Nama Anggota Kelompok: 1. Berlianing Megarizki_A310200165 2. Marista Bela Octaviana_A310200177 3. Fitri Anisa_A310200181
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? jawab: karena tergatung dengan kedudukan posisi di suatu kata. 1. Fonem vokal Semua fonem fokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal,tengah dan akhir) kecuali vokal /a/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat berposisi pada akhir. Contoh: Vokal /a/, contoh: ambil, taat dan harga. Vokal /i/ contoh: indah, amin dan tani. Vokal /e/ contoh: enak,karet dan sate. Vokal /u/ contoh: udan, sambut dan lagu. Vokal /o/ contoh: oleh, belok dan bakso. 2. Fonem konsonan Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah dan akhir; kecuali fonem /w/, /n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem letup /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal. 3. Fonem diftong Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hany menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? jawab: karena karena konsonan /y/ merupakan semivokal medio palatal. Pada saat pelafalannya, tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras namun ketinggian lidah konsonan /y/
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab: Karena terjadi gugus vokal atau disebut dengan diftong, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan, yang berada dalam satu suku kata yang sama.Maksudnya ada kelompok vokal atau diftong, diftong Ini adalah kumpulan dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama. Dan Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem. Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem dalam sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata. Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut dapat berupa vokal dan konsonan. - Bunyi diftong dianggap sebagai gugus vokal dari sudut fonetis) - Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal menjadi dua bunyi vokal Misalnya: • teladan menjadi tauladan • Topan menjadi taupan • Sentosa menjadi sentausa
Anggota Kelompok: 1.A310200167_Shinta Puspitasari 2. A310200169_Muhammad Malik Saputro 3. A310200178_Yeppi Apriliany
2. a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Jawab: Dalam satuan yang lebih besar dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu posisi awal (inisial), posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final). Sebuah fonem berdistribusi awal apabila letaknya terdapat pada awal satuan itu dan disebut berdistribusi medial, apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila fonem itu terletak pada akhir satuan itu. Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu fonem, yaitu dalam tutur, dalam morfem, dan dalam silaba, serta hubungan urutan vokal atau konsonan. Dalam hubungan dengan silaba, fonem-fonem itu dapat berposisi sebagai tumpu (awal silaba), inti atau puncak silaba, dan koda (akhir suku). Setiap vokal hanya berfungsi sebagai inti atau puncak silaba. Setiap konsonan hanya berfungsi sebagai tumpu atau koda. Tidak setiap konsonan menempati distribusi akhir (final).
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab: karena /y/ termasuk semovikal karena /y/termasuk semi vokal. Semivokal atau vokal nonsuku kata, adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh. /y/ termasuk suara vokal yang tidak membentuk inti dari suku kata atau mora karena /y/ bukan bagian yang paling menonjol dari suku kata.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab: Karena satu fonem tersebut bisa dilafalkan secara berbeda dan mempunyai penulisan yang berbeda serta mempunyai makna yang beda meskipun masih dalam satu fonem. Sebagai contoh fonem /e/ • /e/, seperti pada kata : enak, karet, dan sate. • /ə/seperti pada kata : [əmas], [ləmbut], [kodə]
Nama Anggota Kelompok: 1. Riza Nur Azizah_A310200103 2. Meisyifa Triandiva_A310200064 3. Finka Rahmawati_A310200063 Kelas: 3B/PBSI
A. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Jawab: Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap tiap bahasa, berkaitan dengan ini, distribusi fonem fonem bahasa Mor,bahasa mor memiliki tujuh fonem vokal, vokal tersebut yautu /a/,/c/,/E/,/I/,/[]/,/u/,dan /i/ Vokal yang berdistribusi di awal yaitu /a/,/e/,/E/,/[]/,/u/,/i/ Vokal yang tidak berdistibusi di awal kata yaitu vokal /I/. Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal Tengah dan akhir kata, Tetapi ada juga fonem yang distribusi tidak lengkap. Fonem Yang distribusi yang tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya hanya menempati posisi awal kata saja hanya menempati posisi Tengah kata saja, hanya menempati posisi Akhir kata saja atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah awal dan akhir atau Tengah dan akhir kata saja.
B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab: Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
C. Mengapa suatu fonem bisa dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab: Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
Nama Anggota: 1. Putri Hapsari (A310160112) 2. Raindini Citra Handayani (A310200176) 3. Rahayu Widiyaningsih (A310200194) Kelas: 3D (PBSI)
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap-tiap bahasa.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata "saya", maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Karena, pada kata "saya", terdapat fonem /y/ yang termasuk dalam fonem semivokal. Seperti yang kita ketahui bahwa jenis fonem dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fonem vokal, fonem konsonan, dan fonem semivokal. Ketiga jenis fonem tersebut dibedakan berdasarkan tempat dan bunyi artikulasinya. Menurut Chaer (2009:32) fonem semivokal adalah jenis fonem yang melalui proses pembentukan mula-mula secara vokal lalu diakhiri secara konsonan. Oleh sebab itu, fonem semivokal biaya dilambangkan dengan 1/2K. Fonem yang termasuk dalam jenis semivokal adalah fonem /y/ dengan daerah artikulasi medio-palatal dan /w/ dengan dearah artikulasi bilabial.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Karena di dalam fonem terdapat diftong, dimana diftong tersebut merupakan kumpulan dari beberapa bunyi vokal yang terdapat dalam suku kata yang sama.
Nama Anggota : 1. Hanifa Chyntya Intan P. (A310200146) 2. Anisyah Febiola (A31020017) Kelas : 3C/PBSI a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Jawab : Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/. b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab : Karena, fonem /y/ pada kata saya merupakan fonem semivokal (hampiran). Fonem semivokal (hampiran) di simbolkan dengan ½K. Konsonan semivokal (hampiran), aproksiman yaitu artikulator aktif dan pasif membantuk ruang yang mendekati posisi terbuka, misal dalam pembentukan fonem vokal tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. /w/ dan /y/ termasuk fonem semivokal (hampiran). c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab : Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, sebab sangat tergantung dengan lingkungannya. Padaa bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
Nama kelompok : 1. Pratiwi Yulia Putri (A310200190) 2. Nurhana Lisna Linawati (A310200191) 3. Rindy Aswin Pertiwi (A310200196) Kelas : 3D/PBSI
Jawaban :
1. Fonem-fonem bahasa Mor dalam kata sebagian berdistribusi lengkap dan sebagian lagi berdistribusi tidak lengkap. Fonem /p/, /t/, /m/, /n/, /i/, /u/, /e/, /O/, /E/, dan /a/ merupakan konsonan yang berdistribusi lengkap. Artinya, menempati semua posisi dalam kata. Fonem /B/, /k/, /g/, /j/, /s/, /r/, /h/, dan /w/ merupakan fonem yang berdistribusi hanya pada awal dan tengah kata saja. Fonem /?/, /G/, dan /y/ merupakan fonem yang berdistribusi di tengah dan akhir kata, fonem /d/ dan /|/ merupakan fonem yang hanya berdistribusi di tengah kata. bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap-tiap bahasa.
