indah, amin, dan tani.
    3. Vokal /e/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: enak, karet, dan sate.
    4. Vokal /ə/dapat menduduki semua posisi, contohnya: [əmas], [ləmbut], [kodə]
    5. Vokal /u/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: udah, sambut, dan lagu
    6. Vokal /o/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: Oleh, belok, dan bakso.

    Fonem konsonan :
    1. Konsonan /b/ dapat menduduki semua tempat, seperti pada kata bambu, timbul, dan sebab. Namun, pada posisi akhir sebagai koda posisinya mendua, maksudnya dapat sebagai fonem /b/ dapat pula sebagai fonem /p/. Di sini, fonem /b/ itu hilang kontrasnya dengan fonem /p/, hal seperti ini lazimnya disebut arkifonem (fonem /b dan /p/ anggot dari arkifonem).
    2. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: pikat, lipat,dan tutup.
    3. Konsonan /m/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: makan, aman, dan dalam.

    2. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus ½K. Mengapa?
    Karena fonem /y/ merupakan fonem semi-vokal yang dimana bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal atau semi-konsonan. Oleh karena itu pada penulisan diberi rumus ½K.

    3. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Karena satu fonem tersebut bisa dilafalkan secara berbeda dan mempunyai penulisan yang berbeda serta mempunyai makna yang beda meskipun masih dalam satu fonem. Sebagai contoh fonem /e/
    • /e/, seperti pada kata : enak, karet, dan sate.
    • /ə/seperti pada kata : [əmas], [ləmbut], [kodə]

    BalasHapus
  11. Hasil diskusi Kelompok 6
    Nama anggota :
    1. A310200001_Rohadatul Aisy A. F
    2. A310200018_Fahesta Sonia A
    3. A310200039_Isyti Maunun I. S

    a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?

    Jawaban : Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran, yang kita sebut kata atau morfem. Secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal.
    • Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal /¶/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat pada posisi akhir.
    • Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw// yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
    • Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali fonem /w/, /ñ/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
    Mengenai gugus konsonan:
    a) Semua gugus konsonan dapat menduduki posisi awal, kecuali gugus /by/ yang tidak dapat.
    b) Posisi tengah dapat diduduki oleh gugus /bl/, /br/, /by/, /dr/, /dy/, /fl/, /gl/, /ks/, /kw/, /pr/, /skr/. dan /tr/ yang lainnya tidak dapat.
    c) Satu-satunya gugus yang dapat menduduki posisi akhir adalah /ks/.

    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?

    Jawaban : Bila kita menulis struktur fonem kata saya maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K karena /y/ merupakan huruf semi vokal. Semi vokal atau vokal non-suku kata , adalah suara yang secara fonetis mirip dengan bunyi vokal tetapi berfungsi sebagai batas suku kata, bukan sebagai nukleus suku kata. Fonem /y/ pada kata "saya" sebenarnya tergolong konsonan tetapi pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.

    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?

    Jawaban :Karena pengertian dari fonem itu sendiri yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna. Dan alofon adalah variasi dari sebuah fonem, yaitu bunyi yang merupakan proses realisasi atau penjabaran dari sebuah fonem. Sebuah fonem merupakan konsep abstrak karena kehadiran fonem dalam ujaran diwakili oleh alofon yang sifatnya nyata, dapat didengar dan diamati secara empiris. Selain itu alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi. Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, sebab sangat tergantung dengan lingkungannya. Padaa bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.

    BalasHapus
  12. Kelompok 3
    Nama Anggota:
    1. Aliffia Khoirinnisa_A310200003
    2. Tifani Puspa Kristalliana_A310200014
    3. Kurniati Ayu Ningsih_A310200044

    Berikut merupakan jawaban dari hasil diskusi kelompok kami:
    a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata ?
    Jawab : Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran, yang kita sebut kata atau morfem.
    Fonem vokal dibedakan menjadi fonem berdistribusi di awal kata dan tidak terdistribusi di awal kata karena adanya perbedaan kedudukan pada setiap kata. Umumnya fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem dapat berada diketiga posisi tersebut, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal selalu dapat menempati posisi di semua tempat, berkaitan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu begitu, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal /¶/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat pada posisi akhir.
    - Semua fonem konsonan bisa menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali fonem /w/, /ñ/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak bisa menduduki posisi akhir; dan fonem /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
    b. Jika struktur fonem ditulis pada kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
    Jawab :
    Mengutip dari laman PUEBI, huruf konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan pada posisi akhir kata dasar bahasa Indonesia.
    Konsonan (y) bisa diletakkan di akhir, namun dalam bentuk gabungan huruf konsonan (sy), misalnya adalah arasy.
    Bahasa Inggris mengakui huruf Y sebagai salah satu konsonan dari 21 konsonan yang ada dalam 26 huruf bakunya. Sekitar 2.75% huruf Y berfungsi sebagai konsonan. Bahasa Inggris juga mengakui huruf Y sebagai "terkadang" vokal dan termasuk dari 6 huruf vokal yang ada. Fungsinya dalam kata juga memiliki beragam pelafalan monophthong dan diphthong yang berbeda-beda. Sekitar 97.25% huruf Y berfungsi sebagai vokal.
    c. Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab :
    Hal ini karena misalnya fonem /k/ dan fonem /g/ jika dilafalkan, memiliki makna dan bunyi yang berbeda. Terdapat lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan adanya pernapasan, dan posisi kata.
    Posisi kata misalnya, posisi fonem /k/ dalam Bahasa Indonesia /kecewa/ berada di posisi awal, bagian tengah /takkan/, dan bagian akhir /injak/. Pelafalan yang berbeda tidak akan membedakan arti. Alfonon memiliki kemiripan dengan fonetis atau kemiripan bunyi. Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan /e'/ pada kata tenang, tembak, dan empuk.