2. Pada fonem /y/ diberi rumus 1/2 K karena fonem [y] termasuk semivokal medio palatal . Hubungan antar penghambat dalam mengucapkan seni vokal adalah renggangan terbentar atau renggang lebar. Semivokal disimbolkan dengan 1/2 K. Semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya Tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras bunyi yang dihasilkan adalah [y]
3. Karena Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.fonem dapat juga dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut : a) Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat. Vokal ini dibentuk dengan kedua bibir agak terentang ke samping. Misalnya : /ikan/ /pinta/ /padi/ b) Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk dengan kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta ke belakang lidah agak meninggi. Misalnya : /upah/ /bulan/ /lalu/ c) Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat. Vokal ini dibentuk dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah daripada untuk vokal /i/. vokal ini disertai dengan bentuk bibir netral, artinya tidak terlentang dan juga tidak membundar. Misalnya : /ejaan/ /rela/ /tape/ d) Fonem /∂/adalah vokal sedang-tengah- tak bulat. Vokal ini dibentuk dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah dari /i/ maupun /u/. vokal ini disertai dengan bentuk bibir yang netral, serta agak ke tengah. Misalnya : /∂mas/ /metod∂/ e) Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk dengan kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta belakang lidah agak meninggi, tetapi agak lebih rendah dan kurang bundar daripada /u/. Misalnya : /obat/ /kontan/ /toko/
A310200073_Alegra Akbar Yogantara A310200074_Ismi Azizah A310200099_Dewi Astuti
A. Mengapa ada fonem yang berdustrubusi di awal dan ada yang tidak berdustrubusi di awal kata?
Jawab: Karena posisi yang berbeda. Distribusi fonem adalah kedudukan atau keberadaan fonem dalam satuan fonem yang disebut kata atau morfem. Fonem umumnya muncul di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata. Secara khusus, fonem dapat ditempatkan di ketiga posisi, tetapi mereka juga dapat ditempatkan hanya di posisi awal atau akhir. Diposisikan sebagai kenyaringan di setiap suku kata, fonem vokal selalu dapat menempati posisi di mana-mana. Fonem konsonan tidak selalu demikian, tetapi mereka hanya dapat mengambil awal atau akhir. Semua fonem vokal dapat berdistribusi di semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal / / yang hanya berada di awal dan tengah. Tapi itu bukan posisi akhir. • Semua fonem konsonan dapat memiliki posisi awal, posisi tengah, dan posisi akhir. Ia tidak dapat menempati posisi terakhir kecuali fonem /w /, / /, /j /, /c / dan /g /. fonem/? / Tidak dapat mengambil posisi awal.
B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Mengapa begitu?
Jawab : Karena /y/ merupakan semivokal palatal. Pada saat pelafalannya, tengah lidah menaik mendekati langit - langit keras.
C. Mengapa satu fonem bila dilafalkan busa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab : Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata. Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti. Alfonon mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi. Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan /e'/ pada kata tenang, tembak, empuk.
Nama Anggota Kelompok : 1. Atika Puspita Dewi ( A310200182) 2. Prasasti Maahir Gustami (A310200189) 3. Anggun Oktavia (A310200192) Kelas : 3D/ PBSI 1. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Jawab: Karena, secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal. Fonem Vokal 1. Vokal /a/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: ambil, taat, dan harga. 2. Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: /indah, amin, dan tani. 3. Vokal /e/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: enak, karet, dan sate. 4. Vokal /u/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: udah, sambut, dan lagu 5. Vokal /o/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: Oleh, belok, dan bakso. Fonem Diftong 1. Diftong /aw/ dapat menduduki posisi awal dan akhir, contohnya: aula [awla], dan pulau [pulaw] 2. Diftong /ay/ hanya menduduki posisi akhir, contohnya [pantay] dan [landay]. Tidak bisa menduduki posisi awal dan posisi tengah. Fonem Konsonan 1. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: pikat, lipat,dan tutup. 2. Konsonan /m/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: makan, aman, dan dalam. 3. Konsonan semivokal /w/ dapat menduduki posisi awal dan tengah, contohnya: waris dan awam. Pada semi vokal /w/ merupakan bagian diftong /aw/, secara ortografi dilambangkan dengan huruf < u >. Misalnya [pulaw] < pulau >.
2. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab: Karena pada kata “saya” terdapat fonem konsonan /y/ yang merupakan fonem semivokal medio palatal. Pada saat pelafalannya, tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras. Fonem semivokal adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh.
3. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab: Karena terjadi gugus vokal atau disebut dengan diftong, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan, yang berada dalam satu suku kata yang sama.Maksudnya ada kelompok vokal atau diftong, diftong Ini adalah kumpulan dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama. Dan Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem. Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem dalam sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata. Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut dapat berupa vokal dan konsonan. - Bunyi diftong dianggap sebagai gugus vokal dari sudut fonetis) - Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal menjadi dua bunyi vokal Misalnya: • teladan menjadi tauladan • Topan menjadi taupan • Sentosa menjadi sentausa
Nama Kelompok: Renalita Adesyah Putri Darmadi_A310200185 Andhie Raihan Fatur Rozi Sumarno_A310200193 Isnaini Nurjanah_A310200195
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Karena pada dasarnya semua fonem dapat terletak pada posisi awal, posisi tengah maupun akhir. Namun, secara khusus posisi fonem bisa berada pada posisi awal atau akhir saja. Contohnya pada fonem vokal, secara keseluruhan fonem vokal dapat menduduki posisi semua tempat yang berdasarkan pada tinggi rendahnya suara. Sedsngkan, pada fonem konsonan tidak dapat menduduki semua tempat. b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Karena fonem /y/ termasuk dalam fonem semivokal, yaitu bunyi yang umumnya termasuk kononan tetapi pada perngartikulasian belum membentuk konsonan murni. Dan fonem tersebut dilambangkan dengn 1/2K. c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata. Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti.
Nama Anggota Kelompok: 1. Erisa Faridatul Maghfiroh (A310200160) 2. Ariza Ulatul Wardah (A310200163) 3. Safitri Anasari (A310200175)
Soal dan Pembahasan: 2) a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Distribusi fonem sendiri adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu satuan yang lebih besar yaitu tutur, morfem, atau kata. Dalam distribusinya pada awal kata tengah kata atau akhir kata dapat menentukan perwujudan bunyi tertentu. Secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem ada yang berdistribusi diawal dan ada yang tidak berdistribusi diawal. Dapat dimisalkan pada semi-vokal konsonan /w/. Fonem konsonan semi-vokal /w/ dapat diposisikan di awal maupun di tengah contohnya kata waras dan awan. Pada /waras/ fonem /w/ menduduki posisi awal dan /awan/ fonem menduduki fonem posisi tengah (tidak berdistribusi di awal).
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Ketika kita menulis fonem kata saya, maka dapat dijabarkan sebagai berikut: /saya/ : /s/, /a/, /y/, /a/ Maka, struktur fonemik "saya" yang terbentuk adalah K + V + 1/2K + V Nilai fonem /y/ adalah 1/2K, karena fonem tersebut termasuk ke dalam jenis fonem semi-vokal (lebih tepatnya semi-vokal medio-palatal) yang lazim dilambangkan 1/2K.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Dikarenakan terdapat diftong pada fonem yang menyebabkan terjadinya bunyi bahasa yang lebih dari satu, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan yang berada dalam satu suku kata yang sama. Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan juga oleh pernapasan, dan posisi kata. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Sumber tenaga itu berupa udara yang keluar dari paru-paru. Pada mulanya dihisap oleh paru-paru, kemudian dihembuskan sewaktu bernafas.
Anggota kelompok : 1.A310200157_Thoriq Ilham Kurniawan 2.A310200162_Wigati Hidayana Fajri 3.A310200188_Ghozali Guntoroadi
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Jawab : Karena Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
Fonem vokal selalu dapat menduduki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai puncak penyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian: dapat menduduki awal dan akhir, tetapi mungkin juga hanyamenduduki posisi pada awal kata
Fonem Vokal
1. Vokal /a/, dapat menduduki semua posisi seperti pada tampak contoh: ambil, taat dan harga.
2. Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi seperti tanpak pada contoh: indah, amin dan tani.
3. Vokal /e/, dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh: enak,karet dan sate.
4. Vokal /u/ dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh: udan, sambut dan lagu.
5. Vokal /o/ dapat menduduki semua posisi, seperti pada contoh: oleh, belok dan bakso.
Fonem Konsonan
Semua fonem konsonan menduduki posisi awal, tengah dan akhir; kecuali fonem /w/, /n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak menduduki posisi akhir; dan fonem letup /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
1. Konsonan /b/ dapat mendudukui posisi awal, posisi tengah dan posisi akhir seperti tampak pada bambu, timbul dan sebab. Namun, pada posisi akhir sebagai koda posisinya mendua, maksudnya sebagai fonem /b/, dan dapat pula sebagai fonem/p/.
2. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi: awal,tengah dan akhir, seperti tampak pada contoh; pikat,lipat dan tutup.
3. Konsonan /m/ dapat meduduki semua posisi: awal, tengah dan akhir, seperti tampak pada contoh: makan,aman dan dalam.
4. Konsonan /t/ dapat menduduki semua posisi: awal, posisi tengah dan posisi akhir, seperti tampak pasda contoh: taeri, hati dan karet.
3. Fonem diftong Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab : Karena fonem /y/ merupakan semivokal. Bunyi semivokal termasuk konsonan Hubungan antarpeng- hambat hearts mengucapkan semivokal Adalah renggang terbentang atau renggang Lebar. Berdasarkan kekuatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut. 1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ]. 2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y].
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab : Karena adanya artikulasi penyerta. Bunyi yang secara primer sama bisa diucapkan berbeda karena adanya bunyi lain yang mengikutinya. Perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh artikulasi penyerta, koartikulkasi, atau artikulasi sekunder bunyi yang mengikutinya. Musalnya, bunyi [k] dalam kata kucing dengan bunyi [k] dalam kata kijang berbeda, walaupun menurut biasanya atau menurut artikulasi primernya sama, yaitu merupakan bunyi dorso-velar yang di bentuk dengan artikulasi pangkal lidah dan langit-langit lunak. Proses pengaruh bunyi yang di sebabkan oleh artikulasi penyertadapat di bedakan atas : labialisasi, re…
Nama : Raya Fareza Nim : A310200173 1. mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/. 2. bila kita menulis fonm saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2k mengapa bisa begitu? Karena pada kata “saya” terdapat fonem konsonan /y/ yang merupakan fonem semivokal. Dan fonem tersebut dilambangkan dengn 1/2K. Pelafalan tersebut bisa dilakukan dengan tengah lidah menaik mendekati langit - langit keras. 3. mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Karena fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk 1. Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan 2. Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa. lalu Dikarenakan terdapat diftong pada fonem yang menyebabkan terjadinya bunyi bahasa yang lebih dari satu, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan yang berada dalam satu suku kata yang sama. Sehingga satu fonem bisa dilafalkan lebih dari satu bunyi bahasa karena mempunyai makna yang berbeda.
Nama Anggota kelompok : 1. Indah Khasanah (A310200156) 2. Dini Pancawati Permatasari (A310200168) 3. Rifa Dwi Hamidah (A310200170)
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata? Fonem yang terdapat dalam bahasa Indonesia mempunyai kaidah tertentu dalam pengurutannya sehingga ada fonem-fonem tertentu yang mungkin berurutan dan ada fonem-fonem tertentu yang tidak mungkin berurutan. Hartmann & Stork (1972:175) mengatakan bahwa fonotaktik adalah sistem dan telaah penyusunan unit-unit linguistik secara berurutan khas. Hal ini mengimplikasikan bahwa setelah fonem-fonem suatu bahasa dapat dikenali maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan kaidah fonotaktik bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia memiliki enam buah fonem vokal, yaitu i, u, e, o, a, ə. Fonem vokal i, u, e, o masing-masing memiliki alafon I, U, E, O, fonem vokal bahasa Indonesia memiliki distribusi yang lengkap, yaitu di awal, tengah, dan akhir. Di samping berdistribusi lengkap, fonem vokal bahasa Indonesia dapat muncul berupa runtunan vokal, seperti: ai, ue , ao , oa, ae, ia, ua, an, ui, eo, ea, iu, ie. Selain deret vokal seperti di atas, juga ditemukan runtunan vokal yang sama, yakni runtunan vokal oo, tetapi hanya terdapat pada kata tertentu. Begitu pula, sehubungan dengan diftong, seperti: au, ai, oi hanya ada dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal fonem konsonan, bahasa Indonesia memiiiki konsonan b, p, m, d, t, n, r, s, j , c, g, k, n, h , w, y. Namun, konsonan yang tidak dimiliki adalah z. Dilihat dari distribusinya, konsonan bahasa Indonesia ada yang berdistribusi Iengkap, seperti: b, p, m, d, t, r, s , g, k, h, sedangkan yang berdistribusi tidak lengkap (awal dan tengah), yakni n, j, w, y.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Karena /y/ pada kata saya termasuk fonem semi vokal. Fonem semi vokal disimbolkan dengan 1/2 K. Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Fonem /y/ termasuk semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras dan menghasilkan bunyi [y].