    BalasHapus
  13. Mahesa Agam Perbawa (A310200012)
    Rifky Dhimas Nugroho (A310200020)
    Tiara Anggun Safitri (A310200035)

    a. Mengapa ada fonem berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    Fonem yang bisa berdistribusi di awal misalnya fonem vokal. Fonem vokal merupakan fonem yang selalu dapat menduduki semua posisi baik di awal, tengah, dan di akhir kata. Distribusi fonem di awal kata ini tidak terlepas dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Tidak semua fonem dapat menempatkan posisi sedemikian rupa sehingga tidak semua fonem pula yang dapat berada di awal kata.
    Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya dapat menduduki posisi awal atau akhir, tapi mungkin juga hanya menduduki posisi awal saja.

    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?
    jawaban: fonem /y/ diberi rumus 1/2K yang berarti fonem /y/ adalah fonem setengah konsonan, karena saat mengucapkan fonem /y/ pada kata saya udara yang dikeluarkan pada daerah artikulasi tidak memiliki hambatan yang berarti dengan kondisi bibir yang terbuka.sehingga fonem /y/dikatakan sebagai fonem setengah konsonan.

    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Karena, Fonem merupakan satuan bunyi bahasa terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti dari kata bahasa. Bila satu fonem dilafalkan akan terjadi bunyi bahasa yang berjumlah dari satu. Ibarat seperti satu suku kata. Yang memiliki 2-4 bunyi bahasa. Karena tiap fonem bisa terdiri dari 2-4 bahasa.

    Misalnya : bu – ku

    Kata [Buku] terdiri dari empat huruf dan dua fonem.
    B-U-K-U terdiri dari 4 huruf,
    Bu-ku terdiri dari dua fonem. Tiap fonem terdiri dari dua huruf dan dua bunyi bahasa.
    - [Bu] Merupakan fonem pertama. Terdiri dari 2 huruf dan 2 bunyi bahasa. Yaitu “B-U”
    - [Ku] Merupakan fonem kedua. Terdiri dari 2 huruf dan 2 bunyi bahasa. Yaitu “K-U”

    BalasHapus
  14. Kelompok 5 Fonologi
    1. Ari Diah Nur Ayuni (A310200041)
    2. Fanesa Narulita (A310200043)
    3. Nurjanah (A310200049)

    Jawaban :
    a. Alasan mengapa ada Fonem yang berkontribusi di awal dan ada yang tidak berkontribusi di awal :
    Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem
    yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat
    menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang
    distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat
    menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya
    menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya
    menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati
    posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja.

    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?
    jawaban: fonem /y/ diberi rumus 1/2K yang berarti fonem /y/ adalah fonem setengah konsonan, karena saat mengucapkan fonem /y/ pada kata saya udara yang dikeluarkan pada daerah artikulasi tidak memiliki hambatan yang berarti dengan kondisi bibir yang terbuka.sehingga fonem /y/dikatakan sebagai fonem setengah konsonan.

    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab : Karena terdapat banyak variasi variasi pelafalan fonem atau yang disebut dengan alofon. Untuk lebih jelasnya alofon merupakan bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dengan fonem. Alofon-alofon dari sebuah fonem memiliki sebuah kemiripan fonetis. Alofon bisa terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan. Dalam satu fonem bisa memiliki 2 atau lebih alofon. Pengertian dari fonem itu sendiri yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna. Dan alofon adalah variasi dari sebuah fonem, yaitu bunyi yang merupakan proses realisasi atau penjabaran dari sebuah fonem. Sebuah fonem merupakan konsep abstrak karena kehadiran fonem dalam ujaran diwakili oleh alofon yang sifatnya nyata, dapat didengar dan diamati secara empiris. Selain itu alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi. Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, sebab sangat tergantung dengan lingkungannya. Padaa bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.