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Karena bunyi bahasa pada satu fonem dipengaruhi oleh posisi fonem tersebut dalam kata atau dipengaruhi oleh lingkungan pembentuk fonem dalam distribusinya yang komplementer. Istilah dalam fonologi disebut dengan alofon. Alofon adalah variasi bunyi yang dihasilkan dari sebuah fonem (Chaer, 2009:66). Secara fonemik, alofon tidak membedakan arti. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku […].
Alofon terdiri dari dua macam, yaitu alofon pada fonem vokal dan alofon pada fonem konsonan. Alofon pada bunyi fonem vokal terdapat pada semua fonem, contoh dalam katanya yaitu: a) fonem /i/ memiliki alofon [i] /ini/ [ini] dan [I] /pinggir/ [piŋgIr]. b) fonem /e/ memiliki alofon [e] /ekor/ [ekor], [ε] /nenek/ [nεnɛk], dan [ə] /emas/ [əmas]. c) fonem /a/ memiliki alofon [a] /ada/ [ada]. d) fonem /o/ memiliki alofon [o] /obat/ [obat] dan [ͻ] /otot/ [ɔtͻt]. e) fonem /u/ memiliki alofon [u] /utara/ [utara] dan [U] /payung/ [payUŋ/.
Sedangkan dalam bunyi fonem konsonan, jumlah alofon lebih terbatas. Contoh fonem dan katanya, yaitu: a) fonem /b/ memiliki alofon [b] /bola/ [bola] dan [p’] /adab/ [adap’]. b) fonem /p/ memiliki alofon [p] /pola/ [pola] dan [p’] /sigap/ [sigap’]. c.) fonem /t/ memiliki alofon [t] /tiga/ [tiga] dan [t’] /sakit/ [sakit’]. d.) fonem /d/ memiliki alofon [d] /dada/ [dada] dan [t’] /abad/ [abat’]. e.) fonem /k/ memiliki alofon [k] /kuku/ [kuku], [k’] /rusak/ [rusak’], dan [?] /rakyat/ [ra?yat]. f.) Fonem /g/ memiliki alofon [g] /guru/ [guru] dan [k’] /bedug/ [beduk’].
Anggota Kelompok : 1. Rena Murdianti_A310200180 2. Fajar Marentino_A310200183 3. Nisa Alfiya_A310200187
a. Mengapa ada fonem yang berdustrubusi di awal dan ada yang tidak berdustrubusi di awal kata? Jawab : Karena distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap-tiap bahasa. Mor memiliki tujuh fonem vokal. Vokal-vokal tersebut, yaitu /a/, /e/, /E/, /|/, /O/, /u/, dan /i/. Ketujuh vokal ini memiliki ciri artikulatoris tersendiri. Misalnya, jika ditinjau dari segi bentuk bibir ketika melafalkannya, maka vokal-vokal tersebut terdiri atas lima vokal tak bulat dan dua vokal bulat. Jika ditinjau dari segi naik turunnya lidah, vokal-vokal tersebut diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu dua vokal tinggi, dua vokal madya (sedang atas), dan dua vokal madya sedang bawah, serta satu vokal bawah. Jika ditinjau dari bagian lidah yang bergerak, vokal-vokal tersebut terdiri atas tiga vokal depan, dua vokal tengah, dan dua vokal belakang b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu? Jawab : karena kata "saya" terdapat fonem /y/ yang termasuk semovikal. Semivokal adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh. /y/ termasuk suara vokal yang tidak membentuk inti dari suku kata atau mora. c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa? Jawab : Karena terjadi gugus vokal atau diftong yang merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan dalam satu suku kata yang sama. Maksudnya ada kelompok vokal dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama dan posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.8
STRUKTUR FONEMIS Langkah persiapan. Pertama, kutiplan satu paragraf yang Anda pilih dari bacaan. Kedua, baca secara cermat kutipan tersebut. Ketiga, catatlah kata yang memiliki suku kata yang sama. Keempat, analisislah fonem-fonem yang membentuk suku kata dalam satuan kata yang sudah Anda pilah-pilah. Selanjutnya, perhatikan hasil kegiatan Anda! Jawablah Fonem apakah yang seringkali berpasangan dalam membentuk stuktur fonemis? Bisakah posisi fonem tersebut digantikan dengan fonem yang lain? Adakah satu fonem yang mampu berdiri sendiri sebagai satu suku kata? Adakah suku kata terbuka? Adakah suku kata tertutup? Adakah suku kata berdiri sendiri sebagai kata? Adakah suku kata terbesar dalam kata-kata yang Anda temukan?
DESKRIPSI FONEM BAHASA Assalamu'alaikum wr wb., Sebelumnya Anda perlu diingatkan kembali bahwa literatur yang berhubungan fonologi, baik foneik maupun fonemik selalu terdapat dalam buku Linguistik (Umum) sehingga usahakan kegiatan membaca materi dilaksanakan secara intens. Materi yang terdapat dalam buku Fonetik mengenai deskripsi bunyi bahasa dapat digunakan dengan menelusuri bunyi yang alofon. Materi huruf dan fonem yang disajikan dalam EYD edisi yang terbaru digunakan sebagai pembanding sehingga ditentukan alofon. Langkah membanding tersebut dapat menjadi langkah yang jelas dan menjadi kekuatan dalam membuat deskripsi fonem bahasa. Tabel berikut bisa dibuat dengan rincian sebagai berikut. No. Bunyi bahasa . Fonem Bahasa . Huruf. Deskripsi Fonem 1. [ i ] / i / i vokal, depan, tinggi, tidak bulat dst. dst.
Nama Anggota Kelompok:
BalasHapus1. Berlianing Megarizki_A310200165
2. Marista Bela Octaviana_A310200177
3. Fitri Anisa_A310200181
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
jawab:
karena tergatung dengan kedudukan posisi di suatu kata.
1. Fonem vokal
Semua fonem fokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal,tengah dan akhir) kecuali vokal /a/ yang hanya berposisi pada awal dan tengah; tetapi tidak dapat berposisi pada akhir.
Contoh:
Vokal /a/, contoh: ambil, taat dan harga.
Vokal /i/ contoh: indah, amin dan tani.
Vokal /e/ contoh: enak,karet dan sate.
Vokal /u/ contoh: udan, sambut dan lagu.
Vokal /o/ contoh: oleh, belok dan bakso.
2. Fonem konsonan
Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah dan akhir; kecuali fonem /w/, /n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak dapat menduduki posisi akhir; dan fonem letup /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
3. Fonem diftong
Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hany menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
Bagaimana bisa begitu?
jawab:
karena karena konsonan /y/ merupakan semivokal medio palatal. Pada saat pelafalannya,
tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras namun ketinggian lidah konsonan /y/
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab:
Karena terjadi gugus vokal atau disebut dengan diftong, diftong
merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan, yang berada dalam satu suku kata yang sama.Maksudnya ada kelompok vokal atau diftong, diftong
Ini adalah kumpulan dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama. Dan Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.
Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem dalam sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata.
Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut dapat berupa vokal dan konsonan.
- Bunyi diftong dianggap sebagai gugus vokal dari
sudut fonetis)
- Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal
menjadi dua bunyi vokal
Misalnya:
• teladan menjadi tauladan
• Topan menjadi taupan
• Sentosa menjadi sentausa
Anggota Kelompok:
BalasHapus1.A310200167_Shinta Puspitasari
2. A310200169_Muhammad Malik Saputro
3. A310200178_Yeppi Apriliany
2. a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Jawab:
Dalam satuan yang
lebih besar dari fonem itu, terdapat tiga posisi untuk setiap fonem, yaitu
posisi awal (inisial), posisi tengah (medial), dan posisi akhir (final).
Sebuah fonem berdistribusi awal apabila letaknya terdapat pada awal satuan
itu dan disebut berdistribusi medial, apabila fonem itu terletak di tengah satuan itu, serta berdistribusi final, bila fonem itu terletak pada akhir satuan
itu.
Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu fonem, yaitu dalam
tutur, dalam morfem, dan dalam silaba, serta hubungan urutan vokal atau
konsonan. Dalam hubungan dengan silaba, fonem-fonem itu dapat berposisi
sebagai tumpu (awal silaba), inti atau puncak silaba, dan koda (akhir suku).
Setiap vokal hanya berfungsi sebagai inti atau puncak silaba. Setiap
konsonan hanya berfungsi sebagai tumpu atau koda. Tidak setiap konsonan
menempati distribusi akhir (final).
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
Bagaimana bisa begitu?
Jawab:
karena /y/ termasuk semovikal karena /y/termasuk semi vokal. Semivokal atau vokal nonsuku kata, adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh. /y/ termasuk suara vokal yang tidak membentuk inti dari suku kata atau mora karena /y/ bukan bagian yang paling menonjol dari suku kata.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab:
Karena satu fonem tersebut bisa dilafalkan secara berbeda dan mempunyai penulisan yang berbeda serta mempunyai makna yang beda meskipun masih dalam satu fonem. Sebagai contoh fonem /e/
• /e/, seperti pada kata : enak, karet, dan sate.
• /ə/seperti pada kata : [əmas], [ləmbut], [kodə]
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama Anggota Kelompok:
BalasHapus1. Riza Nur Azizah_A310200103
2. Meisyifa Triandiva_A310200064
3. Finka Rahmawati_A310200063
Kelas: 3B/PBSI
A. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Jawab:
Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap tiap bahasa, berkaitan dengan ini, distribusi fonem fonem bahasa Mor,bahasa mor memiliki tujuh fonem vokal, vokal tersebut yautu /a/,/c/,/E/,/I/,/[]/,/u/,dan /i/ Vokal yang berdistribusi di awal yaitu /a/,/e/,/E/,/[]/,/u/,/i/
Vokal yang tidak berdistibusi di awal kata yaitu vokal /I/. Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal Tengah dan akhir kata, Tetapi ada juga fonem yang distribusi tidak lengkap. Fonem Yang distribusi yang tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya hanya menempati posisi awal kata saja hanya menempati posisi Tengah kata saja, hanya menempati posisi Akhir kata saja atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah awal dan akhir atau Tengah dan akhir kata saja.
B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Jawab:
Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
C. Mengapa suatu fonem bisa dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab:
Karena, fonem tersebut sangat tergantung dengan lingkungannya. Pada bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
Nama Anggota:
BalasHapus1. Putri Hapsari (A310160112)
2. Raindini Citra Handayani (A310200176)
3. Rahayu Widiyaningsih (A310200194)
Kelas: 3D (PBSI)
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap-tiap bahasa.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata "saya", maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Karena, pada kata "saya", terdapat fonem /y/ yang termasuk dalam fonem semivokal. Seperti yang kita ketahui bahwa jenis fonem dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fonem vokal, fonem konsonan, dan fonem semivokal. Ketiga jenis fonem tersebut dibedakan berdasarkan tempat dan bunyi artikulasinya. Menurut Chaer (2009:32) fonem semivokal adalah jenis fonem yang melalui proses pembentukan mula-mula secara vokal lalu diakhiri secara konsonan. Oleh sebab itu, fonem semivokal biaya dilambangkan dengan 1/2K. Fonem yang termasuk dalam jenis semivokal adalah fonem /y/ dengan daerah artikulasi medio-palatal dan /w/ dengan dearah artikulasi bilabial.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Karena di dalam fonem terdapat diftong, dimana diftong tersebut merupakan kumpulan dari beberapa bunyi vokal yang terdapat dalam suku kata yang sama.
Nama Anggota :
BalasHapus1. Hanifa Chyntya Intan P. (A310200146)
2. Anisyah Febiola (A31020017)
Kelas : 3C/PBSI
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Jawab : Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata
atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada
kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas.
Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Jawab : Karena, fonem /y/ pada kata saya merupakan fonem semivokal (hampiran). Fonem semivokal (hampiran) di simbolkan dengan ½K.
Konsonan semivokal (hampiran), aproksiman yaitu artikulator aktif dan pasif membantuk ruang yang mendekati posisi terbuka, misal dalam pembentukan fonem vokal tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. /w/ dan /y/ termasuk fonem semivokal (hampiran).
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab : Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, sebab sangat tergantung dengan lingkungannya. Padaa bahasa-bahasa tertentu bisa dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain, sehingga terjadi suatu perbedaan fonem. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan tersebut masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi apabila perubahan itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
Nama kelompok :
BalasHapus1. Pratiwi Yulia Putri (A310200190)
2. Nurhana Lisna Linawati (A310200191)
3. Rindy Aswin Pertiwi (A310200196)
Kelas : 3D/PBSI
Jawaban :
1. Fonem-fonem bahasa Mor dalam kata sebagian berdistribusi lengkap dan
sebagian lagi berdistribusi tidak lengkap. Fonem /p/, /t/, /m/, /n/, /i/, /u/, /e/,
/O/, /E/, dan /a/ merupakan konsonan yang berdistribusi lengkap. Artinya,
menempati semua posisi dalam kata. Fonem /B/, /k/, /g/, /j/, /s/, /r/, /h/, dan
/w/ merupakan fonem yang berdistribusi hanya pada awal dan tengah kata saja.