    Contohnya pada alofon fonem /i/
    •Jika digunakan pada suku kata terbuka
    [i] = i-ni [ini]
    •Jika digunakan pada suku kata tertutup
    [I] = ba-tik [batik]
    Dapat disimpulkan bahwa [i] dan [I] bukan dua buah fobem berbeda, melainkan anggota dari fonem yang sama yaitu fonem /i/ anggota inilah yang disebut alofon.

    Contoh lain pada fonem /g/
    Fonem ini memiliki 2 alofon, yaitu [g] yang terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata: gula dan ragu. Serta, pada akhir suku kata fonem /g/ dilafalkan [k>] seperti pada kata ajeg dan gudeg.

    BalasHapus
  15. Kelompok 10
    1. Muhamad Arif Purwantoro_A310200030
    2. Ath Thaariq Rahma Syahrita_A310200045
    3. Fachrunnisa Asshidiq_A310200046

    Diskusikan permasalahan berikut!
    a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    Jawaban: Distribusi fonem adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu satuan yang lebih besar yaitu tutur, morfem, atau kata. Dalam satuan yang lebih besar dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu posisi awal (inisial), posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final). Sebuah fonem berdistribusi awal apabila letaknya terdapat pada awal satuan itu dan disebut berdistribusi medial, apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila fonem itu terletak pada akhir satuan itu. Fonem vokal yang berdistribusi di awal kata maupun tidak itu terjadi karena perbedaan kedudukan dalam setiap kata. Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran, yang kita sebut kata atau morfem. Umumnya fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal /¶/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat pada posisi akhir. Mungkin juga hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal. Jadi adanya distribusi fonem di awal kata dan ada yang tidak di awal kata adalah karena perbedaan jenis fonem, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan.
    Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali fonem /w/, /ñ/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.

    b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
    Bagaimana bisa begitu?
    Jawaban:
    Karena fonem /y/ pada kata saya merupakan fonem semi vokal maka dari itu diberi rumus 1/2K.

    c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawaban: Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, sebab sangat tergantung dengan lingkungannya. Padaa bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
    Salah satu perubahan fonem adalah netralisasi yang diikuti dengan pemakaian archifonemnya.

    BalasHapus
  16. Nama Anggota Kelompok:
    1. Agung Arifin_A310200006
    2. Febrian Fahry Ihkwani_A310200023
    3. Muhammad Ibadil Ghofar_A310200047
    Kelas: 3A/PBSI

    A. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
    Jawab:
    Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap tiap bahasa, berkaitan dengan ini, distribusi fonem fonem bahasa Mor,bahasa mor memiliki tujuh fonem vokal, vokal tersebut yautu /a/,/c/,/E/,/I/,/[]/,/u/,dan /i/ Vokal yang berdistribusi di awal yaitu /a/,/e/,/E/,/[]/,/u/,/i/
    Vokal yang tidak berdistibusi di awal kata yaitu vokal /I/. Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal Tengah dan akhir kata, Tetapi ada juga fonem yang distribusi tidak lengkap. Fonem Yang distribusi yang tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya hanya menempati posisi awal kata saja hanya menempati posisi Tengah kata saja, hanya menempati posisi Akhir kata saja atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah awal dan akhir atau Tengah dan akhir kata saja.

    B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
    Jawab:
    Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.

    C. Mengapa suatu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab:
    Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.

    BalasHapus
  17. Kelompok 1
    Kelas 3A

    1. A310200007_Arinda Oktaviyana Sari
    2. A310200033_Erin Arindha
    3. A310200036_Endah Setiyowati

    A. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada tidak berdistribusi di awal kata?
    Jawab:
    Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu satuan ujaran, yang kita sebut kata atau morfem. Secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal. Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal /¶/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat pada posisi akhir. Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw// yang dapat menduduki posisi awal dan akhir. Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali fonem /w/, /ñ/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal. Mengenai gugus konsonan:
    • Semua gugus konsonan dapat menduduki posisi awal, kecuali gugus /by/ yang tidak dapat.
    • Posisi tengah dapat diduduki oleh gugus /bl/, /br/, /by/, /dr/, /dy/, /fl/, /gl/, /ks/, /kw/, /pr/, /skr/. dan /tr/ yang lainnya tidak dapat.
    • Satu-satunya gugus yang dapat menduduki posisi akhir adalah /ks/.

    B. Bila kita menulis struktur fonem kata "saya", maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
    Jawab:
    Karena fonem /y/ merupakan fonem semi vokal, yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokal maupun konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak muncul sebagai inti suku kata. Semi vokal bukan vokal yang murni , bukan pula konsonan yang murni. Tetapi secara praktis dianggap sebagai konsonan saja. Maka dari itu fonem semivokal diberi rumus 1/2K.

    C. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
    Jawab:
    Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata.
    Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti. Alfonon mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi.
    Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan, seperti :
    [e] pada kata ekor
    [ɘ] pada kata emas
    [ɛ] pada kata bebek.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FONOLOGI II A, B, DAN C

fonologi II A, B, DAN C.