Fonem /?/, /G/, dan /y/ merupakan fonem yang berdistribusi di tengah dan akhir
kata, fonem /d/ dan /|/ merupakan fonem yang hanya berdistribusi di tengah kata.
bahwa fonem yang bersangkutan dapat
menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat
menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karakteristik dari tiap-tiap bahasa.
2. Pada fonem /y/ diberi rumus 1/2 K karena fonem [y] termasuk semivokal medio palatal . Hubungan antar penghambat dalam mengucapkan seni vokal adalah renggangan terbentar atau renggang lebar. Semivokal disimbolkan dengan 1/2 K. Semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya Tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras bunyi yang dihasilkan adalah [y]
3. Karena Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan
makna.fonem dapat juga dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat
distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Variasi fonem karena pengaruh
lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem
dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :
a) Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat. Vokal ini dibentuk
dengan kedua bibir agak terentang ke samping. Misalnya :
/ikan/ /pinta/ /padi/
b) Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta ke
belakang lidah agak meninggi. Misalnya :
/upah/ /bulan/ /lalu/
c) Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat. Vokal ini dibentuk dengan
daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah daripada untuk vokal /i/.
vokal ini disertai dengan bentuk bibir netral, artinya tidak terlentang
dan juga tidak membundar. Misalnya :
/ejaan/ /rela/ /tape/
d) Fonem /∂/adalah vokal sedang-tengah- tak bulat. Vokal ini dibentuk
dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah dari /i/
maupun /u/. vokal ini disertai dengan bentuk bibir yang netral, serta
agak ke tengah. Misalnya :
/∂mas/ /metod∂/
e) Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat. Vokal ini dibentuk
dengan kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta
belakang lidah agak meninggi, tetapi agak lebih rendah dan kurang
bundar daripada /u/. Misalnya :
/obat/ /kontan/ /toko/
A310200073_Alegra Akbar Yogantara
BalasHapusA310200074_Ismi Azizah
A310200099_Dewi Astuti
A. Mengapa ada fonem yang berdustrubusi di awal dan ada yang tidak berdustrubusi di awal kata?
Jawab:
Karena posisi yang berbeda.
Distribusi fonem adalah kedudukan atau keberadaan fonem dalam satuan fonem yang disebut kata atau morfem.
Fonem umumnya muncul di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata.
Secara khusus, fonem dapat ditempatkan di ketiga posisi, tetapi mereka juga dapat ditempatkan hanya di posisi awal atau akhir. Diposisikan sebagai kenyaringan di setiap suku kata, fonem vokal selalu dapat menempati posisi di mana-mana.
Fonem konsonan tidak selalu demikian, tetapi mereka hanya dapat mengambil awal atau akhir.
Semua fonem vokal dapat berdistribusi di semua posisi (awal, tengah, dan akhir) kecuali vokal / / yang hanya berada di awal dan tengah. Tapi itu bukan posisi akhir.
• Semua fonem konsonan dapat memiliki posisi awal, posisi tengah, dan posisi akhir. Ia tidak dapat menempati posisi terakhir kecuali fonem /w /, / /, /j /, /c / dan /g /. fonem/? / Tidak dapat mengambil posisi awal.
B. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
Mengapa begitu?
Jawab :
Karena /y/ merupakan semivokal palatal. Pada saat pelafalannya, tengah lidah menaik mendekati langit - langit keras.
C. Mengapa satu fonem bila dilafalkan busa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab :
Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata.
Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti. Alfonon mempunyai kemiripan fonetis atau kemiripan bunyi. Misalnya fonem /e/ yang memiliki tiga fonem dengan perbedaan cara pengucapan /e'/ pada kata tenang, tembak, empuk.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama Anggota Kelompok :
BalasHapus1. Atika Puspita Dewi ( A310200182)
2. Prasasti Maahir Gustami (A310200189)
3. Anggun Oktavia (A310200192)
Kelas : 3D/ PBSI
1. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Jawab:
Karena, secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja. Fonem vokal memang selalu dapat menduduiki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian, mungkin hanya menduduki awal atau akhir, tapi mungkin saja hanya menduduki posisi awal.
Fonem Vokal
1. Vokal /a/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: ambil, taat, dan harga.
2. Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: /indah, amin, dan tani.
3. Vokal /e/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: enak, karet, dan sate.
4. Vokal /u/, dapat menduduki semua posisi, contohnya: udah, sambut, dan lagu
5. Vokal /o/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: Oleh, belok, dan bakso.
Fonem Diftong
1. Diftong /aw/ dapat menduduki posisi awal dan akhir, contohnya: aula [awla], dan pulau [pulaw]
2. Diftong /ay/ hanya menduduki posisi akhir, contohnya [pantay] dan [landay]. Tidak bisa menduduki posisi awal dan posisi tengah.
Fonem Konsonan
1. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: pikat, lipat,dan tutup.
2. Konsonan /m/ dapat menduduki semua posisi, contohnya: makan, aman, dan dalam.
3. Konsonan semivokal /w/ dapat menduduki posisi awal dan tengah, contohnya: waris dan awam. Pada semi vokal /w/ merupakan bagian diftong /aw/, secara ortografi dilambangkan dengan huruf < u >. Misalnya [pulaw] < pulau >.
2. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Jawab:
Karena pada kata “saya” terdapat fonem konsonan /y/ yang merupakan fonem semivokal medio palatal. Pada saat pelafalannya, tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras. Fonem semivokal adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh.
3. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab:
Karena terjadi gugus vokal atau disebut dengan diftong, diftong
merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan, yang berada dalam satu suku kata yang sama.Maksudnya ada kelompok vokal atau diftong, diftong
Ini adalah kumpulan dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama. Dan Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.
Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem dalam sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata.
Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut dapat berupa vokal dan konsonan.
- Bunyi diftong dianggap sebagai gugus vokal dari
sudut fonetis)
- Diftongisasi: perubahan bunyi vokal tunggal
menjadi dua bunyi vokal
Misalnya:
• teladan menjadi tauladan
• Topan menjadi taupan
• Sentosa menjadi sentausa
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama Kelompok:
BalasHapusRenalita Adesyah Putri Darmadi_A310200185
Andhie Raihan Fatur Rozi Sumarno_A310200193
Isnaini Nurjanah_A310200195
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Karena pada dasarnya semua fonem dapat terletak pada posisi awal, posisi tengah maupun akhir. Namun, secara khusus posisi fonem bisa berada pada posisi awal atau akhir saja. Contohnya pada fonem vokal, secara keseluruhan fonem vokal dapat menduduki posisi semua tempat yang berdasarkan pada tinggi rendahnya suara. Sedsngkan, pada fonem konsonan tidak dapat menduduki semua tempat.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
Bagaimana bisa begitu?
Karena fonem /y/ termasuk dalam fonem semivokal, yaitu bunyi yang umumnya termasuk kononan tetapi pada perngartikulasian belum membentuk konsonan murni. Dan fonem tersebut dilambangkan dengn 1/2K.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Karena misalnya fonem [k] dan fonem [g] bila dilafalkan mempunyai makna yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan oleh pernapasan, dan posisi kata.
Posisi kata disini misalnya, posisi fonem [k] dalam Bahasa Indonesia [kecewa] berada di posisi awal, bagian tengah [takkan], dan bagian akhir [injak]. Pelafalan yang berbeda tidak membedakan arti.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama Anggota Kelompok:
BalasHapus1. Erisa Faridatul Maghfiroh (A310200160)
2. Ariza Ulatul Wardah (A310200163)
3. Safitri Anasari (A310200175)
Soal dan Pembahasan:
2) a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Distribusi fonem sendiri adalah letak atau posisi suatu fonem dalam suatu satuan yang lebih besar yaitu tutur, morfem, atau kata. Dalam distribusinya pada awal kata tengah kata atau akhir kata dapat menentukan perwujudan bunyi tertentu. Secara umum fonem dapat berada pada awal posisi kata, di tengah, maupun di akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi, namun bisa juga hanya berada pada posisi awal, atau posisi akhir saja.
Fonem ada yang berdistribusi diawal dan ada yang tidak berdistribusi diawal. Dapat dimisalkan pada semi-vokal konsonan /w/. Fonem konsonan semi-vokal /w/ dapat diposisikan di awal maupun di tengah contohnya kata waras dan awan. Pada /waras/ fonem /w/ menduduki posisi awal dan /awan/ fonem menduduki fonem posisi tengah (tidak berdistribusi di awal).
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K.
Bagaimana bisa begitu?
Ketika kita menulis fonem kata saya, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
/saya/ : /s/, /a/, /y/, /a/
Maka, struktur fonemik "saya" yang terbentuk adalah K + V + 1/2K + V
Nilai fonem /y/ adalah 1/2K, karena fonem tersebut termasuk ke dalam jenis fonem semi-vokal (lebih tepatnya semi-vokal medio-palatal) yang lazim dilambangkan 1/2K.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Dikarenakan terdapat diftong pada fonem yang menyebabkan terjadinya bunyi bahasa yang lebih dari satu, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan yang berada dalam satu suku kata yang sama. Satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa disebabkan juga oleh pernapasan, dan posisi kata. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Sumber tenaga itu berupa udara yang keluar dari paru-paru. Pada mulanya dihisap oleh paru-paru, kemudian dihembuskan sewaktu bernafas.
Anggota kelompok :
BalasHapus1.A310200157_Thoriq Ilham Kurniawan
2.A310200162_Wigati Hidayana Fajri
3.A310200188_Ghozali Guntoroadi
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Jawab :
Karena Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada
kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas.
Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
Fonem vokal selalu dapat menduduki posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai puncak penyaringan pada setiap silabel. Sedangkan fonem konsonan tidak selalu demikian: dapat menduduki awal dan akhir, tetapi mungkin juga hanyamenduduki posisi pada awal kata
Fonem Vokal
1. Vokal /a/, dapat menduduki semua posisi seperti pada tampak contoh: ambil, taat dan harga.
2. Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi seperti tanpak pada contoh: indah, amin dan tani.
3. Vokal /e/, dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh: enak,karet dan sate.
4. Vokal /u/ dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh: udan, sambut dan lagu.
5. Vokal /o/ dapat menduduki semua posisi, seperti pada contoh: oleh, belok dan bakso.
Fonem Konsonan
Semua fonem konsonan menduduki posisi awal, tengah dan akhir; kecuali fonem /w/, /n/, /j/, /c/, dan /g/ yang tidak menduduki posisi akhir; dan fonem letup /?/ yang tidak dapat menduduki posisi awal.
1. Konsonan /b/ dapat mendudukui posisi awal, posisi tengah dan posisi akhir seperti tampak pada bambu, timbul dan sebab. Namun, pada posisi akhir sebagai koda posisinya mendua, maksudnya sebagai fonem /b/, dan dapat pula sebagai fonem/p/.
2. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi: awal,tengah dan akhir, seperti tampak pada contoh; pikat,lipat dan tutup.
3. Konsonan /m/ dapat meduduki semua posisi: awal, tengah dan akhir, seperti tampak pada contoh: makan,aman dan dalam.
4. Konsonan /t/ dapat menduduki semua posisi: awal, posisi tengah dan posisi akhir, seperti tampak pasda contoh: taeri, hati dan karet.
3. Fonem diftong
Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir, kecuali diftong /aw/ yang dapat menduduki posisi awal dan akhir.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Jawab :
Karena fonem /y/ merupakan semivokal. Bunyi semivokal termasuk konsonan Hubungan antarpeng- hambat hearts mengucapkan semivokal Adalah renggang terbentang atau renggang Lebar. Berdasarkan kekuatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ].
2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y].
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab :
Karena adanya artikulasi penyerta. Bunyi yang secara primer sama bisa diucapkan berbeda karena adanya bunyi lain yang mengikutinya. Perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh artikulasi penyerta, koartikulkasi, atau artikulasi sekunder bunyi yang mengikutinya. Musalnya, bunyi [k] dalam kata kucing dengan bunyi [k] dalam kata kijang berbeda, walaupun menurut biasanya atau menurut artikulasi primernya sama, yaitu merupakan bunyi dorso-velar yang di bentuk dengan artikulasi pangkal lidah dan langit-langit lunak.
Proses pengaruh bunyi yang di sebabkan oleh artikulasi penyertadapat di bedakan atas : labialisasi, re…
Nama : Raya Fareza
BalasHapusNim : A310200173
1. mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata
Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
2. bila kita menulis fonm saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2k mengapa bisa begitu?
Karena pada kata “saya” terdapat fonem konsonan /y/ yang merupakan fonem semivokal. Dan fonem tersebut dilambangkan dengn 1/2K. Pelafalan tersebut bisa dilakukan dengan tengah lidah menaik mendekati langit - langit keras.
3. mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Karena fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk 1. Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan 2. Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa. lalu Dikarenakan terdapat diftong pada fonem yang menyebabkan terjadinya bunyi bahasa yang lebih dari satu, diftong merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan yang berada dalam satu suku kata yang sama. Sehingga satu fonem bisa dilafalkan lebih dari satu bunyi bahasa karena mempunyai makna yang berbeda.
Nama Anggota kelompok :
BalasHapus1. Indah Khasanah (A310200156)
2. Dini Pancawati Permatasari (A310200168)
3. Rifa Dwi Hamidah (A310200170)
a. Mengapa ada fonem yang berdistribusi di awal dan ada yang tidak berdistribusi di awal kata?
Fonem yang terdapat dalam bahasa Indonesia mempunyai kaidah tertentu dalam pengurutannya sehingga ada fonem-fonem tertentu yang mungkin berurutan dan ada fonem-fonem tertentu yang tidak mungkin berurutan. Hartmann & Stork (1972:175) mengatakan bahwa fonotaktik adalah sistem dan telaah penyusunan unit-unit linguistik secara berurutan khas. Hal ini mengimplikasikan bahwa setelah fonem-fonem suatu bahasa dapat dikenali maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan kaidah fonotaktik bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia memiliki enam buah fonem vokal, yaitu i, u, e, o, a, ə. Fonem vokal i, u, e, o masing-masing memiliki alafon I, U, E, O, fonem vokal bahasa Indonesia memiliki distribusi yang lengkap, yaitu di awal, tengah, dan akhir. Di samping berdistribusi lengkap, fonem vokal bahasa Indonesia dapat muncul berupa runtunan vokal, seperti: ai, ue , ao , oa, ae, ia, ua, an, ui, eo, ea, iu, ie. Selain deret vokal seperti di atas, juga ditemukan runtunan vokal yang sama, yakni runtunan vokal oo, tetapi hanya terdapat pada kata tertentu. Begitu pula, sehubungan dengan diftong, seperti: au, ai, oi hanya ada dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal fonem konsonan, bahasa Indonesia memiiiki konsonan b, p, m, d, t, n, r, s, j , c, g, k, n, h , w, y. Namun, konsonan yang tidak dimiliki adalah z. Dilihat dari distribusinya, konsonan bahasa Indonesia ada yang berdistribusi Iengkap, seperti: b, p, m, d, t, r, s , g, k, h, sedangkan yang berdistribusi tidak lengkap (awal dan tengah), yakni n, j, w, y.
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Karena /y/ pada kata saya termasuk fonem semi vokal. Fonem semi vokal disimbolkan dengan 1/2 K. Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Fonem /y/ termasuk semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras dan menghasilkan bunyi [y].
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Karena bunyi bahasa pada satu fonem dipengaruhi oleh posisi fonem tersebut dalam kata atau dipengaruhi oleh lingkungan pembentuk fonem dalam distribusinya yang komplementer. Istilah dalam fonologi disebut dengan alofon. Alofon adalah variasi bunyi yang dihasilkan dari sebuah fonem (Chaer, 2009:66). Secara fonemik, alofon tidak membedakan arti. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku […].
Alofon terdiri dari dua macam, yaitu alofon pada fonem vokal dan alofon pada fonem konsonan. Alofon pada bunyi fonem vokal terdapat pada semua fonem, contoh dalam katanya yaitu:
a) fonem /i/ memiliki alofon [i] /ini/ [ini] dan [I] /pinggir/ [piŋgIr].
b) fonem /e/ memiliki alofon [e] /ekor/ [ekor], [ε] /nenek/ [nεnɛk], dan [ə] /emas/ [əmas].
c) fonem /a/ memiliki alofon [a] /ada/ [ada].
d) fonem /o/ memiliki alofon [o] /obat/ [obat] dan [ͻ] /otot/ [ɔtͻt].
e) fonem /u/ memiliki alofon [u] /utara/ [utara] dan [U] /payung/ [payUŋ/.
Sedangkan dalam bunyi fonem konsonan, jumlah alofon lebih terbatas. Contoh fonem dan katanya, yaitu:
a) fonem /b/ memiliki alofon [b] /bola/ [bola] dan [p’] /adab/ [adap’].
b) fonem /p/ memiliki alofon [p] /pola/ [pola] dan [p’] /sigap/ [sigap’].
c.) fonem /t/ memiliki alofon [t] /tiga/ [tiga] dan [t’] /sakit/ [sakit’].
d.) fonem /d/ memiliki alofon [d] /dada/ [dada] dan [t’] /abad/ [abat’].
e.) fonem /k/ memiliki alofon [k] /kuku/ [kuku], [k’] /rusak/ [rusak’], dan [?] /rakyat/ [ra?yat].
f.) Fonem /g/ memiliki alofon [g] /guru/ [guru] dan [k’] /bedug/ [beduk’].
Anggota Kelompok :
BalasHapus1. Rena Murdianti_A310200180
2. Fajar Marentino_A310200183
3. Nisa Alfiya_A310200187
a. Mengapa ada fonem yang berdustrubusi di awal dan ada yang tidak berdustrubusi di awal kata?
Jawab :
Karena distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem
yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat
menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang
distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat
menempati satu, atau dua posisi dalam kata. Fonem yang demikian, misalnya, hanya
menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya
menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati
posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap
fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiliki
satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak
selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu
karakteristik dari tiap-tiap bahasa. Mor memiliki tujuh fonem vokal.
Vokal-vokal tersebut, yaitu /a/, /e/, /E/, /|/, /O/, /u/, dan /i/. Ketujuh vokal ini
memiliki ciri artikulatoris tersendiri. Misalnya, jika ditinjau dari segi bentuk bibir
ketika melafalkannya, maka vokal-vokal tersebut terdiri atas lima vokal tak bulat dan
dua vokal bulat. Jika ditinjau dari segi naik turunnya lidah, vokal-vokal tersebut
diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu dua vokal tinggi, dua vokal madya
(sedang atas), dan dua vokal madya sedang bawah, serta satu vokal bawah. Jika
ditinjau dari bagian lidah yang bergerak, vokal-vokal tersebut terdiri atas tiga vokal
depan, dua vokal tengah, dan dua vokal belakang
b. Bila kita menulis struktur fonem kata saya, maka fonem /y/ diberi rumus 1/2K. Bagaimana bisa begitu?
Jawab :
karena kata "saya" terdapat fonem /y/ yang termasuk semovikal. Semivokal adalah vokal yang membentuk suku kata diftong dengan vokal penuh. /y/ termasuk suara vokal yang tidak membentuk inti dari suku kata atau mora.
c. Mengapa satu fonem bila dilafalkan bisa terjadi lebih dari satu bunyi bahasa?
Jawab :
Karena terjadi gugus vokal atau diftong yang
merupakan kumpulan beberapa bunyi vokal yang berlainan dalam satu suku kata yang sama. Maksudnya ada kelompok vokal dari beberapa vokal yang berbeda, mereka berada dalam suku kata yang sama dan posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.8